Share

Pesta topeng

Author: Pipit Aisyafa
last update Huling Na-update: 2022-06-29 19:48:24

"Ha ... Haa ... Haa ...!" 

Tawa riuh para tamu yang hadir, membuat aku yang hampir kehilangan kesadaran langsung pulih. Mataku kembali terang. Aku harus menyelamatkan Syasya dari ejekan para tamu yang hadir. Apalagi ada petinggi di perusahaan ku. Pak Denis, selaku direksinya. Bisa malu tujuh turunan aku.

Segera aku menuju dimana Syasya berdiri. Ia terlihat heran dengan semua orang yang tertawa melihatnya. Tak sadarkah dia? Jika riasnya menyerupai Kuntil beranak atau badut ulang tahun?

"Sini, Sya!" Aku menarik tangannya dan membawanya masuk kekamar. Terlihat perias itu tengah tertawa terbahak sendiri di dalam kamar.

"Kamu!" Hardikku padanya yang langsung direspon dengan dia beranjak berdiri.

"Apa yang kamu lakukan pada istriku!" Aku mulai memarahinya, tak peduli lagi suaraku terdengar sampai kedepan.

"Aku hanya mendandaninya saja, Pak! Bukankah dia minta gratis," ucapnya tanpa rasa berdosa.

"Arrggghhh ...!" Tiba-tiba Syasya berteriak.

"Sya!" Aku langsung berusaha menenangkannya. Bahkan dia langsung memelukku erat, membuat seluruh make-upnya nempel pada baju putihku.

"Mas! Ada kuntilanak di kaca, Mas! Lihatlah, aku takut, sebesar ini baru melihat rupa Mbak Kunti jelas sekali!"

Astaghfirullah ... Aku menyebut dalam hati, apa Syasya masih tak sadar jika ia di dandani dengan riasan seperti itu?

"Sya ... Istighfar!" ucapku menenangkannya. Ia bangkit, kemudian dengan takut takut kembali kecermin. Kali ini dia tak ketakutan, walau make-upnya sudah acak-acakan lebih parah dari tadi, tapi sepertinya ia sadar jika yang di cermin adalah dirinya.

"Kamu, Mbak!" Kali ini Syasya terlihat marah, rahangnya mengeras dan tanganya mengepal. Dia berbalik badan, sorot matanya saja aku yang melihatnya bergidik ngeri.

Mbak perias ketakutan, ia melangkah mundur saat dengan langkah pasti Syasya mendekatinya.

"Ka-ka-kaburrr!" Perias itu langsung membuka pintu dan keluar dengan berlari. Aku mencegah Syasya agar tak mengejarnya sampai kedepan. Bisa jadi bahan lelucon lagi dia.

"Sudah, sudah, Sya! Lagian kenapa kamu ngga ngaca dulu sebelum keluar?" tanyaku sedikit menyalahkannya juga.

"Kata dia, pengantin itu saat di rias ngga boleh ngaca. Biar hasilnya mangklingi katanya!"

"Dan kamu percaya?"

"Ya iyalah, aku percaya. Karena baru kali ini aku kawin, eh salah ... Menikah."

Aku mengeleng kepala, memang aku mengira jika Syasya itu sedikit oon, seperti kurang satu ons otaknya. Aku menghembuskan nafas berat.

"Ya sudah, lebih baik kamu cuci muka. Kita keluar lagi. Kamu dandan sendiri saja juga bisa kan?" Ia mengangguk. Kemudian langsung masuk kekamar mandi. Aku menunggu di tepi ranjang. 

Aku bermain HP saja saat menunggu Syasya selesai. Aku tak ingin meninggalkannya barang sedetik, takut Nisa mengerjainya lagi dan membuat malu semua yang ada di sini.

"Sedikit cepat ya, Sya!" ucapku tanpa menoleh padanya.

"Iya, sabar kenapa, Mas! Aku kan mau jadi permaisuri satu hari, jadi harus sempurna dan kalau mau sempurna ya ngga cukup satu jam!"

"Apa!" Aku membelalakkan mata, bagaimana bisa dia bilang ngga cukup satu jam, sedangkan aku melihat jam di pergelangan tangan saja sudah menunjukan setengah sepuluh. Kalau dia menghabiskan waktu dua jam, berarti tengah malam baru selesai dan hasilnya tamu sudah dulu pulang saat Syasya keluar dari kamar ini.

"Udahlah, Sya! Yang sederhana saja! Ngga enak kan ninggalin tamu. Mereka itu kepengen ketemu sama kamu. Aku juga ingin selalu di samping istriku ini walau ...." Aku mengantung ucapanku.

"Walau apa, Mas?" Dengan cepat Syasya berbicara.

"Walau aku kecewa sama kamu, karena nyatanya kamu sudah di gilir beberapa laki-laki." 

Syasya beranjak berdiri, dia sepertinya ngambek dan akan keluar. Namun, dengan sigap aku langsung menarik tangannya. Memeluknya erat.

"Maafkan kata-kata mas. Bukan maksud apa, tapi hanya sedikit rasa kecewa. Mengertilah. Mas bukan manusia sempurna tapi semua masih bisa di perbaiki. Jangan ulangi hal semacam itu. Apa kamu mau janji sama mas, Sya? Biarkan itu menjadi masalalu mu yang tak perlu kamu ulangi!"

Syasya mengangguk, matanya sudah seperti kepiting, hampir tumpah ruah ke wajah. Aku segera menghentikan agar tak sampai menangis. Kalau tidak, bakal lama lagi bermake-up. Apalagi itu maskara luntur.

Sebenarnya kecewaku pada Syasya teramat dalam, apalagi mendengar penjelasan para mantannya yang bilang jika Syasya itu wanita berjiwa sosialita. Apa mungkin? Bagaimana jika benar? Apalagi hajiku harus kubagi dua. Tentu Nisa lah yang harusnya lebih besar karena dia mempunyai kebutuhan untuk anak-anak. Namun, melepas Syasya begitu saja juga sudah tak mungkin. Yang ada nanti Nisa berkepala besar dan akan sombong juga bersikap semena-mena. Duh! Begini sekali nasibku ini.

"Ayuk, Mas!" Aku terbuyar dari lamunan saat Syasya mengandeng tanganku untuk segera keluar menemui para tamu. Pasti mereka setuju.

Kali ini aku keluar, mataku heran saat lampu rumah temarau. Musik mengalun dengan lembut dan ....

"Pesta topeng! Semua orang di wajibkan mengenakan topeng." Kubaca tulisan yang bertengger di papan. Nisa! Apa-apaan lagi? Kalau tahu pakai topeng, tak perlu aku menunggu Syasya dandan terlalu lama.

Kuambil sebuah topeng, terlihat Syasya membelalakan mata saat melihat semua orang juga mengenakan topeng berbagai wajah.

"Aku harus mencari Nisa!" gumamku, melangkah memecah kerumunan orang-orang yang tak tahu siapa.

Pandanganku tertuju pada dua insan yang tengah mengobrol mesra. Seorang lelaki menjawil dagu wanita yang kuyakini dia adalah Nisa. Apa-apaan dia!

"Nisa!" Aku geram sekali, bagaimana bisa dia mulai ganjen dengan laki-laki lain selain aku!

===???!!!!===

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Slamet Hartarto
lanjutkan.....
goodnovel comment avatar
Laiqanisa olethea
nggak masuk logika ceritanya. masak udah jelas dipermalukan kayak gitu masih bisa ngikutin acara pesta?
goodnovel comment avatar
Ati Husni
seru......
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Salah tangkap

    Apa-apaan! Dia pikir karena aku sudah punya Syasya, dia jadi bebas dengan lelaki lain? Enak saja! Murahan sekali dia, tak jauh beda kalau begini dengan Syasya.Kutarik tangan Nisa untuk segera menjauh dari laki-laki kegatelan itu. Tanpa permisi ataupun berbasa-basi. Kalau seperti ini keadaannya, lebih baik dia aku kurung saja!Laki-laki itu mengejar, dia membuka topengnya yang ternyata adalah Hari manager juga di perusahaan ku bekerja. Manager personal tepatnya."Apa kamu? Jangan mentang-mentang aku punya istri lagi kamu bebas gangguin istriku, RI!" Aku mendorong tubuhnya yang berusaha melepaskan tanganku dari Nisa.Hari tak mau kalah, dia tetap berusaha untuk melepaskan tanganku. Semua orang sudah berkumpul melihatku. Aku masa bodoh. Pokoknya tak ikhlas jika Nisa dengan laki-laki lain selama masih menjadi istriku."Lepaskan, Ar! Dia ...!" Hari terus saja ngeyel."Mas." Dari belakang ada yang mencoba menepuk pundakku. Aku tak peduli, aku harus jauhkan Nisa dulu. Kudorong kembali tubuh

    Huling Na-update : 2022-06-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Egoisme

    "Maaf, Pak! Jangan campuri urusan keluargaku. Aku hanya mendidik istriku agar tak kur*Ng ajar!" Aku sudah betul-betul emosi, lelah! Padahal belum ada sehari aku membawa Syasya satu rumah dengan Nisa."Ini menjadi urusanku ketika kamu sudah mulai ringan tangan kepada perempuan! Kamu sudah keterlaluan memperlakukan dia, Man. Dia sudah berbesar hati menerima poligami tapi kamu justru makin semena-mena!" Lagi, Pak Denis seperti membela penuh pada Nisa. Aku makin curiga mereka memiliki hubungan."Tapi yang ia lakukan sudah salah! Dia membawa barang haram kerumah!" Aku tak mau disalahkan."Kamu yang harusnya mikir, tanyakan apa benar dia yang membawa minuman itu kesini dan memberikan pada Syasya?!""Tak perlu, aku sudah tahu semuanya, dia biang kerok dari semua masalah, bahkan Tek segan mempermalukan Syasya didepan semua orang." Aku kembali menarik tangan Nisa. Nisa tak melawan tapi tatapan matanya sudah menyiratkan kemarahan besar. Bodo amat!"Kamu!" Pak Denis maju, mencekal kerah bajuku d

    Huling Na-update : 2022-06-29
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Deritamu bukan deritaku

    PoV Nisa."Nis! Aku pulang ...." Suara Mas Arman dari arah pintu langsung membuat aku yang tengah sibuk mengasuh putra kembarmu bergegas menyambutnya.Kucium tangannya dengan takzim walau penuh perjuangan, karena kedua tanganku mengendong Al dan El."Anak papa udah mandi?" tanya Mas Arman mencoel pipi Al dan El. "Udah dong, Pah." Aku yang menjawab, kini El berusaha berontak meminta turun dari gendongan.Mas Arman tak membantu, dia malah memberikan tas yang ia bawa. Aku makin kesusahan."Anaknya udah mandi, ibunya masih kumel. Suami kerja disambut sama daster bolong. Emang ngga ada baju lain?" Mas Arman ngedumel sambil berlalu tanpa menatapku.Aku menghela nafas berat. Andai kamu tahu, Mas. Menjaga anak kembar yang sedang aktif-aktifnya itu menguras tenaga. Jangankan untuk mandi, boker aja mesti di tahan sampai mereka atau salah satunya tertidur. Hufh ... Tentu semua hanya aku ucapkan dalam hati."Nis! Buatkan aku kopi!" teriaknya dari depan TV. Aku yang tengah menyuapi Al dan El di d

    Huling Na-update : 2022-08-01
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Sisi Hati yang tersakiti

    PoV NisaAku bingung harus mulai mencari dari mana jati diri Syasya. Aku tak terlalu lihai dalam menggunakan medsos. Semua karena aku sibuk mengurus anakku. Tapi, setidaknya aku tahu dan faham.Aku berfikir sejenak. Aplikasi biru!Segera saja aku scroll aplikasi pemilik sejuta umat itu. Tak menunggu lama, aku dapat beberapa nama akun yang sama, tapi aku sudah sangat hafal wajah si Syasya itu.Ketemu! Aku mulai meng-Add ternyata cukup aktif, tak menunggu lama ia meng konfirmasi pertemanan. Mungkin karena aku menggunakan akun Laki-laki hingga responya sangat cepat.Kuscoll statusnya, yang isinya hanya tentang liburan, makan enak dan jalan-jalan. Lebih kebawah, aku menemukan foto dia berjalan dengan laki-laki gagah yang tentunya bukan suamiku. Beruntung dia juga men-tag akun lelakinya. Aku harus cari tau lewat dia. Dari laki-laki bernama Samsul itu, aku tahu banyak tentang Syasya. Ternyata dia adalah korban kesekian kalinya dan semua yang pernah dengan Syasya bukan orang sembarangan tap

    Huling Na-update : 2022-08-01
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Babak baru

    Aku mencoba menyusul Nisa kekamar, mungkin aku masih bisa merayu. Tak susah menenangkan wanita yang marah. Cukup peluk dan kecup pucuk keningnya.Klek!Terkunci, Nisa tak ingin aku masuk. Ada rasa sesak didada sini. Biasanya Nisa marah tak pernah mengunci pintu. Apa aku telah membuat ia sangat kesakitan? Bukankah dia bilang sudah ikhlas menerima poligami ini.Aku duduk bersender pada pintu. Masih ada ganjalan hati. Aku menyakiti Nisa dengan menyetarakan derajatnya dengan Syasya yang ternyata hanya wanita bekas jamahan para buaya.Mataku panas tapi tak ingin menangis. Aku laki-laki, masa cengeng begini. Aku beranjak tapi rasanya sama sekali tak ingin pergi kekamar Syasya. Aku rindu Nisa bukan Syasya.Kujatuhkan bobot di sofa, tak peduli dengan keadaanya yang isinya sampah berserakan. Gelas dan piring kotor menumpuk pada sofa yang aku tiduri. Lelah! Bukan hanya raga tapi juga hati."Arman! Kamu baru satu minggu menikah dengan Syasya dan baru beberapa jam membawa Syasya kerumah ini. Sud

    Huling Na-update : 2022-08-01
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Kesal

    Benar saja, sampai sore belum ada tanda-tanda kepulangan Nisa, mana Al dan El rewel. Dikit-dikit minta minum dikit-dikit minta makan, sekarang ngga tahu minta apa karena semua nangis kejer."Mas, bagaimana si ini? Mereka nangis Mulu!" Protes Syasya sambil mendengus."Ngga tahu nih! Kamu perempuan kan harusnya lebih tahu," jawabku. Aku aja jarang melihat mereka begini, biasanya kalau libur aku lebih suka menghabiskan waktu bermain game."Coba telfon ibunya, Mas. Kita ini pengantin baru. Bukannya kelonan malah di suruh jaga anak. Padahal Mas sudah bolos kerja hari ini. Aku sudah senang kita bisa main kuda-kudaan lagi!"Benar yang di katakan Syasya. Harusnya kan begitu. Hari ini aku sebenarnya harus masuk kerja tapi membolos karena tadi bangun kesiangan juga masih tak enak dengan kejadian semalam."Hallo, Nis! Kamu di mana?" tanyaku saat telfon Nisa di angkat."Iya, Mas. Aku sedang belanja nih. Masih banyak yang harus kubeli." Dari sebrang sana Nisa menjawab."Tapi ini Al dan El nangis!"

    Huling Na-update : 2022-08-01
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Kata cerai

    "Bagaimana bisa? Coba kamu ingat-ingat, Mas. Sini dompetnya biar aku cari. Siapa tahu terselip saat kemarin kita membayar sesuatu." Syasya mengoceh, aku pusing dibuatnya. Pikiran stres. Bagaimana bisa? Seingatku aku kemarin menaruh ditempat biasa dan belum aku keluarkan kecuali ....Ya! Malam tadi aku mengeluarkan dompet dan menaruhnya di meja. Apa mungkin terjatuh?"Bagaimana, Mas? Mau selesaikan pembayarannya?" Kali ini kasir berkata, mungkin karena dibelakang sudah banyak yang mengantri.Bagaimana ini?"Gini aja, Mba. Saya ATM-nya ketinggalan, bisa tidak kalau sistem tranfer. Kebetulan saya ada M-banking-nya." Sedikit Mbak kasir berfikir."Kalau menurut prosedur si ngga bisa, Mas. Harus di gesek disini sebagai tanda bukti juga.""Pliss deh, Mba!" Aku memohon dan memasang wajah memelas."Bagaimana ya? Paling bisanya Mas tranfer ke saya lalu membayar dengan menggesek ATM saya. Tapi ....""Ya sudah gitu saja ngga papa, Mbak. Nanti aku lebihin." Aku sedikit senang karena punya harapan

    Huling Na-update : 2022-08-01
  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Bunuh Diri

    PoV Nisa."Baik! Nanti kita ketemu di kantor ya, Bu!" Aku menutup sambungan telfon dari Bu Maria--Direktur utama-- di perusahaan Mas Arman.Setelah mendapat kata talak semalam dari Mas Arman. Itu artinya mulai hari ini aku mandiri, setelah apa yang di sampaikan Bu Maria waktu itu, membuat aku untuk menerima tawarannya, sekaligus biar Mas Arman tahu kalau aku bisa lebih hebat dari dia."Laki-laki hebat memang butuh seorang wanita tapi wanita hebat tak butuh laki-laki." Kata itu yang terngiang di pikiranku sejak aku dekat dengan Bu Maria. Dia juga lah yang membuat drama seolah Pak Denis memperjuangkan ku. Nyatanya semua hanya sandiwara. Mana mau seorang Direksi mau menikahi mantan istri bawahannya?Kali ini aku membawa anak-anak, Bu Maria, wanita berusia 45 tahun itu tak mempunyai anak, hingga sangat suka dengan Al dan El. Bahkan dia ingin Al dan El di titipkan dirumahnya saat aku bekerja. Dia menyiapkan baby sitter khusus untuk kedua anakku.Aku memasuki ruangan Bu Maria, dia telihat

    Huling Na-update : 2022-08-01

Pinakabagong kabanata

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Kondangan yukkk (extra part)

    5 Bulan kemudian.Acara resepsi pernikahanku di gelar di sebuah gedung bertingkat. Aku bangga, sekaligus bahagia dapat menambatkan hati kembali pada sosok keren dan setia seperti Mas Denis."Gimana pengantinnya? Apa sudah siap! Sebentar lagi akan nikah akan di lakukan." Seorang wanita yang kutahu karyawan kepercayaan Mas Denis memberitahu.Aku makin deg-degan di buatnya. Walau ini hal yang kedua kali aku lalui tapi nyatanya tak menyurutkan rasa nervous yang kualami."Sudah siap, Mbak?"Aku memandangi diri pada cermin. Riasan yang natural namun elegant, bahkan aku sampai tak mengenali diriku. Sungguh MUA yang profesional."Makasih ya, Mbak," ucapku tulus.Dua orang telah menungguku untuk menuju ruang akad nikah. Satu menggandengku dan satunya lagi memegangi bajuku yang terjuntai kelantai beberapa meter.Sungguh aku merasa bak Cinderella yang sedang menunggu singgasana. Derap langkah kaki berpacu dengan jantung yang makin tak menentu."Ya Allah, berikan hambamu ini kekuatan untuk tak s

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Makna Hidup (Tamat)

    PoV Nisa.Aku fokus pada tangan Pak Denis. Botol itu? Bukankah itu botol obatku. Ya Allah! Kali ini aku kecolongan. Aku lalai dan berakibat orang lain tahu bahwa aku mengkonsumsi obat penenang. Memang sekarang itu aku mudah sekali lupa, bahkan kadang juga linglung. Apa ini efek samping dari obat itu!Saat aku hentikan mereka yang akan berkelahi, kepalaku sudah mulai berdenyut. Sakit sekali. Jangan sampai aku kambuh, aku tak ingin semua ini terbongkar. Aku kuat, aku tegar!Kusupport diriku, namun tekanan batin makin menjadi. Terus menuju kepala, makin pusing. Rasa ingin berontak dan puncaknya benar. Aku berteriak bak orang gila. Pasti mereka kaget, karena tahu bahwa aku sebenarnya gila. Ya aku yakin setelah ini pasti aku di masukan ke RSJ.Kepala serasa di putar-putar. Makin pusing tak karuan. Melihat Pak Denis dan Mas Arman sudah tak jelas hingga semuanya gelap, pekat. Apakah aku meninggal?Tut ... Tut ... Tut ... Aku membuka mata, namun kepalaku terasa berat. Kulihat sekeliling tapi

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Berujung Sesal

    Allah!Beberapa kali aku menyebut asma Allah, sungguh hati ini perih melihat kenyataan ini. Apa aku sangat kejam? "Ya Allah! Hukumlah aku! Jangan hukum Nisa, semua masalah berawal dariku!" Aku terduduk lemas di lantai rumah sakit. Tak peduli jika ada orang yang memperhatikanku dalam.Pak Denis mendekat. Ia memegang kerahku. Aku pasrah saja. Memang aku pantas jika harus di pukul sekalipun."Apa ini yang kamu mau dari Nisa? Apa ini yang kamu inginkan, hah! Lihatlah, dia itu ibu dari anak-anakmu! Tak sedikitlah kamu iba?!" Pak Denis melepaskanmu hingga aku terjengkang kebelakang.Dia seperti sangat geram, bahkan tak kalah frustasinya. Dari itu aku sadar jika Pak Denis mencintai Nisa.Aku masih merundungi nasib di depan ruang ICCU. Nisa belum sadarkan diri. Kata dokter ada pembekuan otak akibat terlalu sering mengkonsumsi obat penenang dengan dosis tinggi. "Nisa sadarlah, aku janji akan melakukan apapun asal kamu sembuh. Aku ingin melihat kamu kembali bersama anak-anak. Aku akan pergi m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Takdir

    PoV Denis."Denis, kapan kamu nikah?" tanya Om Beni saat tengah kumpul keluarga."Nanti, Om. Belum ada yang cocok!" jawabku jengah, karena selalu hal itu yang di tanyakan saat bertemu. Seperti ngga ada pertanyaan lain saja!"Sampai kapan, Den! Usia kamu sudah tak muda lagi loh!" sambung Om Beni. Malas sekali meladeninya, ini yang membuat aku malas saat berkumpul dengan keluarga. Papa hanya diam, hanya dia orang yang tak pernah menuntut ku tentang pernikahan. Sedangkan Mama! ia sebenarnya lebih cerewet dari Om Beni."Den, Mama kenalin sama anak temen mama ya, Mama kenalin sama si A, Mama kenalin sama si B!" Sampai pusing aku dengarnya. Sekali dua kali aku ikuti kemauan mama.Sesi perkenalan lancar, sesi pendekatan? Rata-rata gagal total karena mereka menganggap aku aneh, mencintai mahluk berbulu. Kucing!Kadang ada yang juga masih mau menerima tapi aku tahu dia hanya pura-pura. Aku yakin orang tuanya memaksa untuk tetap bersabar sampai menikah denganku. Aku dengar saat mereka tengah m

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Seperih ini

    "I-itu hanya masalah kecil saja, Man. Tak perlu di ungkit lagi!" jawab Ibu makin membuat penasaran. Apa mereka punya hubungan atau mereka mantan kekasih."Bu, menceritakan masa lalu pada anaknya itu ngga salah. Anggap saja sejarah!" Aku masih coba membujuk.Ibu mengeleng kepala dan melanjutkan menyiram tanaman."Kamu itu! Udahlah, sana pergi makan!" Ibu mencoba mengalihkan perhatianku. Aku tak peduli, aku harus tahu masa lalu mereka."Jangan-jangan Ibu dan Bapak Nisa pernah ...." Aku tak melanjutkan kata-kataku, tapi dua jariku kusatukan menandakan bahwa mereka pernah berdekatan."Apa maksud kamu? Kamu pikir Ibu sama Mertuamu itu pernah pacaran begitu?" Aku mengangguk.Ibu menonyol kepalaku, "kamu itu pikirannya negatif Mulu!"Aku terkekeh, "abis Ibu tak mau cerita!""Baik, biar ibu ceritakan. Tadinya ibu sudah berusaha memaafkan karena melihat besarnya cintamu pada Nisa. Tapi, karena kamu memaksa ....""Udah ayo cerita, Bu! Jangan kepanjangan ceramahnya!" Kupotong ucapan Ibu yang bel

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Bimbang

    PoV NisaAku harus mencari pengganti Ningsih, dia bilang kemarin sempat cek pakai testpack di kamar mandiku dan terlihat dua garis walau agak buram. Saat aku mencarinya, ketika dia menyuruhku untuk mamastikan. Nyatanya sudah tak ada.Beruntung dia, setelah lama mengidamkan anak dalam pernikahannya akhirnya ia dapatkan juga. Penuh syukur.Namun, tetap berimbas padaku, aku harus mencari baby sitter baru untuk anakku. Karena Ningsih ingin benar-benar bed rest.Kesal dengan semua ulah Mas Arman! Dia itu makin menyebalkan. Beruntung aku punya teman macam Pak Denis, kita itu satu alur. Sama-sama pecinta kucing."Kamu suka kucing dari dulu, kenapa tak memelihara?" tanya Pak Denis waktu kami tengah bermain dengan ratusan ekor kucing yang super gembul.Aku menggaruk kepala, seketika ada kutu hinggap."Anu, Pak! Suamiku tak suka, bahkan dia jijik katanya." Kukatakan saja sejujurnya. "Benarkah?" Pak Denis terlihat tak yakin, sesaat sepertinya ia tengah berfikir."Bagaimana kalau kamu bawa aja b

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Baru tersadari

    "Ti-ti-tidakkkk! Aku tak mungkin bisa! Ti-ti-tidakkkk, Nisa!"Brughh!Aku terperanjat kaget saat meja kerjaku di gedor. Aku yang tengah bermimpi indah kembali dengan Nisa menjadi bubar.Sorot mata Bu Maria yang notaben-nya sueeper galak di tambah tak suka dengan sikapku menunjukan ekstensinya."Mau kerja apa mau tidur! Ngigau lagi, mau saya pecat?!"Duh kan keluar semua tanduknya, ibu gembrot yang memang tidak mempunyai anak. Mungkin karena judes jadi anakpun enggan singgah! Eh, ngga boleh suuzon."Maaf, Bu. Saya ketiduran karena semalam begadang. Mohon maaf, ngga akan saya ulangi." Aku memohon walau semua kulakukan karena terpaksa. Terpaksa karena masih butuh pekerjaan ini dan juga ingin dekat dengan Nisa."Bu!" Panggil seseorang yang sudah sangat aku hafal suaranya. Siapa lagi kalau bukan istriku Nisa."Iya sebentar. Saya ingin kasih peringatan pada karyawan satu ini! Dia itu suka molor di jam kantor!"Nah dia mau memperpanjang. Gaya banget, jabatan kita cuma beda satu level, sok-so

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Tak ada harapan

    "Masya Allah, Astaghfirullah, Nisa ... Ini apa-apaan?!" Teriakku di depan pintu. Bergidik ngeri saat mahluk berbulu mendekat kearahku dan mengendus kakiku dan ini bukan cuma satu!Ngeong!Ngeong!Suara khasnya membuat aku pusing, terlebih mereka mendekat kearahku dan bermain di kakiku. Seolah aku orang tua mereka."Nisa! Singkirkan mereka dariku!" Kembali aku teriak karena si pemilik nama belum juga menunjukan batang hidungnya.Terlihat Nisa mendekat, dia juga tengah mengendong satu kucing gemuk."Apa si, Mas? Teriak-teriak begitu!" dia menjawab tanpa dosa dan mulai berjalan menjauh."Nisa! Jangan kurang ajar! Bukankah aku sudah melarang kamu membawa binatang menjijikan ini? Kenapa justru kamu bawa pasukannya? Kamu mau jadi pembangkang!" Seruku tak terkendali. Aku benar-benar geram akan ulahnya."Memangnya sekarang kamu siapa, Mas? Melarang aku membawa mahluk terimut yang Allah ciptakan," ucapnya sambil mencium kucingnya. Aku bergidik ngeri.Ihhh!"Tapi aku kan masih tinggal di sini d

  • Kejutan Saat Aku Pulang Membawa Istri Baru   Salah lagi

    Syasya masih memegangi perutnya dengan kedua tangan. Aku mengambil motor dengan tergesa, membuat kakiku menabrak motor lain. Ngilu! Tapi aku juga khawatir dengan kondisi Syasya. Bagaimana kalau dia sampai pendarahan dan meninggal? Apa itu artinya aku melakukan pembunuhan?"Ayo, Sya, buruan!" Ajakku menghentikan motor tepat di depannya."Aduh! Mas ini udah di ubun-ubun aku ketoilet dulu ya!" Syasya hampir saja melangkah pergi ketika aku langsung mencekalnya."Kenapa ketoilet lagi, nanti kamu justru kehabisan tenaga. Ayo! Kita langsung ke klinik biar di tangani!"Segera Syasya tak dapat menghindar karena tangannya aku pegangi dengan erat. Segera membawa menuju jok belakang motor. Kulajukan motor dengan kecepatan tinggi. Aku merasakan pegangan erat Syasya. Bahkan sesekali ia meremas pingangku, mungkin dia merasakan sakit yang teramat. Maafkan aku, Sya! Runtukku dalam hati.Perjalanan yang aku tempuh memakan waktu setengah jam. Membuat terasa begitu lama. Terlebih Syasya yang terus merau

DMCA.com Protection Status