Baru saja keluar dari ruang meeting bersama Domenico, Nicholas dikejutkan oleh kedatangan Shiren yang cukup tiba-tiba. Wanita itu sampai menunggunya di depan ruang meeting dan membawa satu buah wadah makanan cukup besar."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Domenico sambil mendekat pada Shiren, begitu juga Nicholas. Shiren bingung harus menjawab jujur atau tidak. Dia cukup gengsi jika harus mengatakan jika dia akan mengantarkan makan siang untuk suaminya di depan orang itu sendiri. Setelah beberapa detik berpikir, Shiren pun berhasil menemukan jawaban terbaik."Aku baru saja mencoba resep baru, tidak tahu rasanya enak atau tidak. Ingin coba?" tanya Shiren pada Domenico dan Nicholas. Sontak Nicholas melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, belum jam istirahat. "Ini belum jam istirahat, kamu tung—""Pergilah dengan Shiren, Kakek juga memiliki sekretaris," ucap Domenico seraya mendorong pelan bahu Nicholas berniat menyuruh pria itu pergi. Dia tidak ingin menghancurkan hati Shiren ka
Shiren terbangun dengan rasa mual luar biasa, wanita itu segera berlari menuju kamar mandi. Di sana, Shiren bersimpuh di hadapan kloset sambil berusaha memuntahkan isi perutnya, dia tidak sanggup berdiri."Kenapa mual sekali?" tanya Shiren pada dirinya sendiri. Dia berusaha untuk berdiri setelah dirasa tidak ada lagi yang bisa dia keluarkan. Makanan sisa semalam sepertinya sudah keluar tanpa sisa.Mual belum reda, kini Shiren merasa kepalanya sangat pusing tujuh keliling. Dia bersandar pada kepala ranjang, mencoba menenangkan diri yang semakin tidak karuan. "Nicholas, kamu masih tidur kah?" Shiren bertanya-tanya, dia melirik sejenak pada jam dinding yang baru menunjukkan pukul 5 pagi. Tentu saja Nicholas masih berkelana di alam mimpi.Tanpa diduga, pintu kamar Shiren dibuka dari luar dan menunjukkan sosok yang dia cari. Betul, semalam mereka tidur terpisah karena Shiren merajuk. Shiren kesal karena semalam Nicholas menolak permintaannya. "Tumben sekali kamu sudah bangun? Tidak nyama
Kedua tangan Shiren gemetar memegang sebuah benda bergaris dua. Sejak kapan di perutnya bersemayam anak manusia? Shiren hampir tak percaya merasakannya. Lamunan Shiren buyar ketika pintu kamar mandinya dibuka dari luar oleh Nicholas. Pria itu segera masuk dan melihat sendiri benda yang masih di tangan Shiren. Belinda, Jay, dan dokter masih setia menunggu. Hanya Nicholas yang tidak sabar."Positif? Kamu mengandung anakku?" tanya Nicholas tak percaya. Begitu pula dengan Belinda dan Jay yang mendengar suara Nicholas. Mereka sangat terkejut.Air mata Shiren luruh tak tertahankan, dia merasa bahagia dan takut. Di tengah rasa campur aduknya, Shiren merasakan tubuhnya ditarik dengan lembut, seperkian detik kemudian dia sudah berada di dekapan Nicholas. "Maafkan aku," bisik Nicholas pelan. Andai dia lebih hati-hati mungkin tidak akan seperti ini. Shiren tidak akan kesulitan.Pikiran Shiren semakin buruk mendengar permintaan maaf Nicholas. 'Kenapa harus meminta maaf? Kamu tidak berniat meni
"Usia kandungannya baru berjalan selama 5 minggu, masih sangat kecil, dia seperti biji apel sekarang," jelas dokter kandungan sambil menggerakkan alat USG di permukaan perut Shiren. Shiren tersenyum haru melihat calon anaknya yang masih sangat kecil itu. Genggaman pada tangannya pun semakin menguat, sontak dia menoleh pada Nicholas. Pria yang sedari tadi menggenggam tangannya. "Berapa lama lagi dia akan keluar?" tanya Nicholas setelah cukup lama terdiam. "Umumnya kehamilan berlangsung selama tiga puluh tujuh minggu sampai empat puluh dua minggu. Bahkan ada yang lebih cepat atau lebih lambat dari itu, Tuan," jawab dokter bername-tag Rosella. Dokter inilah yang menangani Belinda sewaktu hamil dan melahirkan Jay. "Apa saja yang tidak boleh istriku lakukan?" tanya Nicholas lagi. Dia harus mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya agar bisa menjaga Shiren dengan baik. Belinda dan Jasmine yang ikut menemani mereka pun tampak terharu melihat Nicholas yang sangat antusias bertanya. Terlih
Nicholas tak bisa mengalihkan tatapannya barang sejenak dari sosok cantik yang sedang asyik memamerkan perut rata. Dia sangat terpukau. "Hey, kenapa melamun? Cepat fotokan aku, ini kali pertama aku berfoto dengan calon anak kita," ujar Shiren seraya berpose menunjuk perutnya yang masih datar. Dia meminta difoto seperti ini sampai melahirkan nanti.Nicholas segera mengabulkan keinginan istrinya, 3 gambar terbaik dia simpan dan dimasukkan ke dalam file khusus. Wanita itu mendekat pada Nicholas untuk melihat hasil potretannya. Shiren sontak berdecak kagum. "Kamu sangat pandai memotret, aku kelihatan sangat cantik di sini," ucapnya menunjuk layar ponsel. Di sana dia terlihat cantik dan seksi. Dia hanya memakai celana legging hitam dan sport bra. Nicholas menarik pelan lengan Shiren dan memintanya agar duduk di pangkuan. Dia sedari tadi duduk di tepi kasur."Kamu bahagia hidup denganku?" Pertanyaan Nicholas menurut Shiren sangat aneh. Dia mengecup bibir pria itu sebelum menjawab. "San
Shiren dan Nicholas turun dari kamar setelah mendapat panggilan dari Domenico. Kini mereka berkumpul di ruang keluarga untuk membahas Shiren dan Nicholas. Juga membahas pindah tangan perusahaan. Shiren duduk diapit oleh Nicholas dan Belinda pada sofa yang berhadapan langsung dengan Jasmine dan Jay. Domenico duduk di kursi tunggal selaku tertua. Bisa Domenico lihat jika Shiren sangat bahagia ada di dekat Nicholas, begitu pun sebaliknya. Dia senang akan hal ini, cinta cucunya terbalaskan. Dia juga yakin Nicholas tidak akan berani melakukan hal yang dulu Jovan lakukan. Dia berharap banyak pada pria ini agar bisa membahagiakan cucu tersayangnya."Bagaimana keadaan kandunganmu? Kakek tadi tidak sempat ikut ke rumah sakit karena sibuk." Domenico memulai percakapan dengan santai. Dia juga memandang Shiren dengan tatapan lembut seperti biasa. Menyiratkan bahwa dia sangat menyayangi perempuan satu ini. Shiren tersenyum manis dan mengusap perutnya yang masih datar. "Kata dokter kandunganku b
"Siapa juga yang mau pergi tanpamu? Aku hanya memberitahu, bukan berarti akan aku lakukan. Nanti kuberi tahu dulu bahwa aku sudah menikah, untuk kabar kehamilanmu biarlah mereka ketahui setelah kita semua bertemu." Nicholas menjelaskannya lebih detail agar Shiren tidak salah paham.Shiren pun lega, dia kembali bergelayut manja pada lengan kokoh Nicholas yang sedari tadi menjadi sandarannya. Dia kira Nicholas akan pergi.Domenico menghela napas pasrah, sepertinya tak ada pilihan lain. Tatapannya pun kini teralihkan pada Jay, pria yang sedari tadi hanya menyimak. Sontak Jay gelagapan, sebisa mungkin dia menghindar dari tatapan sang Kakek. Dia mencium aroma-aroma tidak menyenangkan setelah ini."Bagaimana jika kamu saja yang menggantikan Shiren? Hey, Kakek bicara denganmu, Jay."Mau tak mau Jay menoleh pada sang Kakek setelah namanya disebut. Dia sudah menduga akan jadi seperti ini pada akhirnya."Kakek tahu sendiri aku tidak berminat mengurus hal semacam itu," ucap Jay merasa keberatan.
"Aku baru tahu jika suami juga bisa merasakan imbas kehamilan istrinya," ucap Nicholas terdengar masih lemas. Dia saat ini sedang disuapi nasi goreng pedas buatan Shiren. Dari banyaknya makanan hanya ini yang bisa menggugah selera Nicholas."Kata dokter kamu terlalu mencintaiku sampai-sampai hal seperti ini kamu yang merasakan. Biasanya, ibu hamil tersiksa sendirian selama hamil. Terima kasih telah membantuku," balas Shiren diakhiri kekehan pelan. Nicholas juga tertawa, dia merasa lucu sendiri harus mengalami hal yang seperti ini.Selesai makan, mereka bersantai terlebih dahulu sebelum tidur. Di dalam ruang ganti pakaian, Shiren tampak bingung harus mengenakan pakaian tidur seperti apa. Dia juga ingin tampil seperti istri-istri kebanyakan, mengenakan pakaian tidur yang cukup seksi agar suaminya senang. Ah, dia tidak pernah membeli pakaian tidur kurang bahan.Pilihan Shiren terjatuh pada baju tidur berbahan satin. Ini adalah baju tidur yang hampir tidak pernah Shiren pakai sejak pert
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia