"Aku baru tahu jika suami juga bisa merasakan imbas kehamilan istrinya," ucap Nicholas terdengar masih lemas. Dia saat ini sedang disuapi nasi goreng pedas buatan Shiren. Dari banyaknya makanan hanya ini yang bisa menggugah selera Nicholas."Kata dokter kamu terlalu mencintaiku sampai-sampai hal seperti ini kamu yang merasakan. Biasanya, ibu hamil tersiksa sendirian selama hamil. Terima kasih telah membantuku," balas Shiren diakhiri kekehan pelan. Nicholas juga tertawa, dia merasa lucu sendiri harus mengalami hal yang seperti ini.Selesai makan, mereka bersantai terlebih dahulu sebelum tidur. Di dalam ruang ganti pakaian, Shiren tampak bingung harus mengenakan pakaian tidur seperti apa. Dia juga ingin tampil seperti istri-istri kebanyakan, mengenakan pakaian tidur yang cukup seksi agar suaminya senang. Ah, dia tidak pernah membeli pakaian tidur kurang bahan.Pilihan Shiren terjatuh pada baju tidur berbahan satin. Ini adalah baju tidur yang hampir tidak pernah Shiren pakai sejak pert
Nicholas menatap lucu pada sosok wanita yang tampak kelelahan setelah bergelut dengan cacing besar Alaska miliknya. Shiren mengusap kedua pipinya yang terasa kebas. "Pegal, kan? Makanya, lain kali jangan nakal," ucap Nicholas seraya mengenakan kembali celana tidur yang sempat Shiren turunkan. Ini kali pertama Shiren melayaninya menggunakan mulut, wanita itu belum terbiasa."Kamu tidak ada niatan membantuku?!" tanya Shiren sebal, dia bahkan masih bersimpuh di lantai.Nicholas terkekeh pelan seraya mengangkat tubuh Shiren untuk dibawa ke kamar mandi. "Sikat gigit dulu, mulutmu kotor," titah Nicholas lalu menurunkan tubuh Shiren di depan wastafel. Wanita pun menuruti perintah suaminya. Cairan cinta Nicholas memang sempat tumpah dalam mulutnya, namun hanya sebagian karena sebagian lain Nicholas tumpahkan di lantai. Pria itu takut istrinya mual dan berakhir muntah. Padahal, Shiren baik-baik saja sampai detik ini."Sudah bersihkan, kan?" tanya Shiren seraya membuka mulutnya lebar-lebar. N
"Aku belum bisa menjelaskan keadaan istriku sekarang. Intinya dia belum bisa diajak bepergian ke tempat yang cukup jauh."Nicholas sangat berusaha agar tidak keceplosan bicara jika istrinya sedang hamil. Bisa-bisa mereka semakin heboh dan datang saat ini juga. Sejujurnya dia belum siap memperkenalkan keluarganya pada keluarga Lavine. "Baiklah, kami menunggu," putus Robert. Dia tidak mau terlalu memaksa sang anak. Di tengah percakapan hangat itu dada Nicholas tiba-tiba sesak mengingat sang kakak, dia harus bertanya kelanjutannya."Bagaimana dengan pelaku pembunuhan kakakku?" tanya Nicholas. Tiba-tiba saja percakapan hangat mereka berubah menjadi suram dan sendu. Bisa Nicholas dengar sang ayah menarik napas cukup dalam. Sepertinya agak berat untuk dikatakan."Janjilah pada Ayah untuk tidak menaruh dendam, Nak. Karena orang yang melakukannya adalah seseorang bagian dari keluarga kita."Napas Nicholas terasa tercekat di tenggorokan. Sepertinya, dia terlalu fokus pada Shiren sehingga me
Nicholas sangat terharu melihat calon anaknya yang semakin bertambah besar. Kini dia dan Shiren sedang berada di ruangan khusus untuk memeriksakan kandungan. "Bayi kalian sangat sehat dan tumbuh dengan baik. Lihatlah, bentuknya lebih besar dari bulan kemarin," ucap Rosella sembari menunjukkan betapa kecilnya janin Shiren. Masih jelas dalam ingatan Shiren ketika pertama kali dia melihat calon anaknya yang lebih kecil dari ini. Dia sangat bahagia."Dok, minggu depan kami berencana akan melakukan penerbangan ke Spanyol, apa boleh?" tanya Nicholas. Tak hanya cek kandungan rutin setiap bulan, mereka juga ingin konsultasi tentang perjalanan yang akan mereka tempuh. "Untuk saat ini tentu saja boleh, keadaan ibu serta janinnya sangat sehat dan baik. Satu hari sebelum berangkat, Nyonya harus diperiksa kembali untuk memastikan. Jika hasilnya sama seperti sekarang, maka boleh. Namun jika hasilnya lebih buruk, terpaksa rencana tersebut harus dibatalkan demi keselamatan Nyonya dan calon buah hat
Shiren memandang tak suka pada segerombolan wanita yang terang-terangan menatap lapar pada suaminya. Lima orang wanita itu bahkan memotret Nicholas secara diam-diam."Dia ini tipeku sekali! Tinggi, atletis, tampan, ahh ... seksi pula. Aku ingin membawanya pulang!!" Mata Shiren semakin menyala-nyala mendengar pujian salah satu dari mereka. Hanya membeli es krim saja Nicholas sudah menjadi idaman banyak wanita. Shiren masih mencoba tenang, dia terus mengawasi segerombol wanita ini. Mereka berlima tak jauh dari tempat duduk Shiren sekarang, Shiren menyesal membiarkan Nicholas antre di stand es krim sendirian.Ketika Nicholas hendak kembali pada sang istri, sontak segerombolan itu semakin percaya diri. Mereka mengira, pria tampan itu akan ikut bergabung dengannya. Bahkan beberapa orang langsung bercermin untuk memastikan penampilan mereka tetap bagus. Shiren di belakangnya semakin geram."Hai," sapa salah satu dari mereka ketika Nicholas semakin mendekat. Betapa malunya wanita itu keti
"Shiren, kamu buang ke mana celana dalamku?"Bukan hanya Shiren yang terkejut mendengar pertanyaan Nicholas, Cassie juga merasakan hal yang sama. Sepertinya, dia menghubungi sang menantu di waktu yang tidak tepat."S-sudah dulu ya, Bu. A-aku bantu Nicholas dulu," pamit Shiren pada sang ibu mertua. Cassie di seberang sana mengangguk paham."Ya, silakan. Urus dulu suamimu yang tidak punya malu itu," balas Cassie dengan pikiran yang tidak-tidak. Dia tak percaya anaknya sudah tumbuh sangat dewasa dan kini memiliki istri.Sambungan mereka pun terputus, Shiren segera mendekat ke arah Nicholas yang sedang sibuk mencari sesuatu di sekitar ranjang."Kamu ini sangat tidak tahu kondisi! Bisa-bisanya menanyakan celana dalam di saat aku sedang dihubungi ibumu!" omel Shiren sangat kesal. Dia segera mengambil celana dalam Nicholas yang baru agar pria itu berhenti mencari."Pakai yang ada saja!" Nicholas segera menerima benda yang Shiren berikan. "Aku baru memakainya sebentar sebelum dilepas kembal
Nicholas tak bisa mengalihkan atensinya dari sosok cantik yang begitu tenang tertidur. Mungkin karena terlalu lelah, Shiren sampai tidak sadar tubuh polosnya belum ditutupi apapun. Nicholas pun segera menarik selimut untuk menutupi tubuh indah istrinya."Kamu cantik sekali," puji Nicholas seraya mengusap lembut kepala Shiren. Melihatnya dalam keadaan setelah bercinta selalu membuat rasa sayang di hati Nicholas semakin membludak. Dia menyayangi wanita ini, sangat.Seperti biasa, Nicholas akan meninggalkan beberapa kecupan sebelum membiarkan wanitanya tidur tenang. Rasa kantuknya sendiri sudah hilang entah ke mana.Nicholas bergegas memakai kembali pakaiannya, dia mengambil laptop dan menjauh dari Shiren agar tidak mengganggu tidurnya.Nicholas duduk di sofa dengan laptop di pangkuan, kini dia mulai disibukkan oleh beberapa pekerjaan yang ayahnya kirimkan. Tak hanya itu, kadang dia juga dibawa oleh Domenico ke kantor untuk membantu Jay. Ah iya, kini Jay telah sepakat menggantikan Shiren
"Kamu tidak boleh meninggalkanku seperti ayah," lirih Shiren sambil menangis tersedu di pelukan Nicholas. Dia sangat sedih melihat ibunya, Belinda juga masih berusaha dihibur oleh Jay agar tidak sedih lagi. Nicholas memilih diam dan membiarkan Shiren menangis sepuasnya. Mereka saat ini sudah berada di dalam pesawat dan bersiap untuk terbang. Shiren dan Belinda sengaja dijauhkan agar kesedihan mereka tidak semakin menjadi."Doakan aku supaya panjang umur dan menemanimu seumur hidup," ujar Nicholas lembut. Dia bingung harus seperti apa, ini kali pertama Shiren menangis di pelukannya karena merindukan sang ayah.Ketika pesawat itu mulai lepas landas, Shiren semakin memeluk Nicholas yang ada di sampingnya. Dia mencoba mencari ketenangan dalam hangatnya dekapan sang suami.Nicholas mengusap lembut aliran anak sungai di pipi Shiren menggunakan satu ibu jarinya."Sudah dulu ya menangisnya, nanti cantikmu luntur. Katanya ingin dilihat cantik oleh mertua?"Shiren tertawa kecil, dia mengangguk
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia