Shiren tidak bisa dikatakan baik-baik saja setelah mengetahui bayinya mati. Dia melamun tak kenal waktu sampai Nicholas lelah sendiri melihat keadaan sang istri. "Shiren, cepat makan makananmu, Sayang. Setelah itu minum obat supaya cepat sembuh," ucap Nicholas yang baru selesai makan dan minum obat rutin. Shiren tetap bergeming, dia tidak melakukan apapun selain melamun dan diam. Dia sangat hancur, sangat. Dia tidak menyangka Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk memeluk anaknya. Dia sangat menantikan bayi itu. Dengan sedikit kesulitan Nicholas berusaha berpindah dari ranjangnya pada ranjang Shiren. Dia duduk di samping wanita itu lalu memeluknya dari samping. "Tolong ikhlaskan dia, Sayang. Tuhan lebih tahu mana yang terbaik untuk kita," ucap Nicholas lembut. Dia juga sebenarnya sedih, namun dia berusaha untuk tidak menampakkan kesedihan itu di hadapan Shiren. Istrinya sangat sensitif, dia tidak mau Shiren berpikiran macam-macam. "Aku kecewa pada diriku sendiri, Nicholas. Kit
"Halah! Dulu saja kalau aku tidak mabuk, kamu tidak akan berani menghamiliku!" celetuk Shiren sambil mencubit kesal pinggang Nicholas. Air matanya masih terus mengalir, namun rasa sedih itu hilang begitu saja mendengar ucapan sang suami.Nicholas tertawa untuk menutupi rasa sakit pada pinggangnya. Ya, bagian yang Shiren cubit memang terluka dan belum sembuh sepenuhnya. "Terserah kamu saja. Aku hanya mau istriku yang ceria seperti ini. Dia juga pasti bahagia melihat kita yang bahagia di sini."Shiren mengangguk, dia kembali memeluk suaminya. Tak lupa untuk mengusalkan wajah pada dada Nicholas untuk menghapus air mata. Dia malas mengambil tissue."Asal kamu tahu, hal yang paling aku takutkan adalah kekecewaanmu padaku dibanding rasa kehilangan itu sendiri. Kita bisa seperti ini karena aku mengandung. Aku takut kamu pergi dariku karena anak kita tidak selamat. Aku sangat sedih memikirkan hal itu," ungkap Shiren yang tidak pernah Nicholas bayangkan sebelumnya. Pria itu sampai melongo tak
"Iya iya, nanti kubuatkan keponakan yang banyak untukmu. Sudah, jangan menangis lagi," ucap Shiren seraya menghapus air mata Jay. Sudah lama sekali dia tidak melihat Jay menangis seperti ini.Semua yang melihat tingkah Jay hanya bisa geleng-geleng kepala. Terutama Nicholas, setelah sembuh nanti dia harus siap bekerja keras menggoyang Shiren untuk menuntaskan janjinya pada Jay."Kamu belum makan, kan? Ayo aku suapi." Jay bahkan dengan sigap mengambil makanan yang sedari tadi dipegang oleh Nicholas. Dia juga duduk di tengah-tengah antara Shiren dan Nicholas. "Biarkan mereka berdua dulu, Jay sangat merindukan kakaknya," ucap Robert dan meminta Nicholas untuk pindah ke ranjangnya sendiri. Dia pun bangkit dengan dibantu Robert.Shiren dan Jay benar-benar sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Nicholas sendiri sibuk ditanya ini itu oleh keluarganya."Kamu memang sangat pandai meluluhkan Shiren! Dia kembali seperti Shiren yang kami kenal," ucap Belinda terlihat sangat bahagia. Dari kemar
Meskipun keadaan belum pulih sepenuhnya, namun semua itu tidak menjadi halangan bagi Shiren dan Nicholas. Hanya saja, permainan itu belum bisa mereka lakukan karena kondisi Shiren belum memungkinkan. Mereka hanya melakukan beberapa pemanasan saja, tidak lebih."Hey, ingat kondisimu, Sayang." Nicholas segera mendekap Shiren yang semakin tak terkendali. Dia juga memakaikan kembali pakaian yang sempat Shiren lepas karena terbawa suasana. Shiren hanya bisa mendengus kesal, wajahnya mengusal pada ceruk leher Nicholas lalu membuat beberapa tanda di sana."Aku merindukanmu," rengek Shiren membuat Nicholas terkekeh. "Sabar, saat ini kamu masih dalam masa tenang, Sayang. Nanti kalau sudah saatnya tiba, kita langsung pergi bulan madu. Setuju?" tanya Nicholas yang tentunya langsung disetujui oleh Shiren."Ya! Nanti aku akan mencari tempat yang paling indah untuk kita kunjungi. Ah, aku sangat tidak sabar segera keluar keluar dari rumah sakit. Di sini sangat membosankan, ya? Apa kita tidak boleh
"Astaga!" pekik Shiren sangat terkejut. Suara gedebuk dari dalam kamar mandi membuatnya juga seorang perawat perempuan yang sedang mengganti cairan infus hampir jantungan. "Sus, tolong cek suamiku!" titah Shiren panik, dia yakin suaminya jatuh di kamar mandi."Nyonya jangan ikut turun!" ucap perawat itu mengingatkan. Shiren yang hendak loncat turun dari ranjang mengurungkan niatnya. Dia menunggu dengan rasa was-was luar biasa. Sialnya, tak ada satu pun keluarga mereka ada di sini. Jay dan Belinda yang sebelumnya berjaga entah pergi ke mana. Tak lama, perawat itu berusaha sekuat tenaga untuk membawa Nicholas kembali pada tempat tidurnya. Entah apa yang Nicholas lakukan sampai jatuh pingsan seperti ini. Namun, perawat itu menduga Nicholas terpeleset. "Ya Tuhan!" Shiren semakin terkejut melihat suaminya yang sudah tak sadarkan diri. Kali ini dia tidak bisa diam, dia turun dari ranjang dan ikut membantu perawat itu membawa Nicholas. "Cepat periksa suamiku, Sus! Cepat panggil dokter!
"Kamu mau ke mana? Aku sedang sakit, Shiren."Shiren yang hendak bangkit ditarik kembali oleh Nicholas. Sebelah lengan Nicholas meraih pinggang ramping sang istri lalu memeluknya tak terlalu erat. Dia belum berani mengganggu bekas tempat anaknya."Ayolah, aku hanya ingin ke kamar mandi. Aku tidak akan meninggalkanmu, Sayang," ucap Shiren seraya mengacak gemas rambut Nicholas. Sedari tadi dia tidak diperbolehkan turun dari ranjang walau sejengkal. Nicholas berubah menjadi bayi besar."Jangan lama-lama, jangan sampai terluka juga sepertiku." Nicholas mau tak mau membiarkan Shiren pergi jika sudah berurusan dengan kamar mandi. Panggilan alam memang tidak bisa diganggu gugat."Tentu saja."Cepat-cepat Shiren pergi sebelum suaminya berubah pikiran. Mungkin karena terkena benturan lagi otak Nicholas jadi sedikit konslet. Sangat labil.Di dalam kamar mandi, Shiren menuntaskan hajatnya dengan sangat hati-hati. Alasan Nicholas jatuh karena terpeleset sabun cuci tangan yang tidak sengaja menete
“Tumben berkeliaran malam-malam, istrimu sudah tidur?” tanya Robert pada Nicholas. Tubuhnya sedikit terperanjat ketika Nicholas tiba-tiba duduk di sampingnya. Saat ini mereka berada di teras depan.“Sudah, jika belum aku tidak mungkin ada di sini. Shiren sangat tergila-gila padaku,” jawab Nicholas percaya diri. Robert sontak berdecih kecil. “Cepat katakan apa tujuanmu mencari Ayah!” sentak Robert yang merasa sedikit kesal karena ketenangannya diganggu. Nicholas memutar bola matanya malas, ayahnya terlihat sangat kesal dia datangi. “Kata Ibu, Ayah selalu menangis dan bersedih sewaktu aku koma. Sekarang aku sudah baik-baik saja, kenapa Ayah sangat galak padaku?”Nicholas tersenyum kecil melihat ekspresi Robert yang kontan berubah. Wajahnya yang semula sinis kini berubah menjadi sendu. Benar, sewaktu anaknya di rumah sakit dan berjuang antara hidup dan mati, dia sangat mudah menangis dan ketakutan.“Kamu satu-satunya harapan Ayah, Nicholas. Kami tidak memiliki apa-apa lagi jika kamu pe
Beberapa minggu kemudian, Nicholas sudah diizinkan untuk bekerja lagi di perusahaan. Dokter juga telah memastikan Nicholas baik-baik saja dan sanggup melakukan aktivitas seperti biasa. Begitu pula dengan Shiren. Shiren juga memutuskan untuk ikut bekerja bersama sang suami, terjadi perdebatan yang cukup alot untuk hal satu ini. “Kamu temani Ibu saja di rumah, Sayang. Kamu baru sembuh dan tidak boleh terlalu lelah. Nanti jika bosan kamu bisa pergi jalan-jalan ke mall atau ke manapun seperti dulu,” ujar Nicholas untuk yang kesekian kalinya. Shiren sendiri tampak sangat bebal bahkan sudah menggunakan pakaian khas ke kantor. “Tidak mau, aku ingin ikut denganmu. Kamu belum punya asisten pribadi seperti Ben, kan? Aku bisa jadi apapun untukmu,” tolak Shiren yang masih kukuh dalam pendiriannya. “Dulu aku setuju untuk tidak bekerja karena keadaanku sedang hamil, aku tahu itu. Tapi sekarang, aku tidak hamil, aku sehat dan kuat. Kamu dengar sendiri kan penjelasan dokter kemarin tentang kead
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia