Melihat sikap Bella seperti ini, darah di sekujur tubuhku mulai mendidih.Menyukai makanan enak dan kecantikan.Inilah sifat manusia.Aku tidak bisa menahannya sama sekali.Adapun Bella, dia menatap tempatku itu dengan matanya yang menawan, "Hei, apa kamu bersemangat lagi?""Lalu kenapa kamu ragu-ragu? Ayo cepat."Kata Bella sambil bergerak mengangkat roknya.Gerakan inilah yang membuat seluruh tubuhku mati rasa.Aku tidak sabar untuk segera menaklukkan wanita ini di tempat.Aku menelan ludahku dan berkata, "Benarkah? Apakah kamu berbohong padaku?""Apakah aku terlihat seperti sedang berbohong padamu?" Bella terus berkata kepadaku dengan suara yang sangat menggoda.Aku tidak bisa mengendalikannya lagi dan berjalan menghampiri dengan berani."Benarkah? Kalau begitu aku nggak akan sungkan lagi."Kataku sambil melingkarkan tanganku di pinggang Bella.Bella tertawa terbahak-bahak.Aku segera menyadari bahwa aku sudah ditipu oleh wanita ini."Kamu masih bilang kamu nggak tertarik padaku, ap
"Aku bisa mengerti kalau kamu memberikan kalung kepada kakak iparmu, tapi apa maksudmu dengan memberikan kalung kepada sahabat kakak iparmu?"Aku berkata dengan tidak sabar, "Aku ingin memberikannya, apa nggak boleh? Bisakah kamu urus? Kenapa kamu urus sebanyak ini?"Melihat aku benar-benar marah, Bella akhirnya berhenti mempersulitku.Sebaliknya, dia memberiku kedua kotak hadiah."Oke, aku nggak akan bertanya lagi padamu, kamu bisa mengantarku pulang 'kan?""Lihat ini, aku membawa begitu banyak barang, kamu nggak mungkin suruh aku naik taksi 'kan?"Terkadang aku sangat membenci sifatku yang berhati lembut dan bertelinga lembut.Bella sering menindasku, tapi dia menatapku dengan tatapan memohon, jadi aku hanya bisa mengangguk."Aku membantumu karena aku baik hati. Kalau itu orang lain, dia nggak akan peduli dengan hidup atau matimu."Kataku sambil membantu Bella membawa barang.Wanita ini sangat kaya dan membeli barang senilai jutaan sekaligus.Itu membuatku merasa sangat tertekan.Dal
"Hah?"Apa aku meninggalkan sesuatu?Apa itu?Kenapa aku tidak tahu apa-apa?Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman.Beberapa saat kemudian, Bella keluar dari kamar dengan membawa kaus kaki di tangannya.Kaus kaki itu jelas milikku."Lihat kaus kaki ini, apakah kamu mengenalinya?" Bella bertanya padaku.Aku berkata dengan rasa bersalah, "Bagaimana aku bisa mengetahui benda seperti ini? Kaus kaki ini sangat umum dan dijual di mana-mana. Lagi pula, orang-orang zaman sekarang menggantungkan pakaiannya di rumah, jadi siapa yang tahu pakaian apa yang dikenakan seseorang?""Ya, pikiranku terlalu sederhana," gumam Bella sendiri.Aku benar-benar tidak ingin tinggal di sini lagi. Aku selalu merasa kalau aku tinggal lebih lama lagi, cepat atau lambat rahasiaku akan terungkap."Eh, kamu nggak ada hal lain 'kan? Kalau nggak ada, aku pergi dulu."Aku membuat alasan dan ingin melarikan diri.Tapi, Bella berkata, "Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu."Aku menepuk langsung mulutku.Kenapa aku begitu bany
Aku agak kesal, "Apakah kamu masih bisa tersenyum?""Hei, apa kamu terlalu serius? Saat aku bilang aku ingin melakukannya denganmu, aku hanya ingin memuaskan hasratku, bukan karena aku ingin membalas dendam pada bajingan itu."Bella menjelaskan sambil tersenyum.Tiba-tiba aku terlihat malu."Hah?"Aku salah paham tentang dia.Sebenarnya pemikiran Bella saat ini sama dengan pemikiran Nancy, hanya nalurinya saja yang mendorongnya untuk melakukan hal semacam itu.Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kebutuhan akan hal tersebut.Ini normal.Ketika ada kebutuhan, wajar saja kalau dilampiaskan dan dilepaskan.Aku menggaruk kepalaku karena malu, lalu tersipu dan berkata, "Tapi, kamu nggak biasanya seperti ini, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti itu kepadaku? Itu nggak bisa diterima."Bella mendengus pelan, "Itu karena kamu berani menggodaku di hari pertama kerja dan meninggalkan kesan yang sangat buruk padaku, jadi tentu saja aku nggak bersikap baik terhadapmu.""Tapi, setelah
"Mau menonton yang lebih seru?" Bella berbaring di atasku dan bertanya padaku.Aku mengangguk penuh semangat.Saat ini, pikiranku penuh dengan rangsangan dan hasrat ....Aku tidak bisa memikirkan hal lain."Tunggu."Bella turun dari tubuhku seperti anak kucing ....Aku sangat bersemangat.Dia sedang bersiap untuk membantuku ....Kalau begitu aku akan menikmatinya.Tapi, Bella langsung turun ke bawah ranjang dan membuka laptopnya.Aku bingung, memikirkan apa yang dia lakukan?Aku segera mengetahuinya.Ternyata Bella sedang menayangkan video tentang estetika tubuh.Apalagi itu adalah level sulit, yang belum pernah aku lihat sebelumnya.Saat aku menonton, aku merasa semakin tidak nyaman, berpikir kenapa Bella tidak naik?Haruskah aku berinisiatif untuk menghampiri dan bertanya?Melihat Bella masih tak bergerak, aku dengan berani duduk dan melingkarkan tanganku di pinggangnya, "Kita sudah cukup melihatnya, bukankah harus dimulai?""Katakan padaku, apakah aku benar-benar liar?" Tiba-tiba Be
Aku berkata tanpa basa-basi, "Masalahmu adalah kamu terlalu plin-plan, terlalu lembut, dan sangat nggak pengertian!""Kamu terus bilang kamu nggak keras kepala, tapi semua yang kamu lakukan menunjukkan sisimu itu.""Dengan karakter sepertimu, nggak ada pria yang mampu bertahan.""Kamu diam!"Kami berdua bertengkar hebat.Saat ini, adegan pertarungan dalam video tersebut juga sedang intens.Aku marah dan pada saat yang sama aku terstimulasi oleh teriakan di video, jadi aku merasa sangat tidak nyaman di suatu tempat.Aku sangat ingin melampiaskannya.Tapi, yang pasti tidak dengan wanita di depanku.Karena aku tidak ingin berinteraksi lagi dengannya, sekarang aku hanya ingin segera keluar dari sini.Aku bisa mencari Kak Lina, aku bisa mencari Kak Nancy, siapa pun yang aku datangi, itu pasti lebih baik dari wanita ini."Oke, aku diam, kamu bisa bersikap liar sendirian."Aku mengambil barang-barangku, mendorong wanita itu menjauh dan pergi."Ah, kamu bajingan!"Bella sangat marah, bergegas
Apa yang mereka lakukan di Kantor Pengelola Perumahan? Tentu saja untuk balik nama rumah."Johan setuju untuk memindahkan rumah itu atas nama Kak Lina?" tanyaku.Nancy berkata, "Bagaimana mungkin? Johan si bajingan itu nggak bersedia memberikan kompensasi apa pun, dia bahkan mengatakan dia akan melawan kita sampai akhir.""Aku ingin melihat apakah suamiku bisa bernegosiasi dan mengalihkan rumah itu atas nama Lina."Ternyata begitu."Lalu apa kata suamimu? Apakah cara yang kamu sebutkan itu bisa dilakukan?" Aku sangat peduli dengan hal ini, terutama karena aku tidak ingin Kak Lina kehilangan cinta dan materi.Karena dia nggak bisa mendapatkan cinta pria itu, ambil kembali apa yang menjadi miliknya.Singkatnya, dia nggak boleh terlalu dirugikan.Nancy berkata, "Kami memang sedang meminta bantuan koneksi. Oke, aku nggak mengobrol dulu. Lina sedang keluar. Saat kami kembali baru cerita.""Oh baik, kalian urus dulu."Setelah menutup panggilan telepon, aku berpikir dalam hati kalau Kak Lina
Aku berkata, "Sebenarnya, banyak klinik TCM sekarang yang lebih terkenal daripada Rumah Sakit TCM. Pak Wono dari departemen kami memperkenalkanku ke sebuah klinik. Aku akan pergi lihat nanti.""Apakah itu orang tua yang mewawancaraimu?""Ya.""Orang tua itu cukup baik padamu.""Oh, lumayan, tapi sayang sekali aku selalu bersikap buruk terhadapnya selama aku di rumah sakit. Sungguh memalukan kalau dipikir-pikir. Aku seorang magang berani melakukan itu kepada kepala poli, dia juga nggak mengatakan akan memecat aku.""Dia juga nggak mempersulit aku tapi aku terlalu picik dan cuek."Kak Nia terkekeh dan berkata, "Kalau kamu punya kesadaran seperti itu, artinya kamu sudah dewasa. Kalau kamu punya kesempatan di masa depan, kamu akan berterima kasih padanya.""Bangunlah, kita akan keluar makan nanti."Melihat suasana hati Kak Nia sedang bagus, aku pun bertanya, "Kak Nia, hari ini kamu dan kakakku pergi periksa. Bagaimana hasilnya?"Kak Nia menghela napas dan berkata, "Dokter bilang, kakakmu m
Willy menghindar dengan cepat, tetapi pisau itu tetap memotong bahunya.Seketika, Willy berteriak kesakitan.Suasana menjadi kacau.Willy menutupi lukanya dan berteriak, "Tolong, cepat kemari. Bunuh dia ...."Awalnya, Yasan ingin membunuh Willy dengan satu tebasan. Namun, dia tidak menyangka Willy akan menghindarinya.Karena tidak memiliki pengalaman bertempur, Yasan menjadi panik. Dia bahkan tidak tahu ke mana perginya pisau baja di tangannya.Melihat semua orang di bar bergegas mendekat, Yasan segera berbalik dan melarikan diri.Tasya bersembunyi di samping sambil menyaksikan dengan cemas.Tasya mengeluarkan ponsel dan meneleponku sambil menangis."Pak Yasan ada di Bar Scarlet. Barusan, dia menebas Willy dengan pisau. Sekarang, Willy ingin membunuhnya ...."Setelah mengetahui lokasi Yasan, aku segera bergegas keluar dari klinik.Kiki baru saja kembali dari membeli sarapan.Aku segera menarik Kiki ke dalam mobil, "Yasan melukai Willy di Bar Scarlet, kita harus pergi ke sana untuk memb
Haha. Jadi, aku memintamu untuk mengurus mereka. Edo, kamu nggak akan menolak, 'kan?""Sialan, aku nggak mau membantumu mengurus mereka. Aku bahkan belum menikah. Kamu ingin membuatku punya keluarga. Bagaimana aku bisa menikah di masa depan?"Saat itu, emosiku agak tidak terkendali. Aku berbicara di telepon dengan panik.Aku sudah menduga secara kasar apa yang akan dilakukan Yasan.Aku benar-benar tidak bisa membiarkan Yasan melakukan hal itu. Jika tidak, dia akan benar-benar celaka."Oh, aku sendiri yang melakukannya, jadi aku harus membayarnya sendiri. Kalau seluruh klinik terlibat karenaku, aku benar-benar berdosa.""Baiklah, aku nggak akan bicara lagi. Aku sibuk dulu.""Jangan tutup teleponnya, jangan tutup teleponnya ...."Aku mendengar keheningan panjang di ujung telepon.Akhirnya, Yasan menutup telepon.Aku sangat cemas. Aku segera meneleponnya, tetapi Yasan mematikan teleponnya.Aku ingin tahu di mana aku dapat menemukannya?Setelah memikirkannya, aku teringat pada seseorang.A
Yuna membalasku, "Dia mulai demam. Selain itu, panasnya nggak kunjung sembuh. Dokter bilang dia infeksi dan kondisinya sangat serius. Kami akan memindahkan Harmin ke Kota Brando."Aku langsung terduduk.Apakah kondisinya seserius itu?Saat aku pergi hari itu, aku melihat Harmin tampak jauh lebih baik. Aku berpikir dia akan baik-baik saja.Hatiku tiba-tiba sangat sedih, seakan-akan ada batu besar yang menekanku.Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya bisa membalasnya, "Pak Harmin sangat baik. Dia akan baik-baik saja! Bu Yuna, aku akan berdoa untuk Pak Harmin."Yuna membalas, "Terima kasih."Aku dan Yuna tidak mengirim pesan apa-apa lagi.Namun, ketika aku melihat pesan yang dikirim oleh Yuna, hatiku sangat sedih.Aku tidak bisa menerimanya. Bagaimana mungkin Harmin yang sangat baik itu terkena kanker hati? Bagaimana bisa kondisinya menjadi semakin buruk?Saat kanker hati mencapai stadium akhir, itu akan sangat menyakitkan.Di desa kami, ada seorang kakek yang menderita kanker hati.
Sebenarnya, saat itu aku juga berpikir demikian.Aku bahkan berpikir Tasya jauh lebih baik daripada wanita tua ini.Namun, setelah melihat kejadian tadi, aku sadar bahwa banyak hal tidak bisa dinilai dari penampilan saja.Meskipun Tasya masih muda dan cantik, tujuannya sangat jelas. Begitu sesuatu terjadi, dia hanya berpikir untuk melindungi dirinya sendiri.Orang yang benar-benar bisa berbagi kesulitan dengan Yasan hanyalah istrinya.Aku juga mengerti mengapa Yasan dapat menahan godaan Tasya. Yasan menolak melakukan hal yang mengecewakan Bertha.Menjelang malam ketika klinik hendak tutup, kami belum mendapatkan kabar dari Yasan."Kak Bertha, sebaiknya kamu kembali dulu. Kamu masih punya anak yang harus diurus di rumah. Kalau kami mendapat kabar tentang Pak Yasan, kami akan segera mengabarimu."Bertha sama sekali tidak ingin kembali. Namun, dia tidak punya pilihan lain.Bertha berulang kali mengingatkanku jika aku mendengar berita tentang Yasan, aku harus segera menelepon dan memberita
Kiki ingin membawa Yasan kembali ke toko. Namun, Yasan mendorong Kiki dan melarikan diri tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah mengejar dalam waktu lama, Kiki tidak berhasil mengejar Yasan.Kiki tidak memiliki pilihan selain kembali ke toko.Kiki menarikku ke samping, lalu dia menceritakan apa yang terjadi pada Yasan.Setelah mendengarnya, aku merasa sangat sedih dan kesal.Yasan adalah orang yang jujur. Orang-orang itu mempermalukannya hingga dia tidak memiliki harga diri sama sekali. Yasan pasti merasa sangat tidak nyaman.Aku segera menelepon Yasan. Namun, dia tidak menjawab panggilannya.Aku memiliki firasat buruk, seakan sesuatu akan terjadi pada Yasan.Aku merasa semakin tertekan."Sialan." Kali ini adalah pertama kalinya aku mengumpat. Hal ini karena pikiranku sedang kacau. Aku tidak tahu harus berbuat apa.Namun, aku juga tahu bahwa aku tidak boleh panik. Pak Harmin telah menyerahkan Aula Damai padaku. Sekarang, aku harus mencegah Willy dan Hairu membuat masalah lagi."Mul
Kemudian, Willy bergegas mendekat dan mencoba menarik celana Yasan.Yasan meronta dengan sekuat tenaga.Willy berkata pada bawahannya, "Apa yang kalian semua lakukan di sana? Datang bantu aku!"Beberapa bawahannya bergegas mendekat, lalu mereka menekan Yasan ke tanah.Celana Yasan dilepas di depan umum.Hairu mencibir, lalu berkata kepada Tasya, "Duduk di atasnya."Tasya gemetar ketakutan, Wajahnya tampak pucat pasi."Kak Hairu, ada banyak orang ....""Plak!"Hairu menampar wajahnya. "Cepat pergi. Kenapa kamu beromong kosong?"Tasya dipukuli begitu keras hingga matanya berlinang air mata. Namun, dia tidak berani mengatakan sepatah kata pun.Dia berjalan ke sana dengan patuh.Yasan ditekan ke tanah oleh orang-orang itu, lalu celananya ditarik hingga lepas.Dia tampak sangat menyedihkan.Tasya melihat perasaan marah dan terhina yang tidak berujung di mata Yasan yang awalnya lembut dan baik itu.Tasya tahu karena dirinya, Yasan berakhir seperti ini.Dia merasa bersalah. Dia bahkan tidak b
Kiki menanggapinya, lalu dia segera mengikuti Yasan keluar.Aku meminta orang lain melakukan pekerjaan masing-masing.Semua orang kembali ke bekerja satu demi satu. Namun, banyak orang diam-diam mendiskusikan urusan Yasan.Aku merasa tertekan.Sementara, di sisi Yasan.Yasan mengajak Tasya ke tempat terpencil, lalu dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku melakukan ini dengan tulus demi kebaikanmu. Aku benar-benar berharap kamu bisa menjadi lebih baik. Tapi, sekarang kamu malah merendahkan dirimu."Tasya berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu benar-benar peduli padaku, apa kamu akan meninggalkanku hanya karena perkataan Edo?""Meskipun nggak ada Edo, kita mustahil untuk bersama. Aku punya keluarga, istri dan anak-anak. Aku selalu memperlakukanmu sebagai adik. Aku nggak pernah memiliki pikiran yang nggak pantas tentangmu."Tasya menampar pipi Yasan dengan keras.Tasya menggertakkan giginya dan berkata, "Kamu nggak punya pikiran yang nggak pantas padaku? Kalau kamu nggak punya pikiran y
Masalah telah menjadi seperti ini. Akhirnya, Tasya mengatakan tujuan aslinya.Tujuannya bukan untuk memfitnah Yasan. Tujuan sebenarnya adalah membuat masalah untuk Aula Damai.Melihat semua orang terus berkomentar, aku berjalan mendekat dan berkata pada Tasya, "Apa Willy yang memerintahkanmu untuk melakukan ini? Atau kamu sukarela untuk bekerja sama dengan Willy?"Tatapan mata Tasya langsung mengelak. "Aku nggak mengerti apa yang kamu katakan."Aku tidak memarahinya. Aku berkata dengan wajah cemberut, "Aku tahu aku seharusnya nggak boleh memerasmu. Aku juga nggak bisa mengharapkan kamu untuk berubah pikiran. Tapi, tanyakan pada dirimu sendiri. Saat Willy memukulmu, memarahimu dan menindasmu, siapa yang melindungimu?""Tanpa Yasan, kamu masih akan disiksa oleh Willy. Kamu nggak bisa memfitnah dan menghancurkan hidupnya hanya karena dia nggak jatuh ke dalam perangkapmu, 'kan?"Tasya berkata dengan marah, "Kapan aku memfitnahnya? Jangan berbicara omong kosong. Aku tahu kamu dan Aula Damai
Kami berbalik, lalu melihat Tasya berteriak di toko.Wanita ini tidak berakting lagi. Dia mewarnai rambutnya dengan berbagai warna dan berpakaian seperti gangster.Tasya menunjuk hidung Yasan dan berkata, "Beraninya kamu nggak menjawab panggilanku? Apa maksudmu?"Yasan segera berjalan mendekat, lalu berkata, "Bukankah aku sudah memberitahumu dengan jelas dalam pesan? Ke depan, jangan datang menemuiku lagi.""Kamu bilang kamu nggak ingin menemuiku? Kamu sudah tidur denganku. Kamu ingin mencampakkanku begitu saja?"Suara Tasya sangat keras. Terlihat jelas dia sengaja membuat onar.Wajah Yasan langsung menjadi masam. "Kapan aku tidur denganmu? Aku sama sekali nggak pernah menyentuhmu."Tasya berkata sambil mencibir, "Kamu bilang seperti itu. Tanyakan pada orang-orang di toko apa mereka percaya?"Yasan melihat ke sekelilingnya. Dia melihat semua orang menatapnya dengan aneh.Yasan berkata, "Aku nggak berbuat salah, aku nggak takut. Aku sudah bilang aku nggak pernah tidur denganmu.""Kamu n