Share

Bab 39

Penulis: Goresan Pena93
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 19:19:29

"Selamat, Pak. Anda sebentar lagi akan jadi seorang ayah," ucap dokter yang baru saja memeriksa Diandra.

Mendengar dokter berkata seperti itu, Diandra dan Zayyan tampak saling melempar pandangan. Sekilas mereka seperti tak percaya. Saling menatap dengan jeda beberapa detik. Dokter kandungan itu terlihat tertawa melihat pasiennya yang masih membuka mulut karena kaget.

"Serius, Dok?" tanya Diandra lagi. Ia benar-benar tak percaya.

"Benar, Buk. Saya berikan resepnya dulu, ya. Resep vitamin bisa ditebus di apotek terdekat. Atau tanya suster di sini untuk menebusnya." Setelah menyerahkan sebuah kertas pada Zayyan, dokter kembali berpesan, "Jaga kandungan istrinya ya, Pak! Soalnya masih sangat muda dan rentan."

"Baik, Dok." Zayyan membantu istrinya berdiri. Lalu mereka pun berpamitan keluar ruangan. Setelah berada di luar, Diandra berhenti sejenak. Ia menatap suaminya itu sambil menahan senyum bahagia.

"Kenapa, Sayang?" tanya Zayyan. Lelaki itu pun ikut tersenyum.

"Abang sebentar lagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mastini 228
Abang lagi cemburu Diandra
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
zayyan kmu terlalu cemburu .dh wajar lah Dia sedih ngeliat mantan nya sakit yg penuh dgn selang2 .kmu hrs ngertiin klo kmu marah y utarain mana kmu yg g suka dr Diandra biar istri mu tau jangan diem aja ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kejutan Anniversary    Bab 40

    Diandra berjongkok di depan Zayyan. Ia memohon pada suaminya agar tidak marah lagi. "Abang, aku tau kalau Abang marah. Tapi, tolong jelaskan! Abang marah kenapa?""Dia, jangan begitu!" Lelaki itu meminta Diandra untuk bangkit. Akan tetapi, istrinya itu tetap tidak mau. Ia ingin Zayyan berkata jujur. "Katakan dulu apa salahku, Bang! Jangan tiba-tiba diem dan dingin begini. Aku akan perbaiki jika memang itu salahku," terang Diandra lagi. "Oke, tapi kamu duduk dulu!" Zayyan menarik kedua kencan istrinya. Lalu mereka berdua duduk di tepi ranjang. Diandra menatap lekat lelaki itu. Ia tak mau Zayyan salah paham atau ditinggalkan suami lagi. Mungkin semua memang karena salahnya juga, batin Diandra. "Maafkan aku, Diandra." Zayyan mulai bicara. "Aku tidak sanggup melihat kamu dan Dani sedekat itu. Kukira aku akan tahan dan memaklumi. Tapi ... rupanya aku enggak bisa, Di. Aku melihat Dani masih mencintai kamu.""Astaghfirullah, Abang. Ternyata itu sebabnya Abang diemin aku? Demi Allah, Bang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Kejutan Anniversary    Bab 41

    "Lama banget Abang perginya. Mana aku udah lapar," gumam Diandra setelah membaca pesan dari suaminya. Sejenak ia menatap kaca jendela dari ruangan direktur itu. Udara sudah mulai panas, tetapi Diandra malah mematikan AC karena ia ingin keluar mencari makan. Tas tenteng segera ia raih, lalu keluar dari ruangan itu. Setelah tidur rasanya kepala sudah tak berat lagi, wanita hamil itu menatap jam tangan yang menunjukkan pukul satu siang. Keluar dari lift, tepat saat ingin memberi pesan pada bagian resepsionis, Dia melihat suaminya datang. Keluar dari mobil hitam itu seorang pria berwajah tampan. Akan tetapi, sorot mata Diandra teralihkan pada seorang wanita berambut panjang yang keluar dari jok belakang. "Hah, Abang sama siapa itu? Jangan bilang sekretaris barunya. Kenapa cewek?" Dia mulai kesal. "Sayang," sapa Zayyan, pria itu melewati pintu kaca yang dibukakan oleh seorang sekuriti. "Udah bangun dari tadi?" Wajah Diandra terlihat taj bersahabat. Ia terus memerhatikan wanita yang me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Kejutan Anniversary    Bab 42

    Hari demi hari, bulan berlanjut di penghujung tahun. Diandra dan Zayyan terlihat tak sabar menanti kehadiran buah hati mereka. Canda tawa kian hari kian memenuhi rumah itu. Begitu juga dengan pertemanan Hani dan Diandra yang membuat hubungan keduanya semakin dekat. Hani sudah dianggap seperti adik sendiri oleh mereka. Dan siang ini, wanita muda itu akan datang kabarnya. Ingin mengantar Diandra senam ibu hamil. Diandra sudah terlihat rapi dengan pakaian elastisnya. Ada rasa malu saat ia menatap cermin di depannya. Tampak perut besar itu sudah tak muat lagi ditutupi kaus senam."Udah enggak muat, Bang." Wanita itu tertawa. Zayyan malah memeluk dari belakang. "Kamu seksi kalau begini," bisiknya di dekat telinga istrinya. "Abang, jangan bercanda. Mana ada seksi, tapi perut segede gaban gini. Abang masih cinta enggak kalau makin lama, makin enggak cantik lagi? Berat badanku udah enggak ideal lagi." Diandra memutar badannya, menatap Zayyan yang sudah terlihat tampan dengan setelan kerja.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Kejutan Anniversary    Bab 43

    Mendengar kabar dari Hani, Zayyan merasa tubuhnya tak bertulang lagi. Tubuh kekar itu lemas seketika. Ia pun segera menutup panggilan dan meminta salah seorang bawahannya untuk memesankan tiket pulang. Waktu berjalan begitu cepat, kini lelaki gagah itu sampai juga di Jakarta lagi. Suasana masih sepi, jalanan masih berembun, tak banyak kendaraan yang lewat di sana. Mobil melesat begitu cepat ke arah rumah sakit tempat Diandra di rawat. Lelaki itu berlari ke arah lobi setelah turun dari mobil. Zayyan langsung bertanya soal korban kecelakaan yang merupakan ibu hamil. Tak lama, petugas jaga menjawab kalau Diandra berada di lantai dua dengan kamar yang disebutkan. Lelaki tampan itu berlari masuk ke dalam lift. Ia langsung menekan tombolnya dan kemudian lift pun naik ke atas. Ketika sampai di lantai dua, lelaki itu kembali berlari menoleh kanan kiri mencari di mana kamar istrinya. Di ujung lorong sana, ia melihat Hani duduk termenung seorang diri. Zayyan pun langsung menghampiri. "Giman

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Kejutan Anniversary    Bab 44

    "Dia, kenapa kamu enggak cerita sama Ibu? Kalau gini caranya, Ibu yang akan jagain kamu di rumah ini. Ibu enggak mau kamu kenapa-kenapa saat suami kamu kerja," ucap lirih disertai air mata mengalir di kedua pipi tua itu. Halimah mengusap wajahnya saat ia sudah duduk di tepi ranjang putrinya. Ia menatap iba pada Diandra yang terlihat menyandar dipan. Begitu malang nasibnya sejak memutuskan untuk menikah sampai menikah kedua kalinya pun, ujian berat terus menghantam. Perutnya sudah besar, sekitar tiga bulan lagi jadwal melahirkannya. "Ibu enggak usah sedih. Dia baik-baik aja, kok. Untungnya enggak apa-apa. Calon anak kami selamat, Buk." Dia membalas dengan lemah. Suaranya terdengar sangat pelan karena menahan tendangan dari dalam. "Gimana enggak sedih, kamu lemes gini. Ibu suapin makan buah, ya!" Tanpa menunggu persetujuan dari anaknya, Halimah langsung mengupas buah jeruk untuk Diandra. Pagi tadi, setelah sampai di rumah, Zayyan kembali keluar untuk menjemput mertuanya. Ia ingin D

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Kejutan Anniversary    Bab 45

    Pagi itu, Zayyan sibuk dengan ponselnya. Sampai-sampai, ia tak tahu jika sang istri sudah masuk ke dalam kamar. Diandra tampak menatap suaminya yang duduk belum mengenakan kemeja kerjanya. Wanita berbadan dua itu lantas pergi ke dekat kemari. Ia meraih kemeja putih yang tergantung pada gagang kemarin. Kemudian setelah itu, Dia mendekat. "Abang, pakai bajunya!""Eh, iya, Sayang. Maaf, ya. Aku lagi balas pesan Hendra." Zayyan berdiri, menerima bantuan dari istrinya yang memakaikan kemeja."Memangnya kenapa dengan dia? Apa ada masalah di kantor, Bang?" Terlihat gurat khawatir di wajah Diandra. Dadanya berdegup kencang saat tahu suaminya ada masalah. "Bukan masalah kantor, Sayang. Tapi ... kabar dari Hendra ini sungguh mengejutkan sekali. Dia melihat Hani dan seorang pria bertengkar di hotel. Terus, sekarang Hendra sedang mengejarnya. Aku suruh dia ikutin Hani." "Hani? Ya Allah, semoga dia baik-baik saja. Aku khawatir sekali dengan dia. Dia udah banyak baik sama aku, Bang." "Tapi, den

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Kejutan Anniversary    Bab 46

    "Aku enggak nyangka semua itu ada hubungannya sama Mas Dani. Hani ... kenapa bisa?" Diandra menggeleng kepala sambil menutup wajahnya. Merasa hidupnya tak akan tenang selama Dani masih selalu mengganggu. Sentuhan lembut mendarat pada pundak Diandra. Zayyan mendekat seraya membisik, "Sabar, ya! Aku akan selalu ada untuk kamu, Sayang. Doakan aku agar berumur panjang. Agar bisa menua bersamamu."Diandra langsung mendongak, menatap mata nanar suaminya. "Makasih, Abang. Aku tidak pernah bertemu dengan orang sebaik Abang. Maaf jika selama menjalin pernikahan denganku, hidup Abang jadi enggak pernah tenang. Ada aja cobaan.""Enggak, Sayang. Semua ini sudah takdir. Kita tunggu giliran masuk ke dalam."Diandra mengangguk. Mereka berdua sedang duduk di depan ruangan rawat Hani. Detik berjalan, mereka menunggu dokter keluar dari sana. Ketika dokter keluar, Diandra dan zayyan segera berdiri. Mereka bertanya soal keadaan Hani. "Gimana, Dok? Apakah teman kami baik-baik saja?" tanya Dia dengan waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Kejutan Anniversary    Bab 47

    Tiga bulan setelah huru hara yang menimpa Diandra dan Zayyan, mereka berdua hidup tenang. Sampai detik ini, saat kandungan wanita itu menginjak usia sembilan bulan. Hati dan pikiran mulai tak sabar menanti kehadiran sang buah hati. Wajah Diandra terlihat gugup saat menghadapi ranjang persalinan. Tangannya menggenggam erat tangan sang suami. Zayyan terus membisikkan kalimat dzikir pada istrinya yang mulai merasakan sakit yang luar biasa."Sayang, kamu pasti kuat. Pasrah kan saja, ikuti apa kata dokter!" Zayyan memberikan kecupan hangat pada kening istrinya yang bercucuran keringat. "Abang ...." Diandra mulai mengejan. Dokter terus memberikan hitungan agar bayi juga keluar dengan selamat. "Tarik napas, Sayang!" Zayyan yang melihat perjuangan seorang ibu untuk kali pertama itu malah ikut mengajan. Rasanya spontan ia melakukannya. Satu jam berada di ruang persalinan, akhirnya mereka mendengar suara tangisan bayi juga. Air mata berlinang mendengar suara mungil yang menggema seisi ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02

Bab terbaru

  • Kejutan Anniversary    Bab 111

    Sembilan bulan sudah mereka menanti, akhirnya pagi itu, Aruna merasa tak enak perasaan. Tiba-tiba merasa jantung berdebar-debar, tapi ia masih sibuk menyiapkan makan pagi di meja makan bersama pembantu. Ia merasa tak tahan untuk buang air kecil saat itu. Aruna menoleh pada pembantu, lalu berkata, "Bik, aku ke kamar mandi dulu, ya. Nanti kalau baby Al nangis, tolong ajak dulu. Soalnya Mas Zain belum pulang.""Baik, Mbak." Pembantu yang tadinya mencuci piring itu pun langsung membalas. Saat masuk ke kamar mandi, Aruna menunaikan hajatnya. Kandungan yang sudah membesar membuatnya sering buang air kecil. Namun, saat ia membuka celana, ia melihat bercak flek seperti saat ia hendak melahirkan baby Al saat itu. Aruna mendelik. Ia sudah yakin, hari itu juga ia bakal melahirkan. Dalam hatinya berdesir rasa khawatir. Setelah selesai, lalu mengganti celana yang baru, dan mencuci tangan, Aruna langsung keluar. "Bik," teriaknya. "Bik, tolong!" Pembantu tadi langsung tergopoh-gopoh menghampir

  • Kejutan Anniversary    Bab 110

    "Mas, aku kok khawatir ya, sama baby Al." Aruna menyentuh lengan suaminya. "Wajar begitu, Sayang. Namanya juga ibunya. Nanti setelah sampai bandara, kita video call." Zain menjawab dengan santai. Mereka saat ini berada di atas awan, di dalam pesawat yang menuju ke sebuah kota sejuk di mana orang-orang menyebutnya kota apel. Begitu pesawat landing, mereka Oun segera melangkah keluar. Menuju hotel untuk menginap. Dua koper besar masuk ke dalam taksi, mereka langsung menuju ke tempat wisata itu sekaligus menikmati waktu bulan madu yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Sampai di hotel, Aruna menghela napas panjang. Ia langsung membanting tubuhnya ke atas tempat tidur. Sementara Zain yang baru masuk, langsung menahan senyuman. Seisi ruang kepalanya mulai berkenalan, Zain tertawa. Pintu kamar hotel ia tutup. Pria itu melepas sepatu, lalu jaket hitamnya. Kemudian ia ikut merebahkan diri di sana. Memeluk tubuh Aruna dengan erat dan rasa bahagia. "Mas," panggil Aruna. "Hem. Kamu capek

  • Kejutan Anniversary    Bab 109

    "Besok Mas bicara sama dia. Kalau kamu yakin, Mas akan bertindak tegas." Aruna mengangguk. Ia segera memeluk suaminya lagi. Lalu malam berlalu begitu cepat. Paginya, Aruna mendadak malas bangun. Ia sengaja tiduran di atas ranjang sejak setelah Subuh. Tentunya bersama baby Al yang sudah bangun lebih awal. Bayi kecil itu kini mulai bersuara riang. Entah apa yang ingin ia ucapkan, yang jelas ia sangat lucu. "Sayang, kamu enggak bangun?" Zain baru saja masuk ke kamar. Ia baru saja keluar untuk mengambil air minum. "Males. Lagi pengen tidur-tiduran. Perutku mual lagi, Mas."Zain mendekat. Ia kembali mengusap kepala yang ditumbuhi rambut lebat itu. Lalu mencium kening Aruna yang wangi. "Kangen lagi? Barusan mandi," sindir Zain sambil meringis. "Iya, males mandi juga. Masa belum ada sejam udah mandi lagi. Rajin banget.""Maklumin dong, Yang. Kan namanya juga pengantin baru. Enggak ada istilah liburnya." Kali ini pria itu tertawa lepas. "Hem. Dasar laki-laki. Ke sana terus pikirannya."

  • Kejutan Anniversary    Bab 108

    Aruna segera mengetik pesan untuk suaminya saat di kamar. "Baru juga hidup tenang, ada aja yang ganggu. Iseng banget," gumamnya sendiri. ["Mas, aku takut."]["Takut kenapa?"]["Ada yang melempar boneka serem ke halaman setelah Mas berangkat tadi."]["Hah. Serius?"]["Iya lah, masa aku bohong. Enggak lucu juga. Lagian tadi pas Mas berangkat ada mobil berhenti di depan rumah."]["Mobil tetangga kali. Itu palingan yang ngelempar orang gila. Suka ada orang gila masuk komplek kali satpam depan ngantuk."]["Mas aneh banget, sih. Orang ini pagi-pagi. Mana mungkin satpam ngantuk? Kan gantian yang jaga semalam sama pagi ini."]["Ya udah, pokoknya hati-hati aja kalo di rumah. Jangan keluar kalo gitu. Mama udah dikasih tau?"]["Enggak. Aku enggak enakan ngasih taunya."]["Ya biar hati-hati juga. Ya udah, aku ada pasien lagi, Sayang. Kamu nikmati hari di rumah, ya! Mau dibawakan apa nanti kalo pulang?"]["Apa aja deh, Mas. Yang penting Mas pulang dengan selamat."]["Ciee, so sweet banget. Kayak

  • Kejutan Anniversary    Bab 107

    "Sayang, jangan marah dong. Aku enggak kayak gitu. Please!" Zain memohon dengan kaki berjongkok di depan istrinya. "Mas jahat. Nuduh aku sama mama kayak orang-orang di cerita itu, kan? Aku emang bukan anak mama. Aku emang bukan menantu yang baik bahkan bukan dari keluarga kaya. Tapi aku sama mama tetap baik-baik aja." Sambil mengusap wajah, Aruna melengos. "Iya, aku minta maaf. Aku udah buat kamu salah paham. Maafin, ya.""Apa aku pergi aja? Enggak tinggal di sini lagi. Biar Mas enggak menduga-duga kalo aku sama mama lagi enggak enakan.""Kenapa buntutnya jadi panjang gini, sih? Aku enggak ada maksud bilang begitu, Sayang." Zain tampak stres membujuk Aruna yang tak kunjung paham. Pria itu menggaruk kepalanya sendiri. "Aku capek lah, Run. Kamu enggak mau ngalah. Aku udah ngalah, udah ngejelasin panjang lebar, juga udah segalanya. Bujuk kamu gimana pun, tetap saja kamu begitu. Terserah lah." Zain merebahkan diri di atas ranjang dengan kedua tangan di belakang kepala. Ia langsung meme

  • Kejutan Anniversary    106

    Dua bulan sudah mereka menjalin hubungan suami istri. Kehidupan mereka terlihat baik-baik saja. Sampai tiba saat Zain baru bangun tidur siang di hari liburnya, ia melihat ke samping. Ada Aruna yang berselimut sampai kepalanya. Baby Al yang menangis di dalam keranjang tidur pun tak dihiraukan. Zain bergegas bangkit lalu meraih putra sambungnya itu lalu mengajaknya keluar dari kamar. Zain meminta pembantu mengajak putranya itu, lalu ia kembali ke kamar karena curiga. Pikirannya tertuju pada sang istri yang sejak tadi tak merespon apa pun. "Yang, kamu enggak apa-apa?" Pria itu menatap istrinya setelah duduk di tepi ranjang. "Yang," panggilnya lagi. "Kamu enggak apa-apa?" Disentuhnya kening sang istri, ternyata dan ia terkejut saat merasakan kening Aruna terasa panas. "Yang, kamu demam?" Zain langsung membuka selimut tebal itu, lalu menyentuh tubuh istrinya juga. "Ya Allah, kamu sakit?" Ia pun kembali menyelimuti tubuh Aruna lagi. Karena tak menjawab, Zain makin panik. Aruna seperti

  • Kejutan Anniversary    Bab 105

    "Jaga tuh mulut!" Wanita itu melotot sambil menunjuk jarinya ke wajah Aruna. "Kamu kira aku takut? Kamu kira aku bakal lemah saat kamu mengirim foto memalukan itu? Dokter, kok, enggak punya attitude. Rendahan banget ngirim trik ngancurin keluarga orang dengan cara kek gitu. Enggak nyangka aja, bisa-bisanya orang kayak kamu jadi dokter." "Tutup mulut kamu! Atau aku laporkan kamu pada sekuriti!" ancam wanita itu. "Aku enggak takut. Silakan saja, sampai di sini aja udah keliatan siapa yang main kotor. Kalau enggak laku, mending sabar dulu, bukannya malah fitnah keluarga orang lain. lucu sekali. Udah ye, aku mau belanja dulu. Bye-bye kuman!" Wanita bernama Afkha itu mendelik. Ia ingin sekali mencakar wajah Aruna. Namun, ia kembali mengurungkan karena khawatir malah membuatnya malu sendiri. "Awas saja dia! Sudah berani membuatku malu di sini, kau akan merasakan malu juga nanti. Saat itu tiba, aku akan membuatmu memohon di kakiku." Ia pun segera pergi dari sana. Aruna menoleh kanan ki

  • Kejutan Anniversary    Bab 104

    "Kamu percaya kan, sama aku?" Sekali lagi, Zain bertanya pada istrinya. "Aku percaya. Tapi, aku sakit melihat foto itu." Aruna menjawab dengan gugup. Bibirnya bergetar, ia masih trauma. "Aku akan ajukan pengunduran diri. Dan cari kerja di rumah sakit lain kalau perlu. Atau, bisnis lain yang bisa aku kerjakan mungkin. Kamu ... mau aku seperti Mas Aksa? Jadi orang kantoran? Aku bisa ... tapi mungkin akan butuh waktu karena aku enggak akan bisa masuk dan duduk di posisi seperti dia."Aruna menatap mata nanar suaminya. Ia yakin, suaminya tidak melakukan hal itu. Akan tetapi, rasanya sakit hati belum juga sembuh. "Katakan padaku sekali lagi, kamu percaya sama aku!"Aruna mengangguk. "Aku percaya, Mas. Tapi, aku khawatir dia deketin Mas lagi. Aku takut kalau dia cari cara-cara lain lagi untuk menimbulkan fitnah.""Insyaallah, semoga enggak. Aku akan menjauh jika dia mendekat. Aku akan waspada. Percayalah padaku, Aruna."Mereka kembali berpelukan. Malam itu, Aruna menatap putranya dengan

  • Kejutan Anniversary    Bab 103

    Tubuh Aruna bergetar. Jantungnya berdebar kencang. Ia tak siap mendengar kabar jika Zain menjalin hubungan dengan wanita lain. Dengan kata lain, pria itu berselingkuh. "Aku tidak akan percaya begitu saja dengan wanita tadi. Dia pasti sudah berbohong. Dia pasti hanya ingin membuat rumah tanggaku dan Mas Zain berantakan "Mondar-mandir memikirkan suaminya, Aruna tampak tak tenang. Ia segera menggendong putranya lagi, lalu menimang agar cepat tidur. Karena itu, ia ingin mencari tahu petunjuk-petunjuk yang mungkin ada di rumah. Jika memang suaminya berselingkuh. Setelah baby Al tertidur, Aruna meletakkannya di atas tempat tidur. Lalu mencoba mencari sesuatu di laci, di lemari, bahkan di sosial media. Wanita muda itu sudah seperti orang gila. Dia stres karena memikirkan suaminya. Dadanya perih saat memutar kembali suara mendayu wanita di balik telepon tadi. Karena tak menemukan apa-apa, Aruna lemas di lantai. Air matanya seolah habis, ia sudah termakan ucapan wanita itu. Kebetulan saat

DMCA.com Protection Status