Share

Barisan Para Mantan

Penulis: Pipit Aisyafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nisa kembali duduk pada tempatnya, setelah sebelumnya menatapku dengan senyum penuh arti. Ah! Aku tak tahu apalagi yang akan ia lakukan.

"Makanlah, makanlah!" tawar Nisa pada semua yang ada di sana. Para laki-laki tersenyum dan menikmati hidangan. Hanya aku dan Syasya yang masih belum menyentuh makanan itu. Bahkan Bisa saja sudah mulai menyendok makanannya kemulut.

"Ngomong-ngomong semua yang disini, siapa yang paling lama pacaran dengan Syasya?" Lagi, Nisa membuka percakapan yang tak terduga. Seketika para lelaki yang aku yakin buaya semua itu menghentikan aktifitas makanya sejenak.

"Aku cuma kuat, 4 bulan."

"Aku hanya satu bulan, tapi walau satu bulan tetap bisa menikmatinya kok!"

"Aku 7 bulan." Akhirnya hanya satu orang yang menjawab tujuh bulan. Aku sendiri makin tak mengerti tapi penasaran dengan apa yang mereka sampaikan.

Mereka saling bersuara, memamerkan setiap hal yang mereka pernah lewati dengan istri baruku ini. Sungguh aku malu tapi sepertinya aku terlambat.

Kini apa yang bisa aku banggakan pada Nisa tentang Syasya jika ternyata Nisa saja tahu semua borok Syasya.

Aku ternyata tertipu perempuan murahan, yang hanya modal dempul untuk menggaet lelaki berduit dan memeras.

Cerita para lelaki di hadapanku sungguh membuat aku pusing. Mereka dengan tanpa Tedeng aling-aling mengatakan semua dan apa saja tentang Syasya. Ada yang bilang jika mereka merugi banyak saat berpacaran dengan Syasya yang doyan belanja dan ada juga yang berucap syukur dapat terlepas dari wanita matre satu ini.

Aku heran, saat semua manusia yang ada di hadapanku ini mengutarakan tentang kejelekan Syasya. Dia diam tanpa membantah. Apa itu artinya semua nyata adanya?

Kulirik wanita yang duduk tak jauh dariku. Matanya tertunduk, sendok dan garpu masih ia pegang dengan tangan gemetar. Apa dia merasa malu?

"Sya!" Panggilku, berusaha melihat rona wajahnya agar sedikit terangkat. Dia diam tanpa kata. Sedangkan celotehan para buaya terus aku dengar, bahkan Nisa terlihat antusias menanggapinya.

"Nis, sudah hentikan!" Akhirnya kuberanikan diri untuk berkata dengan tegas pada Nisa. Dia sudah kelewatan mempermalukan Syasya. Walau kenyataan ini juga membuat hatiku pilu dan malu.

"Kenapa, Mas. Ini hanya tentang masa lalu Syasya saja. Kenapa, Mas. Ngga terima?" Nisa mengajukan pertanyaan yang membuat aku tak mampu menjawab.

"Oh ya, diantara kalian siapa yang putus paling akhir?" tanya Nisa membuat aku muak sekali. Terlebih melihat kondisi Syasya yang sudah sangat malu.

"Saya, Mbak. Saya baru putus sama Syasya satu minggu yang lalu. Tepatnya saat Syasya menikah dengan suami Mbak." 

Aku terbelalak kaget, bagaimana bisa? Sedangkan aku menjalin hubungan dengan Syasya sudah tiga bulan hingga akhirnya aku mantap menikahinya.

"Itu saja kami sebelum putus sempat pergi ke Villa di puncak dua hari. Eh, dua harinya ia bilang ingin putus. Hanya karena aku tak membelikan tas branded yang harganya 15 juta."

Apa? I-itu artinya sebelum aku menikahi Syasya dia berkencan dengan laki-laki yang disebutnya dengan sebutan Rais? Aku meremas wajah dengan kasar. Apa-apaan ini!

"Sya ... Bantah semua perkataan mereka!" gerutuku, masih berusaha menghibur diri jika semua ini hanya lelucon konyol saja.

Nyatanya! 

Syasya tak mengucapkan sepatah katapun, aku makin tak mengerti dibuatnya. Jadi benar adanya apa yang mereka katakan?

Tiba-tiba Syasya menangis kencang. Membuat kami tersentak kaget. Kenapa? Aku ingin dengar bantahannya bukan tangisannya.

Dia menangis makin histeris, membuat kami panik. Beberapa laki-laki berusaha membujuk namun hasilnya nihil.

"Mas, tolongin Syasya dong! Kamu kan suaminya!" Perintah Nisa, aku yang sempat terpaku akhirnya berusaha mendekat. Menepuk-nepuk punggungnya agar segera tangisnya reda.

"Kamu kenapa, Sya?" tanyaku pelan begitu dia mulai reda dengan tangisnya.

"Semua yang dikatakan mereka bohong kan, Sya? Ka-kamu bilang memang tak perawan karena dulu terlalu sering main sepeda hingga selaput itu robek dan apa maksud kamu dari rintihan malam pertama kita?" Aku benar-benar tak tahan untuk segera menginterogasinya.

Sunyi tanpa jawaban, hanya isakannya saja yang masih kudengar walau pelan. Bahkan ia tak berani menaikan wajahnya.

Kudengar Nisa masih asik mengobrol dengan para buaya-buaya itu, mereka memang sudah pindah duduk tapi masih bisa aku lihat dari sini karena ruang keluarga dengan ruang makan bersebelahan tanpa pemisah.

Aku cemburu melihat Nisa tengah tersenyum dan tertawa dengan para mantan Syasya yang memang penampilan mereka kelas atas semua, ah! Kenapa ada rasa perih seperti ini di ulu hati.

Sabar, Man! Dia hanya istri malas yang tak pandai berdandan mana mungkin dia .... Hati ini berkata menolak untuk berkata cemburu. 

Ting ... Tong!

===!!??!!===

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
hebat nisa....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Jantungan

    Ting ... Tong!Bel berbunyi, siapa lagi yang datang? Aku menautkan alis, menatap Nisa, wanita yang hari ini kulihat lebih energik. Seratus delapan puluh derajat aku telah salah duga.Kukira kepulangan ku membawa madu untuknya akan membuat dia meraung dengan tangis yang tumpah-tumpah. Nyatanya dia justru terlihat sumringah bahkan kulihat dia lebih ... Ah! Aku lupa jika selama aku pulang, aku belum melihat Al dan El--anak kembarku-- dimana dia? Biasanya saat aku pulang langsung disambut tangisannya yang berebut maninan.Nisa beranjak, aku menahannya."Siapa lagi?" tanyaku dengan menyorotnya dengan mata tajam. Dia tersenyum, ada sedikit rasa nylekit dihati ini.Bukan jawaban yang kutemukan, dia justru melepaskan tanganku darinya dengan sehalus mungkin."Nisa!" Panggilku sedikit geram. Namun, Ita tetap melangkah menuju pintu.Jantungku berpacu, lebih cepat dari mobil balap, seperti akan meloncat saja. Aku sudah tak mempedulikan laki-laki mantannya Syasya yang masih asik berbincang tentang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Berias

    "Ma-maksud kamu apa, Nis?" tanyaku dengan suara yang bergetar. Sungguh aku tak kuat lagi jika harus terkejut untuk kesekian kalinya."Loh! Kok kamu malah bingung. Ini sengaja acara untuk kamu loh. Kamu ngga suka aku buatkan pesta atas pernikahan keduamu. Harusnya kamu bangga, ngga ada istri seikhlas aku. Yang rela merogoh tabungan hanya untuk mengadakan pesta pernikahan suaminya yang kedua." Nisa berkata penuh penekanan. Tak dapat di sangkal apa yang ia katakan. Benar, baru kali ini mungkin, ada perempuan yang mau membuatkan pesta pernikahan untuk madunya."Ta-tapi?" Aku masih saja tergagap, namun sedetik kemudian Nisa sudah berhasil membuatku berdiri walau dengkulku terasa linu."Mbak, ini pesta pernikahanku, kenapa kamu yang dandan?" Kali ini Syasya terlihat protes. Benar juga? Aku malah jadi makin bingung."Oh, kamu mau dandan juga?" tanya Nisa dengan nada pelan."Iya!" Dia tersenyum sumringah."Baik, Mbak!" Panggil Nisa pada perias."Iya, Mbak.""Berapa duit untuk merias dia?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Pesta topeng

    "Ha ... Haa ... Haa ...!" Tawa riuh para tamu yang hadir, membuat aku yang hampir kehilangan kesadaran langsung pulih. Mataku kembali terang. Aku harus menyelamatkan Syasya dari ejekan para tamu yang hadir. Apalagi ada petinggi di perusahaan ku. Pak Denis, selaku direksinya. Bisa malu tujuh turunan aku.Segera aku menuju dimana Syasya berdiri. Ia terlihat heran dengan semua orang yang tertawa melihatnya. Tak sadarkah dia? Jika riasnya menyerupai Kuntil beranak atau badut ulang tahun?"Sini, Sya!" Aku menarik tangannya dan membawanya masuk kekamar. Terlihat perias itu tengah tertawa terbahak sendiri di dalam kamar."Kamu!" Hardikku padanya yang langsung direspon dengan dia beranjak berdiri."Apa yang kamu lakukan pada istriku!" Aku mulai memarahinya, tak peduli lagi suaraku terdengar sampai kedepan."Aku hanya mendandaninya saja, Pak! Bukankah dia minta gratis," ucapnya tanpa rasa berdosa."Arrggghhh ...!" Tiba-tiba Syasya berteriak."Sya!" Aku langsung berusaha menenangkannya. Bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Salah tangkap

    Apa-apaan! Dia pikir karena aku sudah punya Syasya, dia jadi bebas dengan lelaki lain? Enak saja! Murahan sekali dia, tak jauh beda kalau begini dengan Syasya.Kutarik tangan Nisa untuk segera menjauh dari laki-laki kegatelan itu. Tanpa permisi ataupun berbasa-basi. Kalau seperti ini keadaannya, lebih baik dia aku kurung saja!Laki-laki itu mengejar, dia membuka topengnya yang ternyata adalah Hari manager juga di perusahaan ku bekerja. Manager personal tepatnya."Apa kamu? Jangan mentang-mentang aku punya istri lagi kamu bebas gangguin istriku, RI!" Aku mendorong tubuhnya yang berusaha melepaskan tanganku dari Nisa.Hari tak mau kalah, dia tetap berusaha untuk melepaskan tanganku. Semua orang sudah berkumpul melihatku. Aku masa bodoh. Pokoknya tak ikhlas jika Nisa dengan laki-laki lain selama masih menjadi istriku."Lepaskan, Ar! Dia ...!" Hari terus saja ngeyel."Mas." Dari belakang ada yang mencoba menepuk pundakku. Aku tak peduli, aku harus jauhkan Nisa dulu. Kudorong kembali tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Egoisme

    "Maaf, Pak! Jangan campuri urusan keluargaku. Aku hanya mendidik istriku agar tak kur*Ng ajar!" Aku sudah betul-betul emosi, lelah! Padahal belum ada sehari aku membawa Syasya satu rumah dengan Nisa."Ini menjadi urusanku ketika kamu sudah mulai ringan tangan kepada perempuan! Kamu sudah keterlaluan memperlakukan dia, Man. Dia sudah berbesar hati menerima poligami tapi kamu justru makin semena-mena!" Lagi, Pak Denis seperti membela penuh pada Nisa. Aku makin curiga mereka memiliki hubungan."Tapi yang ia lakukan sudah salah! Dia membawa barang haram kerumah!" Aku tak mau disalahkan."Kamu yang harusnya mikir, tanyakan apa benar dia yang membawa minuman itu kesini dan memberikan pada Syasya?!""Tak perlu, aku sudah tahu semuanya, dia biang kerok dari semua masalah, bahkan Tek segan mempermalukan Syasya didepan semua orang." Aku kembali menarik tangan Nisa. Nisa tak melawan tapi tatapan matanya sudah menyiratkan kemarahan besar. Bodo amat!"Kamu!" Pak Denis maju, mencekal kerah bajuku d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Deritamu bukan deritaku

    PoV Nisa."Nis! Aku pulang ...." Suara Mas Arman dari arah pintu langsung membuat aku yang tengah sibuk mengasuh putra kembarmu bergegas menyambutnya.Kucium tangannya dengan takzim walau penuh perjuangan, karena kedua tanganku mengendong Al dan El."Anak papa udah mandi?" tanya Mas Arman mencoel pipi Al dan El. "Udah dong, Pah." Aku yang menjawab, kini El berusaha berontak meminta turun dari gendongan.Mas Arman tak membantu, dia malah memberikan tas yang ia bawa. Aku makin kesusahan."Anaknya udah mandi, ibunya masih kumel. Suami kerja disambut sama daster bolong. Emang ngga ada baju lain?" Mas Arman ngedumel sambil berlalu tanpa menatapku.Aku menghela nafas berat. Andai kamu tahu, Mas. Menjaga anak kembar yang sedang aktif-aktifnya itu menguras tenaga. Jangankan untuk mandi, boker aja mesti di tahan sampai mereka atau salah satunya tertidur. Hufh ... Tentu semua hanya aku ucapkan dalam hati."Nis! Buatkan aku kopi!" teriaknya dari depan TV. Aku yang tengah menyuapi Al dan El di d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Sisi Hati yang tersakiti

    PoV NisaAku bingung harus mulai mencari dari mana jati diri Syasya. Aku tak terlalu lihai dalam menggunakan medsos. Semua karena aku sibuk mengurus anakku. Tapi, setidaknya aku tahu dan faham.Aku berfikir sejenak. Aplikasi biru!Segera saja aku scroll aplikasi pemilik sejuta umat itu. Tak menunggu lama, aku dapat beberapa nama akun yang sama, tapi aku sudah sangat hafal wajah si Syasya itu.Ketemu! Aku mulai meng-Add ternyata cukup aktif, tak menunggu lama ia meng konfirmasi pertemanan. Mungkin karena aku menggunakan akun Laki-laki hingga responya sangat cepat.Kuscoll statusnya, yang isinya hanya tentang liburan, makan enak dan jalan-jalan. Lebih kebawah, aku menemukan foto dia berjalan dengan laki-laki gagah yang tentunya bukan suamiku. Beruntung dia juga men-tag akun lelakinya. Aku harus cari tau lewat dia. Dari laki-laki bernama Samsul itu, aku tahu banyak tentang Syasya. Ternyata dia adalah korban kesekian kalinya dan semua yang pernah dengan Syasya bukan orang sembarangan tap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Babak baru

    Aku mencoba menyusul Nisa kekamar, mungkin aku masih bisa merayu. Tak susah menenangkan wanita yang marah. Cukup peluk dan kecup pucuk keningnya.Klek!Terkunci, Nisa tak ingin aku masuk. Ada rasa sesak didada sini. Biasanya Nisa marah tak pernah mengunci pintu. Apa aku telah membuat ia sangat kesakitan? Bukankah dia bilang sudah ikhlas menerima poligami ini.Aku duduk bersender pada pintu. Masih ada ganjalan hati. Aku menyakiti Nisa dengan menyetarakan derajatnya dengan Syasya yang ternyata hanya wanita bekas jamahan para buaya.Mataku panas tapi tak ingin menangis. Aku laki-laki, masa cengeng begini. Aku beranjak tapi rasanya sama sekali tak ingin pergi kekamar Syasya. Aku rindu Nisa bukan Syasya.Kujatuhkan bobot di sofa, tak peduli dengan keadaanya yang isinya sampah berserakan. Gelas dan piring kotor menumpuk pada sofa yang aku tiduri. Lelah! Bukan hanya raga tapi juga hati."Arman! Kamu baru satu minggu menikah dengan Syasya dan baru beberapa jam membawa Syasya kerumah ini. Sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Kondangan yukkk (extra part)

    5 Bulan kemudian.Acara resepsi pernikahanku di gelar di sebuah gedung bertingkat. Aku bangga, sekaligus bahagia dapat menambatkan hati kembali pada sosok keren dan setia seperti Mas Denis."Gimana pengantinnya? Apa sudah siap! Sebentar lagi akan nikah akan di lakukan." Seorang wanita yang kutahu karyawan kepercayaan Mas Denis memberitahu.Aku makin deg-degan di buatnya. Walau ini hal yang kedua kali aku lalui tapi nyatanya tak menyurutkan rasa nervous yang kualami."Sudah siap, Mbak?"Aku memandangi diri pada cermin. Riasan yang natural namun elegant, bahkan aku sampai tak mengenali diriku. Sungguh MUA yang profesional."Makasih ya, Mbak," ucapku tulus.Dua orang telah menungguku untuk menuju ruang akad nikah. Satu menggandengku dan satunya lagi memegangi bajuku yang terjuntai kelantai beberapa meter.Sungguh aku merasa bak Cinderella yang sedang menunggu singgasana. Derap langkah kaki berpacu dengan jantung yang makin tak menentu."Ya Allah, berikan hambamu ini kekuatan untuk tak s

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Makna Hidup (Tamat)

    PoV Nisa.Aku fokus pada tangan Pak Denis. Botol itu? Bukankah itu botol obatku. Ya Allah! Kali ini aku kecolongan. Aku lalai dan berakibat orang lain tahu bahwa aku mengkonsumsi obat penenang. Memang sekarang itu aku mudah sekali lupa, bahkan kadang juga linglung. Apa ini efek samping dari obat itu!Saat aku hentikan mereka yang akan berkelahi, kepalaku sudah mulai berdenyut. Sakit sekali. Jangan sampai aku kambuh, aku tak ingin semua ini terbongkar. Aku kuat, aku tegar!Kusupport diriku, namun tekanan batin makin menjadi. Terus menuju kepala, makin pusing. Rasa ingin berontak dan puncaknya benar. Aku berteriak bak orang gila. Pasti mereka kaget, karena tahu bahwa aku sebenarnya gila. Ya aku yakin setelah ini pasti aku di masukan ke RSJ.Kepala serasa di putar-putar. Makin pusing tak karuan. Melihat Pak Denis dan Mas Arman sudah tak jelas hingga semuanya gelap, pekat. Apakah aku meninggal?Tut ... Tut ... Tut ... Aku membuka mata, namun kepalaku terasa berat. Kulihat sekeliling tapi

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Berujung Sesal

    Allah!Beberapa kali aku menyebut asma Allah, sungguh hati ini perih melihat kenyataan ini. Apa aku sangat kejam? "Ya Allah! Hukumlah aku! Jangan hukum Nisa, semua masalah berawal dariku!" Aku terduduk lemas di lantai rumah sakit. Tak peduli jika ada orang yang memperhatikanku dalam.Pak Denis mendekat. Ia memegang kerahku. Aku pasrah saja. Memang aku pantas jika harus di pukul sekalipun."Apa ini yang kamu mau dari Nisa? Apa ini yang kamu inginkan, hah! Lihatlah, dia itu ibu dari anak-anakmu! Tak sedikitlah kamu iba?!" Pak Denis melepaskanmu hingga aku terjengkang kebelakang.Dia seperti sangat geram, bahkan tak kalah frustasinya. Dari itu aku sadar jika Pak Denis mencintai Nisa.Aku masih merundungi nasib di depan ruang ICCU. Nisa belum sadarkan diri. Kata dokter ada pembekuan otak akibat terlalu sering mengkonsumsi obat penenang dengan dosis tinggi. "Nisa sadarlah, aku janji akan melakukan apapun asal kamu sembuh. Aku ingin melihat kamu kembali bersama anak-anak. Aku akan pergi m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Takdir

    PoV Denis."Denis, kapan kamu nikah?" tanya Om Beni saat tengah kumpul keluarga."Nanti, Om. Belum ada yang cocok!" jawabku jengah, karena selalu hal itu yang di tanyakan saat bertemu. Seperti ngga ada pertanyaan lain saja!"Sampai kapan, Den! Usia kamu sudah tak muda lagi loh!" sambung Om Beni. Malas sekali meladeninya, ini yang membuat aku malas saat berkumpul dengan keluarga. Papa hanya diam, hanya dia orang yang tak pernah menuntut ku tentang pernikahan. Sedangkan Mama! ia sebenarnya lebih cerewet dari Om Beni."Den, Mama kenalin sama anak temen mama ya, Mama kenalin sama si A, Mama kenalin sama si B!" Sampai pusing aku dengarnya. Sekali dua kali aku ikuti kemauan mama.Sesi perkenalan lancar, sesi pendekatan? Rata-rata gagal total karena mereka menganggap aku aneh, mencintai mahluk berbulu. Kucing!Kadang ada yang juga masih mau menerima tapi aku tahu dia hanya pura-pura. Aku yakin orang tuanya memaksa untuk tetap bersabar sampai menikah denganku. Aku dengar saat mereka tengah m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Seperih ini

    "I-itu hanya masalah kecil saja, Man. Tak perlu di ungkit lagi!" jawab Ibu makin membuat penasaran. Apa mereka punya hubungan atau mereka mantan kekasih."Bu, menceritakan masa lalu pada anaknya itu ngga salah. Anggap saja sejarah!" Aku masih coba membujuk.Ibu mengeleng kepala dan melanjutkan menyiram tanaman."Kamu itu! Udahlah, sana pergi makan!" Ibu mencoba mengalihkan perhatianku. Aku tak peduli, aku harus tahu masa lalu mereka."Jangan-jangan Ibu dan Bapak Nisa pernah ...." Aku tak melanjutkan kata-kataku, tapi dua jariku kusatukan menandakan bahwa mereka pernah berdekatan."Apa maksud kamu? Kamu pikir Ibu sama Mertuamu itu pernah pacaran begitu?" Aku mengangguk.Ibu menonyol kepalaku, "kamu itu pikirannya negatif Mulu!"Aku terkekeh, "abis Ibu tak mau cerita!""Baik, biar ibu ceritakan. Tadinya ibu sudah berusaha memaafkan karena melihat besarnya cintamu pada Nisa. Tapi, karena kamu memaksa ....""Udah ayo cerita, Bu! Jangan kepanjangan ceramahnya!" Kupotong ucapan Ibu yang bel

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Bimbang

    PoV NisaAku harus mencari pengganti Ningsih, dia bilang kemarin sempat cek pakai testpack di kamar mandiku dan terlihat dua garis walau agak buram. Saat aku mencarinya, ketika dia menyuruhku untuk mamastikan. Nyatanya sudah tak ada.Beruntung dia, setelah lama mengidamkan anak dalam pernikahannya akhirnya ia dapatkan juga. Penuh syukur.Namun, tetap berimbas padaku, aku harus mencari baby sitter baru untuk anakku. Karena Ningsih ingin benar-benar bed rest.Kesal dengan semua ulah Mas Arman! Dia itu makin menyebalkan. Beruntung aku punya teman macam Pak Denis, kita itu satu alur. Sama-sama pecinta kucing."Kamu suka kucing dari dulu, kenapa tak memelihara?" tanya Pak Denis waktu kami tengah bermain dengan ratusan ekor kucing yang super gembul.Aku menggaruk kepala, seketika ada kutu hinggap."Anu, Pak! Suamiku tak suka, bahkan dia jijik katanya." Kukatakan saja sejujurnya. "Benarkah?" Pak Denis terlihat tak yakin, sesaat sepertinya ia tengah berfikir."Bagaimana kalau kamu bawa aja b

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Baru tersadari

    "Ti-ti-tidakkkk! Aku tak mungkin bisa! Ti-ti-tidakkkk, Nisa!"Brughh!Aku terperanjat kaget saat meja kerjaku di gedor. Aku yang tengah bermimpi indah kembali dengan Nisa menjadi bubar.Sorot mata Bu Maria yang notaben-nya sueeper galak di tambah tak suka dengan sikapku menunjukan ekstensinya."Mau kerja apa mau tidur! Ngigau lagi, mau saya pecat?!"Duh kan keluar semua tanduknya, ibu gembrot yang memang tidak mempunyai anak. Mungkin karena judes jadi anakpun enggan singgah! Eh, ngga boleh suuzon."Maaf, Bu. Saya ketiduran karena semalam begadang. Mohon maaf, ngga akan saya ulangi." Aku memohon walau semua kulakukan karena terpaksa. Terpaksa karena masih butuh pekerjaan ini dan juga ingin dekat dengan Nisa."Bu!" Panggil seseorang yang sudah sangat aku hafal suaranya. Siapa lagi kalau bukan istriku Nisa."Iya sebentar. Saya ingin kasih peringatan pada karyawan satu ini! Dia itu suka molor di jam kantor!"Nah dia mau memperpanjang. Gaya banget, jabatan kita cuma beda satu level, sok-so

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Tak ada harapan

    "Masya Allah, Astaghfirullah, Nisa ... Ini apa-apaan?!" Teriakku di depan pintu. Bergidik ngeri saat mahluk berbulu mendekat kearahku dan mengendus kakiku dan ini bukan cuma satu!Ngeong!Ngeong!Suara khasnya membuat aku pusing, terlebih mereka mendekat kearahku dan bermain di kakiku. Seolah aku orang tua mereka."Nisa! Singkirkan mereka dariku!" Kembali aku teriak karena si pemilik nama belum juga menunjukan batang hidungnya.Terlihat Nisa mendekat, dia juga tengah mengendong satu kucing gemuk."Apa si, Mas? Teriak-teriak begitu!" dia menjawab tanpa dosa dan mulai berjalan menjauh."Nisa! Jangan kurang ajar! Bukankah aku sudah melarang kamu membawa binatang menjijikan ini? Kenapa justru kamu bawa pasukannya? Kamu mau jadi pembangkang!" Seruku tak terkendali. Aku benar-benar geram akan ulahnya."Memangnya sekarang kamu siapa, Mas? Melarang aku membawa mahluk terimut yang Allah ciptakan," ucapnya sambil mencium kucingnya. Aku bergidik ngeri.Ihhh!"Tapi aku kan masih tinggal di sini d

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Salah lagi

    Syasya masih memegangi perutnya dengan kedua tangan. Aku mengambil motor dengan tergesa, membuat kakiku menabrak motor lain. Ngilu! Tapi aku juga khawatir dengan kondisi Syasya. Bagaimana kalau dia sampai pendarahan dan meninggal? Apa itu artinya aku melakukan pembunuhan?"Ayo, Sya, buruan!" Ajakku menghentikan motor tepat di depannya."Aduh! Mas ini udah di ubun-ubun aku ketoilet dulu ya!" Syasya hampir saja melangkah pergi ketika aku langsung mencekalnya."Kenapa ketoilet lagi, nanti kamu justru kehabisan tenaga. Ayo! Kita langsung ke klinik biar di tangani!"Segera Syasya tak dapat menghindar karena tangannya aku pegangi dengan erat. Segera membawa menuju jok belakang motor. Kulajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aku merasakan pegangan erat Syasya. Bahkan sesekali ia meremas pingangku, mungkin dia merasakan sakit yang teramat. Maafkan aku, Sya! Runtukku dalam hati.Perjalanan yang aku tempuh memakan waktu setengah jam. Membuat terasa begitu lama. Terlebih Syasya yang terus merau

DMCA.com Protection Status