"Shiren, kamu buang ke mana celana dalamku?"Bukan hanya Shiren yang terkejut mendengar pertanyaan Nicholas, Cassie juga merasakan hal yang sama. Sepertinya, dia menghubungi sang menantu di waktu yang tidak tepat."S-sudah dulu ya, Bu. A-aku bantu Nicholas dulu," pamit Shiren pada sang ibu mertua. Cassie di seberang sana mengangguk paham."Ya, silakan. Urus dulu suamimu yang tidak punya malu itu," balas Cassie dengan pikiran yang tidak-tidak. Dia tak percaya anaknya sudah tumbuh sangat dewasa dan kini memiliki istri.Sambungan mereka pun terputus, Shiren segera mendekat ke arah Nicholas yang sedang sibuk mencari sesuatu di sekitar ranjang."Kamu ini sangat tidak tahu kondisi! Bisa-bisanya menanyakan celana dalam di saat aku sedang dihubungi ibumu!" omel Shiren sangat kesal. Dia segera mengambil celana dalam Nicholas yang baru agar pria itu berhenti mencari."Pakai yang ada saja!" Nicholas segera menerima benda yang Shiren berikan. "Aku baru memakainya sebentar sebelum dilepas kembal
Nicholas tak bisa mengalihkan atensinya dari sosok cantik yang begitu tenang tertidur. Mungkin karena terlalu lelah, Shiren sampai tidak sadar tubuh polosnya belum ditutupi apapun. Nicholas pun segera menarik selimut untuk menutupi tubuh indah istrinya."Kamu cantik sekali," puji Nicholas seraya mengusap lembut kepala Shiren. Melihatnya dalam keadaan setelah bercinta selalu membuat rasa sayang di hati Nicholas semakin membludak. Dia menyayangi wanita ini, sangat.Seperti biasa, Nicholas akan meninggalkan beberapa kecupan sebelum membiarkan wanitanya tidur tenang. Rasa kantuknya sendiri sudah hilang entah ke mana.Nicholas bergegas memakai kembali pakaiannya, dia mengambil laptop dan menjauh dari Shiren agar tidak mengganggu tidurnya.Nicholas duduk di sofa dengan laptop di pangkuan, kini dia mulai disibukkan oleh beberapa pekerjaan yang ayahnya kirimkan. Tak hanya itu, kadang dia juga dibawa oleh Domenico ke kantor untuk membantu Jay. Ah iya, kini Jay telah sepakat menggantikan Shiren
"Kamu tidak boleh meninggalkanku seperti ayah," lirih Shiren sambil menangis tersedu di pelukan Nicholas. Dia sangat sedih melihat ibunya, Belinda juga masih berusaha dihibur oleh Jay agar tidak sedih lagi. Nicholas memilih diam dan membiarkan Shiren menangis sepuasnya. Mereka saat ini sudah berada di dalam pesawat dan bersiap untuk terbang. Shiren dan Belinda sengaja dijauhkan agar kesedihan mereka tidak semakin menjadi."Doakan aku supaya panjang umur dan menemanimu seumur hidup," ujar Nicholas lembut. Dia bingung harus seperti apa, ini kali pertama Shiren menangis di pelukannya karena merindukan sang ayah.Ketika pesawat itu mulai lepas landas, Shiren semakin memeluk Nicholas yang ada di sampingnya. Dia mencoba mencari ketenangan dalam hangatnya dekapan sang suami.Nicholas mengusap lembut aliran anak sungai di pipi Shiren menggunakan satu ibu jarinya."Sudah dulu ya menangisnya, nanti cantikmu luntur. Katanya ingin dilihat cantik oleh mertua?"Shiren tertawa kecil, dia mengangguk
Keterkejutan Shiren semakin membludak ketika melihat kediaman Nicholas. Jay saking syoknya sampai tak sadar menganga. "Istana siapa ini?" Jay tak sanggup menahan rasa penasaran, dia menatap Nicholas meminta penjelasan."Di sini kami tinggal, Jay. Ayo masuk, di luar semakin panas," ajak Nicholas menggiring istri serta keluarganya. Pintu besar berwarna cokelat gelap itu akhirnya terbuka secara perlahan, menampilkan keindahan dan kemewahan yang tidak pernah Shiren bayangkan. Dia berkali-kali membuka tutup matanya untuk memastikan kalau dia tidak bermimpi. Dan semua ini memang nyata."Selamat datang di kediaman Leonard!"Domenico, Jasmine, Shiren dan Jay nyaris jantungan mendengar kalimat sapaan yang menggema di dalam istana itu. Para pelayan laki-laki maupun wanita menyambut dengan sangat gembira. Mereka berjejer rapi menggunakan seragam khusus yang terlihat elegan dan berwibawa. Robert tersenyum kecil melihat keterkejutan menantunya. Mereka juga berusaha membalas sambutan hangat itu
"Kamu lihat kolam itu? Aku ingin bercinta di sana malam nanti," bisik Nicholas dengan suara seraknya yang begitu menggoda. Dia menunjuk pada sebuah kolam yang langsung terhubung dengan kamarnya. Di lantai 2 dia memiliki kolam pribadi, dan beberapa tempat pribadi lainnya yang telah disediakan Robert sejak dia remaja.Shiren hanya bisa mengangguk malu-malu sambil menyembunyikan wajahnya pada dada bidang sang suami. Dia bahkan mulai membayangkan adegan demi adegan yang akan mereka lakukan di sana. Ahh, Shiren sampai tak tahan dan melampiaskannya dengan menggigit dada liat Nicholas."Kamu seperti drakula!" celetuk Nicholas seraya menjauhkan kepala Shiren dari dadanya. Tidak sakit, tapi kaget.Shiren tertawa dan kembali mendekatkan diri pada pria itu."Kekayaan sebanyak ini kenapa kamu tutupi rapat-rapat dari dunia luar? Kamu bahkan rela menjadi karyawan biasa di perusahaanku sedangkan kamu sendiri memiliki istana pribadi," kata Shiren mencoba mengungk
"Bisakah kalian tahu tempat jika ingin bermesraan?" tanya Jay sinis pada dua insan manusia di hadapannya.Sontak tautan dua manusia itu terlepas, keduanya pun berdecak kesal melihat Jay. Anak ini hanya bisa mengacau!"Aku sudah tahu diri membawa istriku ke tempat sepi, kamu sendiri kenapa ke sini? Sengaja ingin mengintip kami, ya?" tuduh Nicholas membuat Jay semakin kesal."Jika bukan karena perintah Ibu, aku tidak mau mencari kalian! Sana, ibu kalian berdua sudah menunggu," ketus Jay seraya melenggang pergi meninggalkan Shiren dan Nicholas.Shiren terkikik geli melihat raut wajah Jay yang begitu masam. Tak beda jauh dengan Nicholas karena kegiatan mesra mereka terganggu."Kita temui Ibu dulu, ya? Kasihan mereka menunggu. Kan nanti malam juga kita sudah memiliki jadwal sendiri," ujar Shiren mencoba menghibur sang suami. Meskipun terpaksa, Nicholas tetap memenuhi panggilan ibunya. Para pria dan wanita duduk terpisah, entah apa ya
Dengan lembut Nicholas menuntun Shiren untuk memasuki kolam yang lebih dangkal. Dia meminta wanita itu untuk duduk pada undakan tangga. Kaki jenjangnya dibiarkan menjuntai di dalam air.Kolamnya memang tidak terlalu besar, namun cukup untuk mereka berdua bermesraan. "Dingin?" Shiren menggeleng, kolam ini berada di dalam ruangan sehingga dia tidak merasakan dingin. Justru segar. Airnya pun cenderung hangat."Berani turun ke sini?"Nicholas sendiri kini sudah berada di tempat yang cukup dalam. Di tubuhnya hanya sebatas antara perut dan dada, mungkin di tubuh Shiren akan sampai pada bahu."Bantu aku," pintanya sambil mengulurkan kedua tangan agar dibantu sang suami.Pelan-pelan wanita itu berjalan di dalam air sampai akhirnya berada dalam dekapan hangat suaminya. Nicholas memeluk mesra tubuh Shiren yang berhiaskan bikini seksi. Lekukan tubuh Shiren terlihat jelas dan sangat menggoda. "Dari mana kamu me
"Aku pergi sendiri saja, ya? Ayah harus mengadakan rapat penting tapi kesehatannya tidak baik. Aku janji, setelah selesai mengadakan rapat aku langsung pulang," rayu Nicholas agar Shiren mau ditinggal sebentar. Tadi, Robert sempat meminta tolong pada Nicholas untuk menggantikan dirinya rapat di perusahaan. Pagi sekali dia mengeluh kepalanya sangat pusing, dia tentu tidak bisa memaksakan diri. "Bawa aku saja apa salahnya? Aku ingin ikut, di sana aku tidak akan nakal dan patuh padamu." Shiren pun tak menyerah, dia terus merengek pada Nicholas agar membawanya juga. Meskipun Nicholas hanya sebentar di sana, Shiren tidak mau ditinggal oleh pria itu. Padahal, para keluarganya pun masih ada di sini. Dia tidak akan kesepian. "Bawa sajalah dia, aku bosan mendengar dia merengek," celetuk Jay kesal. Sedari di meja makan dia mendengar dua manusia itu saling beradu mulut. Dia bosan. Meskipun ucapan Jay cukup menyebalkan, namun Shiren merasa senang karena dia merasa dibantu. "Tapi nanti
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia