Di alam bawah sadar mereka, Shiren dan Nicholas tengah asyik menimang anak laki-laki mereka yang sangat menggemaskan itu. Mereka berada di sebuah taman yang begitu indah dan sejuk, anak mereka tampak sangat nyaman dan menyukainya.“Lihat, Sayang. Dia sangat menggemaskan!” seru Shiren seraya mengangkat tubuh anaknya yang gemuk. Nicholas tertawa, dia segera mengambil alih bayi itu lalu ditempatkan pada keranjang bayi yang tersedia. Setelah itu, dia mengajak Shiren untuk berdiri. “Ada apa?” tanya Shiren bingung, dari gerak-geriknya Shiren menebak jika sang suami mengajaknya untuk berdansa. Dan ya, tanpa menjelaskan apa maksudnya Nicholas mengajak Shiren untuk berdansa.“Kamu ini Ayah macam apa? Anaknya ditaruh begitu saja hanya karena ingin berdansa denganku?” cibir Shiren yang sebenarnya ikut menikmati gerakan dansa mereka yang lembut dan penuh kasih.“Biarkan saja, dia anak yang patuh. Sejak kamu melahirkan kita tidak pernah sebebas dulu, aku sangat merindukan istriku yang hanya menj
Para tim medis tampak sibuk keluar masuk dari ruangan Shiren dan Nicholas. Nyawa pasangan suami istri itu memang sudah berada di ujung tanduk. Napas mereka sempat berhenti bersamaan, namun hal itu berhasil dokter atasi sampai keadaan mereka kembali seperti semula."Kita tidak tahu seberapa dalam mereka saling mencintai sampai ikatannya sekuat ini. Keadaan mereka sedari awal sama-sama buruk, dan sampai saat ini pun seperti itu. Mungkin seperti ini jauh lebih baik daripada salah satu dari mereka sadar lebih dulu lalu merasa terpukul dan depresi melihat pasangannya," seloroh Jasmine dengan suaranya yang lemah. Dia terlalu tua untuk menghadapi hal semacam ini.Cassie mengangguk. "Ya, mereka sakit bersama maka harus sembuh bersama juga. Aku yakin mereka akan bangun secara bersamaan," balasnya penuh keyakinan.Genap sudah dua puluh hari Shiren dan Nicholas koma, mereka bisa dikatakan hidup hanya karena adanya alat-alat yang membantu. Jika saja alat itu ada yang dilepas walau hanya satu, Shi
"Shiren ..." lirih Nicholas. Meskipun lemah, dia tampak panik ketika mengingat keadaan terakhir kali sang istri yang mengalami kecelakaan bersamanya. Dia berusaha membuka mata sekuat tenaga meskipun hasilnya nihil. Dia hanya bisa bergumam.Dan ya, tidak berbeda jauh dengan keadaan Nicholas saat ini, Shiren pun mengalami hal yang sama. Dia menggumamkan nama suaminya berkali-kali ketika bayangan mengerikan sewaktu kecelakaan terlintas di kepala. "Nicholas ... Sayangku ...."Dokter yang menangani mereka berdua sampai tersenyum haru, sepertinya tidak ada yang bisa memisahkan Shiren dan Nicholas selain kematian itu sendiri. Para keluarga semakin semangat berdoa. Mereka yakin sebentar lagi apa yang mereka harapkan akan segera Tuhan kabulkan."Dok, di mana istriku? Bawa aku menemuinya," pinta Nicholas pada Dokter yang masih menangani dirinya. Kini dia sudah bisa membuka mata."Keadaan nyonya Shiren tidak beda jauh dengan Tuan saat ini. Nanti setelah lebih memungkinkan, Tuan dan Nyonya past
"Aku sangat ingin melihat bayi kita, memangnya sama sekali tidak diperbolehkan, ya?" tanya Shiren pada sang suami. Kini hanya ada mereka berdua di satu ruangan itu. Nicholas menggeleng. "Aku juga tidak tahu. Tidak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan kita tentang itu, kan? Apakah bayi kita baik-baik saja?"Ya, tentu saja mereka merasa ragu. Setiap mereka bertanya pada Belinda atau siapa pun itu, tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti selain iya-iya saja. Sedikit merasa janggal."Kita percayakan saja pada mereka, Sayang. Mereka sangat menyayangi anak kita, bukan? Bayi kita pasti baik-baik saja," ucap Nicholas mencoba menenangkan Shiren juga dirinya sendiri.Beberapa saat kemudian, keduanya sama-sama terlelap. Tentu saja mereka hanya berdua karena yang lain telah memasuki kamar khusus untuk istirahat. ***Semakin lama, Shiren dan Nicholas mulai penasaran dengan bayi mereka. Tiga hari sadar dari koma dan keadaan mereka sama-sama membaik, keinginan mereka untuk bertemu si bayi ti
Shiren tidak bisa dikatakan baik-baik saja setelah mengetahui bayinya mati. Dia melamun tak kenal waktu sampai Nicholas lelah sendiri melihat keadaan sang istri. "Shiren, cepat makan makananmu, Sayang. Setelah itu minum obat supaya cepat sembuh," ucap Nicholas yang baru selesai makan dan minum obat rutin. Shiren tetap bergeming, dia tidak melakukan apapun selain melamun dan diam. Dia sangat hancur, sangat. Dia tidak menyangka Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk memeluk anaknya. Dia sangat menantikan bayi itu. Dengan sedikit kesulitan Nicholas berusaha berpindah dari ranjangnya pada ranjang Shiren. Dia duduk di samping wanita itu lalu memeluknya dari samping. "Tolong ikhlaskan dia, Sayang. Tuhan lebih tahu mana yang terbaik untuk kita," ucap Nicholas lembut. Dia juga sebenarnya sedih, namun dia berusaha untuk tidak menampakkan kesedihan itu di hadapan Shiren. Istrinya sangat sensitif, dia tidak mau Shiren berpikiran macam-macam. "Aku kecewa pada diriku sendiri, Nicholas. Kit
"Halah! Dulu saja kalau aku tidak mabuk, kamu tidak akan berani menghamiliku!" celetuk Shiren sambil mencubit kesal pinggang Nicholas. Air matanya masih terus mengalir, namun rasa sedih itu hilang begitu saja mendengar ucapan sang suami.Nicholas tertawa untuk menutupi rasa sakit pada pinggangnya. Ya, bagian yang Shiren cubit memang terluka dan belum sembuh sepenuhnya. "Terserah kamu saja. Aku hanya mau istriku yang ceria seperti ini. Dia juga pasti bahagia melihat kita yang bahagia di sini."Shiren mengangguk, dia kembali memeluk suaminya. Tak lupa untuk mengusalkan wajah pada dada Nicholas untuk menghapus air mata. Dia malas mengambil tissue."Asal kamu tahu, hal yang paling aku takutkan adalah kekecewaanmu padaku dibanding rasa kehilangan itu sendiri. Kita bisa seperti ini karena aku mengandung. Aku takut kamu pergi dariku karena anak kita tidak selamat. Aku sangat sedih memikirkan hal itu," ungkap Shiren yang tidak pernah Nicholas bayangkan sebelumnya. Pria itu sampai melongo tak
"Iya iya, nanti kubuatkan keponakan yang banyak untukmu. Sudah, jangan menangis lagi," ucap Shiren seraya menghapus air mata Jay. Sudah lama sekali dia tidak melihat Jay menangis seperti ini.Semua yang melihat tingkah Jay hanya bisa geleng-geleng kepala. Terutama Nicholas, setelah sembuh nanti dia harus siap bekerja keras menggoyang Shiren untuk menuntaskan janjinya pada Jay."Kamu belum makan, kan? Ayo aku suapi." Jay bahkan dengan sigap mengambil makanan yang sedari tadi dipegang oleh Nicholas. Dia juga duduk di tengah-tengah antara Shiren dan Nicholas. "Biarkan mereka berdua dulu, Jay sangat merindukan kakaknya," ucap Robert dan meminta Nicholas untuk pindah ke ranjangnya sendiri. Dia pun bangkit dengan dibantu Robert.Shiren dan Jay benar-benar sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Nicholas sendiri sibuk ditanya ini itu oleh keluarganya."Kamu memang sangat pandai meluluhkan Shiren! Dia kembali seperti Shiren yang kami kenal," ucap Belinda terlihat sangat bahagia. Dari kemar
Meskipun keadaan belum pulih sepenuhnya, namun semua itu tidak menjadi halangan bagi Shiren dan Nicholas. Hanya saja, permainan itu belum bisa mereka lakukan karena kondisi Shiren belum memungkinkan. Mereka hanya melakukan beberapa pemanasan saja, tidak lebih."Hey, ingat kondisimu, Sayang." Nicholas segera mendekap Shiren yang semakin tak terkendali. Dia juga memakaikan kembali pakaian yang sempat Shiren lepas karena terbawa suasana. Shiren hanya bisa mendengus kesal, wajahnya mengusal pada ceruk leher Nicholas lalu membuat beberapa tanda di sana."Aku merindukanmu," rengek Shiren membuat Nicholas terkekeh. "Sabar, saat ini kamu masih dalam masa tenang, Sayang. Nanti kalau sudah saatnya tiba, kita langsung pergi bulan madu. Setuju?" tanya Nicholas yang tentunya langsung disetujui oleh Shiren."Ya! Nanti aku akan mencari tempat yang paling indah untuk kita kunjungi. Ah, aku sangat tidak sabar segera keluar keluar dari rumah sakit. Di sini sangat membosankan, ya? Apa kita tidak boleh
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia