Kali ini, Shiren memilih pakaian yang sangat sopan untuk dikenakan jalan-jalan bersama Nicholas. Dia sangat trauma memakai pakaian seksi yang berakhir membuatnya berani bersikap kurang ajar pada sang suami seperti kemarin.Nicholas yang sedari tadi memantau Shiren di ambang pintu kamar pun mendekat. Shiren cukup terkejut ketika tubuhnya dipeluk dari belakang. Rasa terkejutnya pun berangsur hilang ketika mengetahui siapa pelakunya."Kamu mengejutkanku," ucap Shiren seraya membalik tubuh. Dia membalas pelukan Nicholas."Sengaja, dari tadi aku menunggumu di luar tapi kamu sangat lama. Lihat di jendela, matahari sudah semakin meninggi," jelas Nicholas membuat Shiren segera menoleh pada jendela. Benar, di luar sepertinya sudah cukup panas."Tidak masalah, di sini banyak perpohonan dan suhunya pun tidak terlalu tinggi meskipun terlihat sangat panas. Ayo, aku sudah siap."Shiren segera menyeret Nicholas untuk dibawa keluar. Mereka sebenarnya tidak ingin mengunjungi tempat-tempat yang jauh ka
"Kenapa kamu sangat mesum?!" sentak Shiren kesal. Dia takut pertanyaan suaminya terdengar oleh orang lain di sekitar mereka. Bukankah sangat memalukan?"Jika tidak bisa ya tidak masalah, aku hanya bertanya. Begitu saja marah," cibir Nicholas membuat Shiren memutar bola mata malas. Pria ini memang banyak tingkah.Mereka pun akhirnya memutuskan untuk duduk di luar kapal, di sana juga sangat nyaman untuk bisa melihat pemadangan sekitar yang sangat indah. Nicholas merangkul Shiren yang duduk di sampingnya. "Bagaimana kalau kita tinggal di sini? Apa kamu mau?"Shiren sontak menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya. "Kamu tidak salah bertanya seperti itu? Kalau kujawab mau apa kita akan benar-benar tinggal di sini? Jangan gila," ujar Shiren.Tentu tak semudah itu mereka pindah ke sana ke mari dengan keadaan Nicholas yang sudah tak sebebas dulu. Menjadi pimpinan bukan hal yang mudah, termasuk pindah negara yang tentunya cukup sulit Nicholas lakukan."Bukan sekarang, Sayang. Tapi nanti ketik
Shiren mematung sempurna melihat pemandangan di depannya. Di sana, Nicholas seolah tuli dan buta mencumbu wanita lain yang lebih seksi dan cantik diandingkan dengan Shiren. Bibir yang biasa Shiren cium penuh cinta dan kasih kini digunakan untuk mencumbu wanita lain."Sayang ..." lirih Shiren berusaha memanggil suaminya yang masih asyik dengan dunianya sendiri.Shiren merasa sangat hancur sehancur-hancurnya. Dia nyaris tak bernapas jika tubuhnya tidak diguncang kuat oleh Nicholas. Pria itu juga terlihat sangat panik ketika melihat Shiren menangis dalam tidurnya. "Kamu mimpi apa, Sayang? Wajahmu pucat sekali," ujar Nicholas seraya memeluk istrinya. Bukannya tenang, Shiren malah memukuli Nicholas sekuat tenaga untuk menyalurkan rasa sakit hatinya. Dia kembali menangis meraung-raung ketika mengingat bagaimana mesranya Nicholas mencumbu wanita lain."Kamu sangat jahat padaku! Kenapa kamu mencium wanita lain sedangkan aku ada di dekatmu, hah?! Kenapa kamu sangat tega menyakitiku?!!" murka
Mobil yang ditumpangi Shiren dan Nicholas terguling beberapa kali sebelum akhirnya menghantam pembatas jalan. Truk besar yang menabrak mereka juga tampak hilang kendali dan menabrak tiga mobil lain. Keadaan sangat kacau saat ini.Di dalam mobil, keadaan Shiren dan Nicholas tentu tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Nicholas yang berusaha melindungi Shiren sebaik mungkin rela tubuhnya menerima luka yang paling parah. Shiren sempat sadarkan diri beberapa menit, dia menangis histeris merasakan sakit pada tubuhnya juga melihat keadaan suaminya saat ini. "Sayang ..." lirih Shiren sambil berusaha memeluk Nicholas meskipun sangat sulit. Sampai akhirnya Shiren berhasil mencium bibir Nicholas untuk yang terakhir kali sebelum turut tak sadarkan diri.Orang-orang yang ada di sana bergerak cepat untuk saling menolong dan memanggil ambulance dan pertolongan lainnya.Di Prancis, Belinda nyaris terkena serangan jantung mendengar kabar anak serta menantunya. Detik itu juga dia pergi bersama Jay, Dom
Di alam bawah sadar mereka, Shiren dan Nicholas tengah asyik menimang anak laki-laki mereka yang sangat menggemaskan itu. Mereka berada di sebuah taman yang begitu indah dan sejuk, anak mereka tampak sangat nyaman dan menyukainya.“Lihat, Sayang. Dia sangat menggemaskan!” seru Shiren seraya mengangkat tubuh anaknya yang gemuk. Nicholas tertawa, dia segera mengambil alih bayi itu lalu ditempatkan pada keranjang bayi yang tersedia. Setelah itu, dia mengajak Shiren untuk berdiri. “Ada apa?” tanya Shiren bingung, dari gerak-geriknya Shiren menebak jika sang suami mengajaknya untuk berdansa. Dan ya, tanpa menjelaskan apa maksudnya Nicholas mengajak Shiren untuk berdansa.“Kamu ini Ayah macam apa? Anaknya ditaruh begitu saja hanya karena ingin berdansa denganku?” cibir Shiren yang sebenarnya ikut menikmati gerakan dansa mereka yang lembut dan penuh kasih.“Biarkan saja, dia anak yang patuh. Sejak kamu melahirkan kita tidak pernah sebebas dulu, aku sangat merindukan istriku yang hanya menj
Para tim medis tampak sibuk keluar masuk dari ruangan Shiren dan Nicholas. Nyawa pasangan suami istri itu memang sudah berada di ujung tanduk. Napas mereka sempat berhenti bersamaan, namun hal itu berhasil dokter atasi sampai keadaan mereka kembali seperti semula."Kita tidak tahu seberapa dalam mereka saling mencintai sampai ikatannya sekuat ini. Keadaan mereka sedari awal sama-sama buruk, dan sampai saat ini pun seperti itu. Mungkin seperti ini jauh lebih baik daripada salah satu dari mereka sadar lebih dulu lalu merasa terpukul dan depresi melihat pasangannya," seloroh Jasmine dengan suaranya yang lemah. Dia terlalu tua untuk menghadapi hal semacam ini.Cassie mengangguk. "Ya, mereka sakit bersama maka harus sembuh bersama juga. Aku yakin mereka akan bangun secara bersamaan," balasnya penuh keyakinan.Genap sudah dua puluh hari Shiren dan Nicholas koma, mereka bisa dikatakan hidup hanya karena adanya alat-alat yang membantu. Jika saja alat itu ada yang dilepas walau hanya satu, Shi
"Shiren ..." lirih Nicholas. Meskipun lemah, dia tampak panik ketika mengingat keadaan terakhir kali sang istri yang mengalami kecelakaan bersamanya. Dia berusaha membuka mata sekuat tenaga meskipun hasilnya nihil. Dia hanya bisa bergumam.Dan ya, tidak berbeda jauh dengan keadaan Nicholas saat ini, Shiren pun mengalami hal yang sama. Dia menggumamkan nama suaminya berkali-kali ketika bayangan mengerikan sewaktu kecelakaan terlintas di kepala. "Nicholas ... Sayangku ...."Dokter yang menangani mereka berdua sampai tersenyum haru, sepertinya tidak ada yang bisa memisahkan Shiren dan Nicholas selain kematian itu sendiri. Para keluarga semakin semangat berdoa. Mereka yakin sebentar lagi apa yang mereka harapkan akan segera Tuhan kabulkan."Dok, di mana istriku? Bawa aku menemuinya," pinta Nicholas pada Dokter yang masih menangani dirinya. Kini dia sudah bisa membuka mata."Keadaan nyonya Shiren tidak beda jauh dengan Tuan saat ini. Nanti setelah lebih memungkinkan, Tuan dan Nyonya past
"Aku sangat ingin melihat bayi kita, memangnya sama sekali tidak diperbolehkan, ya?" tanya Shiren pada sang suami. Kini hanya ada mereka berdua di satu ruangan itu. Nicholas menggeleng. "Aku juga tidak tahu. Tidak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan kita tentang itu, kan? Apakah bayi kita baik-baik saja?"Ya, tentu saja mereka merasa ragu. Setiap mereka bertanya pada Belinda atau siapa pun itu, tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti selain iya-iya saja. Sedikit merasa janggal."Kita percayakan saja pada mereka, Sayang. Mereka sangat menyayangi anak kita, bukan? Bayi kita pasti baik-baik saja," ucap Nicholas mencoba menenangkan Shiren juga dirinya sendiri.Beberapa saat kemudian, keduanya sama-sama terlelap. Tentu saja mereka hanya berdua karena yang lain telah memasuki kamar khusus untuk istirahat. ***Semakin lama, Shiren dan Nicholas mulai penasaran dengan bayi mereka. Tiga hari sadar dari koma dan keadaan mereka sama-sama membaik, keinginan mereka untuk bertemu si bayi ti
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia