Kak Nia memasak semeja penuh hidangan.Luar biasa mewah!Kak Wiki juga secara khusus mengeluarkan arak Baliku yang dia hargai selama bertahun-tahun.Terlihat semua orang sudah siap sepenuhnya.Semua orang mengambil tempat duduk satu demi satu.Kak Wiki langsung membuka Baliku, "Hari ini adalah hari bahagia. Adikku, Edo, selamat dari bencana, dia akan diberkati nanti!""Ayo, bersulang untuk adikku dulu!"Semua orang mengambil gelas anggur mereka!Di permukaan, semua orang rukun, mengobrol sambil tertawa.Setelah minum, semua orang yang seharusnya mabuk dan tidak seharusnya mabuk sudah puas.Bahkan pipi Lina pun merona, dia jelas-jelas mabuk.Nancy menarik Kak Nia dan Kak Wiki keluar, "Aku belum puas, kita keluar dan beli anggur lagi."Saat dia mengatakan itu, dia mengedipkan mata padaku.Artinya sangat jelas, dia membantuku mengosongkan rumah.Kak Wiki sebenarnya setengah mabuk dan setengah terjaga, tapi dia harus memanfaatkan kesempatan itu untuk meninggalkan rumah dan menciptakan pelu
"Aku juga memeriksa di Internet dan dikatakan di Internet bahwa banyak wanita di negara kita yang nggak pernah tahu bagaimana rasanya mengalami orgasme.""Juga dikatakan bahwa sangat sulit bagi wanita untuk merasakan perasaan itu.""Aku malu untuk bertanya pada dokter, jadi aku menyimpan masalah ini dalam hati dan nggak pernah memberi tahu siapa pun.""Tapi, barusan saat melakukannya denganmu, aku benar-benar merasakan perasaan itu.""Ternyata bukan aku yang bermasalah, tapi Johan yang nggak berguna.""Dia sama sekali nggak bisa memuaskanku!"Lina berkata dan tidak bisa menahan tangisnya.Dia dan Johan sudah menikah selama tujuh tahun!Berapa kali tujuh tahun yang dimiliki seorang wanita?Dia memberikan masa mudanya yang terbaik dan terindah untuk Johan.Tapi, dia belum pernah merasakan kebahagiaan yang seharusnya dialami seorang istri.Dia menahan diri, tidak berkata apa-apa dan selalu mementingkan Johan.Lina menjaga harkat dan martabatnya, jaga harga dirinya dan menjadi istri yang s
"Kenapa suaramu terdengar aneh? Sosokmu juga berbeda dari tadi."Aku menyadari ada sesuatu yang salah dan membuka mataku.Detik berikutnya, pemandangan di depan mata hampir membuat rohku melayang.Kulihat orang yang kupeluk bukanlah Lina, melainkan Nancy.Aku linglung karena mabuk dan otakku tidak begitu jernih.Dalam benakku, kukira Lina yang baru saja kupeluk, tapi tiba-tiba berubah menjadi Nancy.Hal ini membuatku sangat bingung dan heran.Saking takutnya, keringat dingin mengucur di dahiku."Kak Nancy, kenapa ini kamu?""Kenapa kamu di sini?""Di mana Kak Lina?"Aku bahkan lebih ketakutan.Aku ingin tahu siapa orang yang melakukannya bersamaku tadi?Mungkinkah itu Nancy juga?Nancy menyilangkan tangannya di dada dan menatapku dengan tersenyum, "Bagaimana menurutmu?"Ekspresinya membuatku semakin bingung.Aku hanya merasakan keringat dingin mengucur."Kak Lina, Kak Lina, kamu di mana?" teriakku buru-buru.Saat ini, suara lemah Lina terdengar dari arah kamar tidur utama, "Aku di sini
Nancy menggeliat dan berkata dengan puas, "Oke, sudah waktunya aku pulang tidur. Kalau menemukan waktu yang tepat, kita berdua juga akan mempelajari estetika anatomi manusia."Aku menutupi tubuhku dengan sprei, mengantar Nancy ke balkon dan melihatnya memanjat balkon.Setelah dia kembali dengan selamat, aku berjalan ke kamar tidur utama.Kak Lina pasti terlalu banyak minum dan salah kamar, jadi dia masuk ke kamar tidur utama.Aku sedang berpikir untuk membawanya kembali ke kamarku.Setelah memikirkannya, aku memutuskan untuk melupakannya.Karena kami berdua memang ingin menciptakan ilusi bahwa kami sangat mabuk.Kalau begitu, biarkan kesalahan terjadi.Jadi, aku naik ke tempat tidur, memeluk Lina yang tertidur dari belakang dan tertidur.Malam ini, bukan hanya kedua rumah kami yang tidak ada kedamaian, tapi Johan yang menginap di hotel juga tidak ada kedamaian.Ketika Johan membayangkan aku tidur dengan istrinya, dia merasa sangat kesal.Dia menelepon Pak Candra dan ingin memecatku."H
"Benarkah? Biar Dokter Charlene merawatku kalau punya waktu." Johan menatap Bella sambil tersenyum lagi sambil menilai sosok cantik itu.Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjatuhkan wanita cantik seperti itu.Tapi, Bella mengabaikannya sepanjang waktu dan Johan ingin mengajak seorang gadis malam ini dan melampiaskan nafsunya.Jadi dia beralih ke pekerja magang muda.Magang itu tampak seperti berusia awal 20-an dan masih sangat lugu.Johan menawarinya bersulang, dia terlalu malu untuk menolak, jadi dia minum.Setelah minum beberapa kali, dia merasa pusing.Bella menyaksikan semua ini dengan dingin.Bagaimana mungkin dia tidak tahu apa yang dipikirkan Johan?Tapi, masalahnya adalah para pemimpin rumah sakit di sini adalah veteran, tapi tidak satu pun dari mereka yang mengambil tindakan untuk menghentikannya.Itu karena ada urusan bisnis antara pihak rumah sakit dan Johan.Jadi mereka membiarkan kesepakatan kotor ini berlanjut."Aku nggak mau makan, kalian makan saja," ucap B
Tidak ada yang bisa dia lakukan atau katakan.Dia merasa seperti baru saja menjatuhkan botol rempah-rempah, perasaannya yang sangat tidak menyenangkan.Bella kembali ke rumah dan berbaring di tempat tidur, lalu berguling-guling dan tidak bisa tidur.Apa yang terjadi malam ini sangat mengejutkannya.Bella mengeluarkan ponselnya dan ingin mencari seseorang untuk diajak mengobrol, tapi ternyata dia tidak bisa menemukan siapa pun.Saat dia bosan, dia teringat aku.Dia sama sekali tidak takut menggangguku dan langsung mengirimiku pesan, "Apakah kamu sudah tidur?"Sebenarnya aku sempat tidur sebentar, tapi aku terbangun lagi karena haus sekali.Begitu aku bangun, aku melihat ponsel berdengung dan bergetar, lalu aku mengetahui bahwa Bella sudah mengirimiku pesan.Saat itu sudah lewat jam tiga pagi. Kenapa wanita ini mengirimiku pesan di tengah malam?Apakah dia mencoba mengujiku lagi?Aku mengabaikannya, minum segelas air dan pergi tidur.Tapi, setelah beberapa saat, ponsel kembali berdengung
Bella, "Apakah aku sangat pendendam, judes dan kasar? Kenapa kamu berpendapat begitu?"Aku, "Apa nggak begitu? Pacarmu mengkhianatimu, jadi kamu mencari orang asing untuk diajak tidur dan mengkhianatinya. Selain itu, kamu selalu ingin mengontrolku dan bersikap merendahkan. Kalau aku mengatakan sesuatu yang membuatmu nggak senang, kamu langsung mengancamku."Aku tidak lagi bergantung pada wanita ini, jadi aku berani mengatakan apa pun.Tidak peduli apakah dia marah atau kesal.Bagaimanapun, aku tidak berencana untuk berinteraksi dengannya lagi di masa depan.Saat ini, emosi Bella hampir meledak karena marah melihat apa yang kukatakan."Bajingan ini berani mengatakan itu padaku. Apa sebenarnya yang ingin dia lakukan?"Sepanjang hari ini, kontras antara sebelum dan sesudah begitu besar sehingga sangat membingungkan Bella.Dia benar-benar tidak mengerti apa yang ingin aku lakukan?Bella langsung mencari foto pribadiku dan mengirimiku belasan foto.Usai mengirim, dia mematikan ponsel dan pe
Kak Nia menatapku dengan tatapan kosong, matanya begitu kecewa, "Jadi, kamu sudah lama berkolusi dengan Lina dan kamu terus menyembunyikannya dariku 'kan?""Kak Nia, aku nggak bermaksud begini, aku hanya nggak ingin melakukan hal yang menyakiti Kak Lina.""Aku mengerti, aku mengerti segalanya.""Kak Nia ....""Edo, kamu nggak perlu berkata apa-apa. Sebenarnya kamu sudah melakukan hal yang benar. Ini menunjukkan bahwa kamu ingin melindungi Lina dari lubuk hatimu yang paling dalam.""Lina wanita yang sangat baik. Kalau kamu memang bisa bersamanya, Kak Nia pasti akan merestui kalian."Entah kenapa aku merasa Kak Nia sangat lemah saat mengucapkan kata-kata tersebut.Bahkan ada rasa sedih.Aku merasa sangat tidak nyaman.Karena aku menipu Kak Nia dan melukai hatinya.Tapi, aku tidak tahu harus berkata apa?Kak Nia menghela napas panjang, lalu tersenyum dan berkata padaku, "Lakukan saja apa yang kalian rencanakan. Jangan khawatirkan aku dan kakakmu, karena aku sudah mendapatkan apa yang kuin
"Apa yang kamu sesali? Apa Edo nggak memuaskanmu?"Nia masih berkata dengan terus terang seperti biasanya.Lina sangat ingin menemukan celah di tanah dan bersembunyi di dalamnya."Nia, jangan ungkit lagi. Aku mohon." Lina mencengkeram selimut dengan erat. Dia benar-benar tidak berdaya.Nia meletakkan tangannya yang cantik ke bawah selimut.Dia menyentuh bokong ... yang bulat dan halus.Sebelum Lina sempat mengenakan celananya, Nia telah memergoki mereka.Merasakan tangan Nia yang halus, Lina merasa semakin malu.Namun, Nia malah berkata sambil tersenyum, "Bukankah kamu sendiri yang memberi tahu Edo? Kamu berharap kita bertiga bisa hidup tenang dan santai. Aku sudah siap mental. Kenapa kamu belum siap?"Akhirnya, Lina menjulurkan kepalanya dari ranjang. Namun, kedua pipinya masih memerah."Nggak. Aku hanya merasa sangat malu saat kamu tiba-tiba memergokiku seperti ini.""Apa yang diinginkan wanita seusia kita? Bukankah kita hanya ingin bahagia?""Edo masih muda, energik dan tampan. Kita
Nia telah menebak apa yang ingin mereka lakukan.Namun, dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menarik selimut untuk menutupi kepalanya. Dia terus berpura-pura tidur.Setelah selesai.Edo mendekati telinga Lina dengan perlahan, lalu berkata, "Kak Lina, kamu jahat sekali. Kalau Kak Nia terbangun, kita pasti akan sangat malu."Pipi Lina merona. Rambutnya tampak acak-acakan dan tatapan matanya tampak linglung.Lina mencium Edo dengan terengah-engah. "Aku nggak tahan lagi tadi. Aku nggak bisa berpikir panjang lagi. Tapi, sekarang aku sudah tenang. Aku benar-benar takut."Mereka tanpa sadar menatap Nia.Edo melihat Nia menutupi kepalanya dengan selimut.Edo dan Lina sama-sama tercengang. Hal ini menandakan bahwa Nia telah bangun. Dia menutupi kepalanya dengan selimut karena dia tidak ingin mendengar suara-suara yang ambigu.Edo melihat wajah Lina memerah sampai ke pangkal lehernya. Seluruh wajahnya tampak seperti apel merah."Aduh, memalukan sekali." Lina menyadari sesuatu. Dia segera menu
Tiba-tiba, Edo merasa sedikit takut.Lina memiringkan kepalanya dan menatap Edo. "Kenapa? Apa kamu takut?""Nggak, bukan begitu." Edo tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Edo merasa takut dan gelisah. Namun, jika Edo mengakuinya seperti ini, dia merasa sangat pengecut."Edo, wajar kalau kamu merasa takut. Untuk seseorang yang penuh perhitungan seperti Johan, saat dia pertama kali pergi ke rumahku untuk menemui ayahku, dia sangat ketakutan hingga dia bahkan nggak berani berbicara."Lina menghibur Edo.Sekarang, akhirnya Edo tahu mengapa keluarganya Lina keberatan dengan pernikahannya dengan Johan? Dia juga mengerti kenapa pencapaian Johan saat ini hanyalah pencapaian kecil.Ayahnya adalah wakil walikota Kota Jimba. Bagaimana mungkin dia tertarik dengan bos yang menjalankan bisnis kecil-kecilan?Terlebih lagi, Edo bahkan bukan seorang bos. Edo hanya pencari nafkah yang bekerja sebagai karyawan.Tiba-tiba, Edo kehilangan kepercayaan dirinya."Kak Lina, apa menurutmu aku juga nggak pa
Melihat Edo masuk sambil menggendong Nia di pelukannya dengan ambigu, Lina tersenyum dan berkata, "Kamu menaklukkannya secepat itu?"Edo agak malu, lalu dia berkata dengan wajah tersipu, "Kak Lina, kamu pasti khawatir, 'kan?"Lina mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, "Aku baik-baik saja, bukan aku yang terluka. Kalian ini. Dia sudah terluka, tapi kalian masih berhubungan."Edo memandangi Nia di pelukannya. Saat ini, Nia masih tertidur pulas.Edo membaringkan Nia ke ranjang dengan lembut, lalu menutupinya dengan selimut.Kemudian, Edo berkata kepada Lina, "Kak Lina, bukankah kamu ingin aku membantu Kak Nia? Aku telah melakukan apa yang kamu katakan. Sekarang, kamu bisa tenang."Lina duduk dari tempat tidur. Kemudian, dia mengaitkan jarinya ke arah Edo dan memberi isyarat agar Edo mendekat.Edo berjalan mendekat dengan patuh.Lina melingkarkan tangannya di leher Edo, lalu dia menatap Edo sambil tersenyum dan berkata, "Kamu telah memuaskan Nia. Bukankah kamu juga harus memuaskanku?""Ah?
Nia meringkuk dalam pelukan Edo, lalu berkata dengan tulus, "Aku bisa menjaga jarak denganmu sebelumnya karena aku takut Wiki akan mengetahui apa yang terjadi di antara kita berdua. Aku takut dia akan mempermalukan dan mempersulitmu.""Tapi, aku tahu meskipun dia nggak tahu apa yang terjadi di antara kita berdua, sekarang dia telah berbeda dari sebelumnya.""Kalau begitu, kita nggak perlu berpura-pura lagi."Setelah berkata, Nia tidak bisa menahan diri untuk mencium Edo."Edo, beberapa hari ini aku sangat rindu padamu. Sangat-sangat rindu!"Edo memeluk pinggang Nia dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Kak Nia, aku juga sangat rindu padamu!"Edo dan Nia berciuman dengan penuh gairah."Edo, aku ingin ...." Sekarang, Nia tidak mengkhawatirkan apa pun. Dia mengungkapkan keinginannya dengan berani.Edo langsung bersemangat. Namun, begitu memikirkan tentang cedera di kaki Nia, Edo merasa sedikit khawatir."Kak Nia, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, kakimu terluka sekarang. Aku khawat
"Aku sangat menginginkan seorang anak. Aku hanya ingin memiliki keluarga yang bahagia, bukan menjadi alat yang mengikatku.""Hal yang lebih menjijikkan lagi adalah aku menemukan bahwa setiap kali Wiki berhubungan denganku, dia menggunakan obat untuk mempertahankan kekuatannya.""Apakah anak yang lahir dengan cara ini bisa sehat? Aku tebak dia nggak memikirkan hal itu sama sekali. Kalau anak yang lahir nggak sehat, dia mungkin nggak akan mempedulikannya. Bukankah anak itu akan menjadi bebanku?"Semakin berbicara, Nia menjadi semakin marah dan sedih.Nia tidak pernah mengucapkan kata-kata ini kepada siapa pun. Dia terus menyimpan keluhan ini di dalam hatinya.Namun barusan, saat merasakan punggung Edo yang lembut, Nia tiba-tiba merasa sangat sedih.Dia tidak bisa menahan diri untuk menceritakan semuanya.Edo memeluk Nia dengan sangat sedih dan berkata dari lubuk hati yang paling dalam, "Ceraikan saja dia. Kak Nia, aku mendukung perceraianmu dengan Wiki.""Aku tahu Wiki sama sekali nggak
Edo tidak berkata apa-apa. Dia langsung pergi sambil menggendong Nia di punggungnya.Di tengah perjalanan, Nia tiba-tiba berkata pada Edo, "Edo, aku nggak ingin kembali.""Kak Nia, kakimu sudah seperti itu. Bagaimana bisa kamu nggak kembali untuk mengobati kakimu?"Edo berpikir Nia tidak peduli dengan cedera di kakinya, jadi Edo mengingatkannya dengan sabar.Nia sedang bersandar di punggung Edo. Jadi, Edo tidak bisa melihat ekspresinya.Nyatanya, saat ini pipi Nia sudah memerah. Hatinya bahkan menjadi semakin gelisah.Kontak fisik mereka tidak hanya membuat Edo merasakan perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan. Namun, Nia juga merasakan perasaan seperti itu.Jantung Nia berdebar kencang. Pikirannya yang telah lama dia tahan pun seakan tidak dapat ditahan lagi.Nia berkata di telinga Edo dengan suara yang sangat pelan, "Maksudku jangan kembali ke kamar. Ayo cari tempat yang sepi.""Ah?"Edo bingung sejenak. Dia bertanya-tanya apa yang ingin Nia lakukan?Terlebih lagi, cara Nia bersan
"Setelah apa yang terjadi antara aku dan Johan, aku memahami kebenaran bahwa orang harus memikirkan diri sendiri terlebih dulu, sebelum mereka memikirkan hal lain.""Selama Johan memanfaatkanku, kamu dan kakak iparmu selalu berada di sisiku. Kalian memperlakukanku dengan baik, tentu saja aku juga ingin memperlakukan kalian dengan baik.""Johan bukanlah pria baik-baik. Wiki juga bukan pria yang baik. Hasil baik apa yang bisa diperoleh kakak iparmu kalau terus bersamanya?""Aku ingin bersikap baik padamu. Saat bersamaan, aku juga ingin bersikap baik pada adik iparmu.""Kalau kita dapat hidup bahagia bersama dan nggak memikirkan pria-pria berengsek itu, bukankah itu akan sangat menyenangkan?"Edo harus mengakui bahwa pemikiran Lina benar-benar telah berubah.Di masa lalu, Lina sangat pendiam dan tertutup. Jika Lina melakukan kontak fisik dengan pria asing, dia akan merasa tidak nyaman.Namun, sekarang Lina sepertinya sudah benar-benar melepaskan sifat liar di hatinya.Dia bahkan bisa meng
Edo tidak ingin sendirian, jadi dia berkata tanpa malu-malu, "Aku juga mau ikut. Kak Nia, bolehkah aku pergi bersama kalian?"Nia menatap Edo dengan tatapan aneh, lalu dia berkata, "Kalau kamu mau, ikutlah. Ini adalah kebebasanmu. Kamu nggak perlu memberitahuku."Edo buru-buru mengikutinya.Edo masih sama seperti sebelumnya. Dia merangkul lengan Nia dengan satu tangannya dan tangannya yang lain merangkul lengan Lina.Meskipun saat ini Edo tidak bisa berbuat apa-apa, Edo merasa sangat bahagia dan puas dapat berjalan di antara kedua wanita ini!Apalagi Edo bisa berpegangan tangan dengan Nia seperti ini.Edo sangat menghargai waktu yang diperoleh dengan susah payah itu.Edo kembali menjadi pemandu wisata mereka. Saat berjalan-jalan, dia memperkenalkan tempat tersebut.Setelah berjalan-jalan sebentar, Nia berkata dia sudah lelah. Jadi, mereka pun duduk di bangku pinggir jalan untuk beristirahat.Edo melihat Nia memukuli kakinya dengan lembut. Edo tahu Nita lelah karena berjalan. Dia pasti