"Hah?"Apa aku meninggalkan sesuatu?Apa itu?Kenapa aku tidak tahu apa-apa?Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman.Beberapa saat kemudian, Bella keluar dari kamar dengan membawa kaus kaki di tangannya.Kaus kaki itu jelas milikku."Lihat kaus kaki ini, apakah kamu mengenalinya?" Bella bertanya padaku.Aku berkata dengan rasa bersalah, "Bagaimana aku bisa mengetahui benda seperti ini? Kaus kaki ini sangat umum dan dijual di mana-mana. Lagi pula, orang-orang zaman sekarang menggantungkan pakaiannya di rumah, jadi siapa yang tahu pakaian apa yang dikenakan seseorang?""Ya, pikiranku terlalu sederhana," gumam Bella sendiri.Aku benar-benar tidak ingin tinggal di sini lagi. Aku selalu merasa kalau aku tinggal lebih lama lagi, cepat atau lambat rahasiaku akan terungkap."Eh, kamu nggak ada hal lain 'kan? Kalau nggak ada, aku pergi dulu."Aku membuat alasan dan ingin melarikan diri.Tapi, Bella berkata, "Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu."Aku menepuk langsung mulutku.Kenapa aku begitu bany
Aku agak kesal, "Apakah kamu masih bisa tersenyum?""Hei, apa kamu terlalu serius? Saat aku bilang aku ingin melakukannya denganmu, aku hanya ingin memuaskan hasratku, bukan karena aku ingin membalas dendam pada bajingan itu."Bella menjelaskan sambil tersenyum.Tiba-tiba aku terlihat malu."Hah?"Aku salah paham tentang dia.Sebenarnya pemikiran Bella saat ini sama dengan pemikiran Nancy, hanya nalurinya saja yang mendorongnya untuk melakukan hal semacam itu.Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kebutuhan akan hal tersebut.Ini normal.Ketika ada kebutuhan, wajar saja kalau dilampiaskan dan dilepaskan.Aku menggaruk kepalaku karena malu, lalu tersipu dan berkata, "Tapi, kamu nggak biasanya seperti ini, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti itu kepadaku? Itu nggak bisa diterima."Bella mendengus pelan, "Itu karena kamu berani menggodaku di hari pertama kerja dan meninggalkan kesan yang sangat buruk padaku, jadi tentu saja aku nggak bersikap baik terhadapmu.""Tapi, setelah
"Mau menonton yang lebih seru?" Bella berbaring di atasku dan bertanya padaku.Aku mengangguk penuh semangat.Saat ini, pikiranku penuh dengan rangsangan dan hasrat ....Aku tidak bisa memikirkan hal lain."Tunggu."Bella turun dari tubuhku seperti anak kucing ....Aku sangat bersemangat.Dia sedang bersiap untuk membantuku ....Kalau begitu aku akan menikmatinya.Tapi, Bella langsung turun ke bawah ranjang dan membuka laptopnya.Aku bingung, memikirkan apa yang dia lakukan?Aku segera mengetahuinya.Ternyata Bella sedang menayangkan video tentang estetika tubuh.Apalagi itu adalah level sulit, yang belum pernah aku lihat sebelumnya.Saat aku menonton, aku merasa semakin tidak nyaman, berpikir kenapa Bella tidak naik?Haruskah aku berinisiatif untuk menghampiri dan bertanya?Melihat Bella masih tak bergerak, aku dengan berani duduk dan melingkarkan tanganku di pinggangnya, "Kita sudah cukup melihatnya, bukankah harus dimulai?""Katakan padaku, apakah aku benar-benar liar?" Tiba-tiba Be
Aku berkata tanpa basa-basi, "Masalahmu adalah kamu terlalu plin-plan, terlalu lembut, dan sangat nggak pengertian!""Kamu terus bilang kamu nggak keras kepala, tapi semua yang kamu lakukan menunjukkan sisimu itu.""Dengan karakter sepertimu, nggak ada pria yang mampu bertahan.""Kamu diam!"Kami berdua bertengkar hebat.Saat ini, adegan pertarungan dalam video tersebut juga sedang intens.Aku marah dan pada saat yang sama aku terstimulasi oleh teriakan di video, jadi aku merasa sangat tidak nyaman di suatu tempat.Aku sangat ingin melampiaskannya.Tapi, yang pasti tidak dengan wanita di depanku.Karena aku tidak ingin berinteraksi lagi dengannya, sekarang aku hanya ingin segera keluar dari sini.Aku bisa mencari Kak Lina, aku bisa mencari Kak Nancy, siapa pun yang aku datangi, itu pasti lebih baik dari wanita ini."Oke, aku diam, kamu bisa bersikap liar sendirian."Aku mengambil barang-barangku, mendorong wanita itu menjauh dan pergi."Ah, kamu bajingan!"Bella sangat marah, bergegas
Apa yang mereka lakukan di Kantor Pengelola Perumahan? Tentu saja untuk balik nama rumah."Johan setuju untuk memindahkan rumah itu atas nama Kak Lina?" tanyaku.Nancy berkata, "Bagaimana mungkin? Johan si bajingan itu nggak bersedia memberikan kompensasi apa pun, dia bahkan mengatakan dia akan melawan kita sampai akhir.""Aku ingin melihat apakah suamiku bisa bernegosiasi dan mengalihkan rumah itu atas nama Lina."Ternyata begitu."Lalu apa kata suamimu? Apakah cara yang kamu sebutkan itu bisa dilakukan?" Aku sangat peduli dengan hal ini, terutama karena aku tidak ingin Kak Lina kehilangan cinta dan materi.Karena dia nggak bisa mendapatkan cinta pria itu, ambil kembali apa yang menjadi miliknya.Singkatnya, dia nggak boleh terlalu dirugikan.Nancy berkata, "Kami memang sedang meminta bantuan koneksi. Oke, aku nggak mengobrol dulu. Lina sedang keluar. Saat kami kembali baru cerita.""Oh baik, kalian urus dulu."Setelah menutup panggilan telepon, aku berpikir dalam hati kalau Kak Lina
Aku berkata, "Sebenarnya, banyak klinik TCM sekarang yang lebih terkenal daripada Rumah Sakit TCM. Pak Wono dari departemen kami memperkenalkanku ke sebuah klinik. Aku akan pergi lihat nanti.""Apakah itu orang tua yang mewawancaraimu?""Ya.""Orang tua itu cukup baik padamu.""Oh, lumayan, tapi sayang sekali aku selalu bersikap buruk terhadapnya selama aku di rumah sakit. Sungguh memalukan kalau dipikir-pikir. Aku seorang magang berani melakukan itu kepada kepala poli, dia juga nggak mengatakan akan memecat aku.""Dia juga nggak mempersulit aku tapi aku terlalu picik dan cuek."Kak Nia terkekeh dan berkata, "Kalau kamu punya kesadaran seperti itu, artinya kamu sudah dewasa. Kalau kamu punya kesempatan di masa depan, kamu akan berterima kasih padanya.""Bangunlah, kita akan keluar makan nanti."Melihat suasana hati Kak Nia sedang bagus, aku pun bertanya, "Kak Nia, hari ini kamu dan kakakku pergi periksa. Bagaimana hasilnya?"Kak Nia menghela napas dan berkata, "Dokter bilang, kakakmu m
Rahasia macam apa yang bahkan Kak Nia pun tidak mengetahuinya dan dia harus memberitahuku?Bukankah aneh kalau kakakku mengatakan hal ini?Aku menunggu kakakku melanjutkan pembicaraan, tapi kakak iparku datang saat itu, "Kalian berdua sudah siap? Kalau begitu, ayo berangkat."Kakakku dengan cepat berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan berkata sambil tersenyum, "Edo dan aku sudah siap. Kamu telepon Lina dan Nancy, tanyakan di mana mereka berada?"Tiba-tiba aku mengagumi kakakku, kemampuan aktingnya sangat bagus, tidak ada jejak akting sama sekali.Satu detik yang lalu dia bersikap misterius denganku dan detik berikutnya dia bersikap seolah tidak ada masalah dan berbicara dengan Kak Nia sambil tertawa.Aku selalu merasa kakakku bukan lagi kakakku yang dulu.Dia lebih licik dari sebelumnya dan lebih pandai berbicara dari sebelumnya.Tapi, itu bisa dimaklumi kalau dipikir-pikir, bagaimana mungkin seseorang yang mampu membangun sebuah perusahaan dan menjadi bos jujur dan sederhana?Selama k
Dengan kata lain, kakakku ingin aku menggantikannya dan melakukannya dengan kakak iparku.Tapi, ini penipuan!Aku membalas kakakku, "Kak, ini nggak mungkin, ini terlalu nggak masuk akal!"Kakakku menatapku dengan tatapan memohon, lalu menjawab, "Edo, Kakak sekarang dalam situasi seperti ini. Kalau kamu nggak membantuku, maka aku dan kakak iparmu pasti akan bercerai. Apa kamu tega melihatku menceraikan kakak iparmu?"Tentu saja aku tidak tega.Tapi, kenapa dia tidak bisa memberi tahu Kak Nia tentang hal ini?Mungkin Kak Nia akan memahaminya?Aku menceritakan pikiranku pada kakakku.Tapi, Kakakku berkata dengan sangat keras kepala, "Nggak mungkin. Kakak iparmu lebih memilih tanpa aku daripada tanpa anak. Dia sangat ingin mempunyai anak. Kamu nggak tahu betapa kakak iparmu menyukai anak-anak.""Edo, Kakak benar-benar nggak punya pilihan, jadi terpaksa meminta bantuanmu dalam hal ini. Kamu bantu Kakak, anggap saja Kakak mohon padamu."Sikap kakakku terlalu serius saat mengatakan ini.Dia a
"Markas rahasia apa?"Edo bertanya dengan penasaran.Nia mendekat ke telinga Edo dan berkata, "Itu adalah pesta yang bergairah dan asyik. Bagaimana kalau kita pergi melihatnya nanti?""Ah?"Berita ini sungguh mengejutkan Edo!Edo hanya berpikir bahwa ini adalah sebuah vila untuk liburan.Edo tidak menyangka ada tempat seperti itu.Edo bertanya kepada Nia, "Apa itu legal? Kita nggak akan ditangkap, 'kan?"Nia langsung terhibur hingga tertawa terbahak-bahak. "Dasar bodoh, apa yang kamu pikirkan? Kalau dia bisa mengoperasi di sini, itu pasti legal. Itu bukan tempat kotor yang kamu kira."Edo semakin penasaran.Tempat itu legal dan rahasia. Tempat seperti apa itu?Edo sangat ingin melihatnya.Lina melihat mereka tertawa dan bercanda, dia pun menghampiri dengan rasa ingin tahu, "Apa yang kalian berdua bicarakan? Apa kalian begitu bahagia?"Nia berkata sambil tersenyum, "Aku bilang aku akan mengajak Edo pergi ke Paradiso, tapi anak ini bahkan takut tempat itu ilegal. Dia takut ketahuan."Lin
Edo tidak mengatakan yang sebenarnya. Hal ini karena dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada mereka.Lina memercayai kata-kata Edo dengan begitu saja. Namun, Nia tidak semudah itu.Nia berjalan ke arah Edo dan berlutut sambil mengendus tubuh Edo. "Edo, bukankah kamu pergi memetik tumbuhan herbal? Kenapa aku mencium bau parfum wanita di tubuhmu?""Ah, benarkah?"Edo segera menciumnya sendiri, tetapi dia tidak mencium bau apa pun.Terlebih lagi, Dia dan Edo tidak melakukan kontak fisik. Bagaimana mungkin aroma parfum itu dapat melekat di tubuh Edo?Nia menatap Edo dengan tatapan aneh, kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Apa kamu nggak menciumnya? Aku bisa menciumnya. Parfum ini cukup mahal."Edo berdecak kagum dalam hatinya. Hidung Nia sensitif sekali.Dia dapat mencium aroma yang begitu halus. Dia bahkan dapat mengetahui kelas parfumnya.Hebat sekali.Edo hanya bisa berbohong dan berkata, "Aku bertemu dengan seorang wanita kaya di jalan. Dia bertanya padaku untuk apa ramuan i
Edo tidak mempermasalahkannya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya. Dia ingin menambahkan kontak Diana."Edo, Bu, apa yang kalian lakukan?"Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara yang familier dan dingin.Diana dan Edo tanpa sadar melihat ke arah sumber suara. Kemudian, mereka melihat Bella berjalan dengan marah.Edo bertanya-tanya di mana ibunya?Namun, Edo segera menyadari bahwa tidak ada orang lain di sekitar sini. Mungkinkah ibunya Bella adalah Diana?Diana melihat putrinya muncul, dia pun berkata sambil tersenyum, "Charlene, kenapa kamu ada di sini?"Saat itu, Edo merasa seperti ada guntur yang menggelegar dari langit. Dia merasa sekujur tubuhnya akan disambar petir.Wanita di depannya yang tampak berusia 20 tahun lebih itu adalah ibunya Bella?Sialan. Edo bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan penglihatannya?Wanita ini sudah menikah? Selain itu, putrinya sudah berusia 20 tahun lebih?Edo merasa ini luar biasa!Edo benar-benar tidak menyadari sama sekali Diana adalah wani
Hal ini juga merupakan alasan mengapa dia tidak menceraikan Wiki.Nia telah patah hati. Jadi, dia hanya akan hidup tanpa memberikan perasaannya.Setidaknya Nia punya makanan dan minuman. Selain itu, dia tidak perlu khawatir tentang materi.Adapun kepuasan mental, Nia telah menemukan cara untuk melampiaskannya. Orang itu adalah Edo.Lina tidak begitu memahami pikiran Nia. Namun, dia menghormati keputusan Nia."Nia, kamu juga nggak mudah menjalaninya. Aku hanya bisa membantumu dengan meminjamkan Edo saat kamu membutuhkannya."Nia memandang Lina dengan mata memerah. "Kamu baik sekali padaku!"Lina berkata sambil tersenyum, "Siapa suruh kamu adalah sahabatku? Kita berbagi berkah dan kesulitan. Sekarang, kita bisa bermain bersama pria yang sama."Kedua wanita itu mulai bercanda dan bermain bersama.Edo tidak tahu apa yang sedang terjadi di kamar.Setelah meninggalkan ruangan, Edo pergi ke rumah sakit untuk membeli obat. Dia mengobati luka Nia.Saat Edo berjalan, dia menemukan banyak tumbuha
"Apa yang kamu sesali? Apa Edo nggak memuaskanmu?"Nia masih berkata dengan terus terang seperti biasanya.Lina sangat ingin menemukan celah di tanah dan bersembunyi di dalamnya."Nia, jangan ungkit lagi. Aku mohon." Lina mencengkeram selimut dengan erat. Dia benar-benar tidak berdaya.Nia meletakkan tangannya yang cantik ke bawah selimut.Dia menyentuh bokong ... yang bulat dan halus.Sebelum Lina sempat mengenakan celananya, Nia telah memergoki mereka.Merasakan tangan Nia yang halus, Lina merasa semakin malu.Namun, Nia malah berkata sambil tersenyum, "Bukankah kamu sendiri yang memberi tahu Edo? Kamu berharap kita bertiga bisa hidup tenang dan santai. Aku sudah siap mental. Kenapa kamu belum siap?"Akhirnya, Lina menjulurkan kepalanya dari ranjang. Namun, kedua pipinya masih memerah."Nggak. Aku hanya merasa sangat malu saat kamu tiba-tiba memergokiku seperti ini.""Apa yang diinginkan wanita seusia kita? Bukankah kita hanya ingin bahagia?""Edo masih muda, energik dan tampan. Kita
Nia telah menebak apa yang ingin mereka lakukan.Namun, dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menarik selimut untuk menutupi kepalanya. Dia terus berpura-pura tidur.Setelah selesai.Edo mendekati telinga Lina dengan perlahan, lalu berkata, "Kak Lina, kamu jahat sekali. Kalau Kak Nia terbangun, kita pasti akan sangat malu."Pipi Lina merona. Rambutnya tampak acak-acakan dan tatapan matanya tampak linglung.Lina mencium Edo dengan terengah-engah. "Aku nggak tahan lagi tadi. Aku nggak bisa berpikir panjang lagi. Tapi, sekarang aku sudah tenang. Aku benar-benar takut."Mereka tanpa sadar menatap Nia.Edo melihat Nia menutupi kepalanya dengan selimut.Edo dan Lina sama-sama tercengang. Hal ini menandakan bahwa Nia telah bangun. Dia menutupi kepalanya dengan selimut karena dia tidak ingin mendengar suara-suara yang ambigu.Edo melihat wajah Lina memerah sampai ke pangkal lehernya. Seluruh wajahnya tampak seperti apel merah."Aduh, memalukan sekali." Lina menyadari sesuatu. Dia segera menu
Tiba-tiba, Edo merasa sedikit takut.Lina memiringkan kepalanya dan menatap Edo. "Kenapa? Apa kamu takut?""Nggak, bukan begitu." Edo tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Edo merasa takut dan gelisah. Namun, jika Edo mengakuinya seperti ini, dia merasa sangat pengecut."Edo, wajar kalau kamu merasa takut. Untuk seseorang yang penuh perhitungan seperti Johan, saat dia pertama kali pergi ke rumahku untuk menemui ayahku, dia sangat ketakutan hingga dia bahkan nggak berani berbicara."Lina menghibur Edo.Sekarang, akhirnya Edo tahu mengapa keluarganya Lina keberatan dengan pernikahannya dengan Johan? Dia juga mengerti kenapa pencapaian Johan saat ini hanyalah pencapaian kecil.Ayahnya adalah wakil walikota Kota Jimba. Bagaimana mungkin dia tertarik dengan bos yang menjalankan bisnis kecil-kecilan?Terlebih lagi, Edo bahkan bukan seorang bos. Edo hanya pencari nafkah yang bekerja sebagai karyawan.Tiba-tiba, Edo kehilangan kepercayaan dirinya."Kak Lina, apa menurutmu aku juga nggak pa
Melihat Edo masuk sambil menggendong Nia di pelukannya dengan ambigu, Lina tersenyum dan berkata, "Kamu menaklukkannya secepat itu?"Edo agak malu, lalu dia berkata dengan wajah tersipu, "Kak Lina, kamu pasti khawatir, 'kan?"Lina mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, "Aku baik-baik saja, bukan aku yang terluka. Kalian ini. Dia sudah terluka, tapi kalian masih berhubungan."Edo memandangi Nia di pelukannya. Saat ini, Nia masih tertidur pulas.Edo membaringkan Nia ke ranjang dengan lembut, lalu menutupinya dengan selimut.Kemudian, Edo berkata kepada Lina, "Kak Lina, bukankah kamu ingin aku membantu Kak Nia? Aku telah melakukan apa yang kamu katakan. Sekarang, kamu bisa tenang."Lina duduk dari tempat tidur. Kemudian, dia mengaitkan jarinya ke arah Edo dan memberi isyarat agar Edo mendekat.Edo berjalan mendekat dengan patuh.Lina melingkarkan tangannya di leher Edo, lalu dia menatap Edo sambil tersenyum dan berkata, "Kamu telah memuaskan Nia. Bukankah kamu juga harus memuaskanku?""Ah?
Nia meringkuk dalam pelukan Edo, lalu berkata dengan tulus, "Aku bisa menjaga jarak denganmu sebelumnya karena aku takut Wiki akan mengetahui apa yang terjadi di antara kita berdua. Aku takut dia akan mempermalukan dan mempersulitmu.""Tapi, aku tahu meskipun dia nggak tahu apa yang terjadi di antara kita berdua, sekarang dia telah berbeda dari sebelumnya.""Kalau begitu, kita nggak perlu berpura-pura lagi."Setelah berkata, Nia tidak bisa menahan diri untuk mencium Edo."Edo, beberapa hari ini aku sangat rindu padamu. Sangat-sangat rindu!"Edo memeluk pinggang Nia dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Kak Nia, aku juga sangat rindu padamu!"Edo dan Nia berciuman dengan penuh gairah."Edo, aku ingin ...." Sekarang, Nia tidak mengkhawatirkan apa pun. Dia mengungkapkan keinginannya dengan berani.Edo langsung bersemangat. Namun, begitu memikirkan tentang cedera di kaki Nia, Edo merasa sedikit khawatir."Kak Nia, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, kakimu terluka sekarang. Aku khawat