Simon meminta dua orang karyawannya untuk mengawasi Emily saat membereskan barang-barangnya karena khawatir wanita itu akan mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Dengan penuh rasa malu dan marah, Emily pun keluar dari ruangan bersama kedua rekannya.“Saya harap ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Kepercayaan dan integritas adalah hal yang sangat penting di perusahaan ini. Saya minta kalian semua untuk kembali bekerja dan fokus pada tugas kalian. Biarkan perusahaan yang menangani masalah ini sesuai dengan prosedur yang berlaku,” ucap Simon mengakhiri pembicaraan tersebut.Para karyawan perlahan-lahan kembali ke meja mereka, masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Sienna duduk di mejanya, merenungkan kejadian yang baru saja berlangsung. Ia tahu bahwa tantangan dan ancaman terhadap Luminous belum berakhir. Masih ada Nicole yang terlihat mencurigakan.Tadi wajah Nicole terlihat sama pucatnya dengan Emily setelah melihat bukti yang ditunjukkan oleh Simo
Sienna baru tiba di lantai ruangan kerja Lucas. Keadaan sudah tampak sepi dan hanya ada beberapa lampu saja yang menyala. Meja kerja Ivory juga kosong saat Sienna melewatinya.Ia pun berhenti di depan pintu ruangan kerja Lucas dan mengetuknya dengan pelan.“Masuk,” Terdengar seruan dari dalam ruangan.Sienna pun membuka pintunya sedikit dan mengintip untuk melihat situasi di dalam. Ternyata perhatian Lucas telah tertuju padanya.“Masuklah. Apa kamu mau aku menggendongmu masuk?” goda pria itu.Sienna tersenyum dan menggeleng pelan, lalu berjalan masuk menghampiri Lucas yang masih duduk di balik meja kerjanya.“Kamu belum selesai? Sekretarismu saja sudah pulang duluan,” balas Sienna dengan suara mengejek.Lucas tersenyum simpul. “Aku yang menyuruhnya pulang duluan. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita nanti,” ucapnya.Sienna tertawa geli. Netranya melirik tumpukan dokumen yang masih terbuka di atas meja. “Pekerjaanmu sepertinya masih banyak. Apa kamu berencana lembur malam ini?”Hel
“Pelajaran menjadi kekasih yang patuh?” gumam Sienna dengan wajah melongo.Namun, beberapa saat kemudian suara tawa pun bergulir dari bibirnya. "Kenapa rasanya terdengar mesum, hm?” ledek gadis itu.Lucas pun berdecak kesal. Ketegangan yang sempat menyelimuti mereka seolah terpecahkan dengan candaan Sienna. Perlahan ia pun menarik dirinya dari gadis itu.Namun, tiba-tiba saja dasinya ditarik kuat oleh kekasihnya tersebut. Tanpa menunggu responnya, Sienna telah mencumbu bibirnya meskipun masih dengan penuh keraguan.Lucas tertegun sesaat, merasakan bibir Sienna yang lembut menyentuh bibirnya. Namun, sebelum ia merespon, Sienna telah melepaskan tautan bibirnya dan berbisik, “Bagaimana dengan pelajaran menjadi kekasih yang menggoda?”Lucas tersenyum kecil. Ia tidak menyangka gadis itu memiliki keberanian yang cukup besar untuk memulai lebih dulu. Tangan Lucas yang kokoh menarik pinggang Sienna lebih dekat.Matanya menatap gadis itu dengan penuh
“Aneh bagaimana maksudmu?” selidik Sienna, penasaran. “Mereka terlalu bersih sampai tidak pernah saling bertukar pesan. Apa menurutmu tidak aneh?” Sienna tertegun mendengar penjelasan Lucas dan merasa kecurigaan kekasihnya benar adanya. Lucas menghela napas panjang. Ia meletakkan dokumennya sejenak dan lanjut berkata, “Hanya ada pesan biasa antar rekan kerja dan dari keluarga, tetapi baik Allen ataupun Nona Winslet, mereka berdua tidak pernah saling berbalas pesan. Mereka juga tidak menyimpan nomor satu sama lain dari riwayat kontak tersimpan. Apa menurutmu hal ini tidak aneh?” Sienna terdiam sejenak, merenungkan penjelasan Lucas. "Memang aneh," gumamnya akhirnya. "Sebagai manajer pengembangan produk dan ketua tim divisi perancangan, setidaknya ada satu atau dua kali Nicole ataupun Allen membahas tentang produk yang mereka kerjakan, bukan? Mereka pasti perlu berkomunikasi melalui email atau telepon. Tidak mungkin mereka terus-menerus bertemu … langsung …." Sienna tertegun dengan
[Mama memanggil ….]Tanpa bertanya pun, Sienna sudah tahu jelas tujuan ibunya menghubunginya saat ini. Apa lagi kalau bukan membahas tentang video Cindy yang sedang beredar dan telah berada di pencarian populer!Sienna terdiam selama beberapa saat hingga panggilan itu terputus sendiri. Ia memang sengaja tidak menjawab panggilan tersebut karena ia merasa tidak ada perlu yang diperbincangkan di antara dirinya dan ibunya. Selain itu, ia tidak ingin merusak suasana hatinya yang sedang baik hari ini dengan kata-kata menyakitkan dari ibunya.Namun, tidak berapa lama kemudian, ibunya mengirimkan satu pesan. [Mama perlu bicara denganmu, Sienna. Ini penting.]Baru saja Sienna hendak membalas pesan tersebut, ibunya kembali mengirimkan pesan lainnya. [Apa video yang beredar tentang Cindy adalah ulahmu?]Seulas senyuman pahit mengukir bibirnya. Ia sudah menduga ibunya akan menyalahkan dirinya atas hal tersebut. Siapa lagi kalau bukan Cindy yang sengaja mengadu domba mereka?Berdasarkan berita yan
“Kenapa kamu tidak menjawab telepon dan pesan Mama, Sienna? Apa kamu sengaja?”Pertanyaan yang terkesan seperti tuduhan itu menimbulkan kekecewaan di dalam hati Sienna. Alih-alih menjawab, ia memilih untuk diam sejenak, mencoba menenangkan gejolak emosinya yang tengah bergemuruh di dalam dadanya.Percakapan mereka terhenti sejenak karena seorang pelayan datang menghampiri meja mereka untuk menawarkan menu yang dimiliki kafe mereka."Saya tidak haus," ucap Nancy tanpa membaca buku menu tersebut.Sienna menghela napas pelan dan berkata kepada pelayan kafe tersebut, “Tolong berikan dua cangkir teh chamomile yang panas.”"Mama tidak haus, Sienna," tukas Nancy kembali mempertegas ucapannya tadi.“Tapi, aku rasa Mama membutuhkan teh chamomile. Pasti semalam Mama tidak tidur dengan baik," ucap Sienna yang kembali menatap pada ibunya.Nancy mendengus pelan. Ucapan putrinya memang benar. Sudah tiga hari terakhir ini ia mengalami insomnia karena banyaknya masalah yang mengusik pikirannya."Lagip
"Ma, siapa yang sudah melakukan ini pada Mama?" tuntut Sienna dengan suara bergetar antara marah dan khawatir.Nancy mengalihkan pandangannya, mencoba menyembunyikan rasa sakit dan malu yang tampak jelas di wajahnya. "Bukan salah siapa-siapa. Mama saja yang jalan tidak hati-hati dan terbentur sendiri,” jawabnya, tanpa menatap putrinya.“Ma, aku bukan anak kecil lagi. Kalau terbentur sendiri, tidak mungkin sampai seperti ini. Tolong ceritakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?” bujuk Sienna, tangannya gemetar saat mencoba menggenggam tangan ibunya.Namun, wanita paruh baya itu menolak untuk bicara.Netra Sienna pun menyipit tajam. Ia tahu jika ibunya sedang melindungi seseorang. Ia pun teringat dengan ucapan ibunya mengenai kemarahan Calvin Sherwood tadi."Apa Papa Calvin yang melakukannya?" terka Sienna yang membuat ibunya tersentak.Nancy tidak menjawab, tetapi ekspresi di wajahnya sudah cukup untuk mengonfirmasi dugaan Sienna."Ma, ini tidak bisa dibiarkan," kata Sienna dengan suar
Tamparan Nancy tentu saja menarik perhatian para karyawan kafe dan beberapa pengunjung yang baru saja datang. Salah seorang pelayan pun menghampiri mereka. “Nyonya, maaf … Anda telah mengusik kenyamanan pengunjung lain,” ucapnya. Nancy mencoba menegakkan pandangannya walaupun merasa cukup dipermalukan. Ia memberikan anggukan kecil kepada pelayan tersebut. Setelah pelayan tersebut berlalu, ia kembali duduk di kursinya. Tangan kanan Nancy terasa sangat perih karena melakukan tamparan tadi. Bisa dipastikan jika wajah putrinya juga pasti merasakan hal yang sama, bahkan mungkin lebih sakit dibandingkan dirinya. Wanita paruh baya itu menoleh kepada putrinya yang tidak mengubah posisinya sejak tadi. “Maafkan Mama, Sienna,” ucap Nancy. Suaranya terdengar lebih pelan dibandingkan sebelumnya meskipun emosinya masih bercampur aduk di dalam dadanya. “Tapi, apa kamu tahu apa yang sudah kamu perbuat, Sienna? Aku benar-benar tidak percaya kamu melakukan semua ini, Sienna. Bisa-bisanya aku membe