Elena tertegun, pasti yang dimaksud Diego adalah Emma, tapi bagaimana dia tahu? Bukankah saat Elena keluar tadi Diego sedang tidur? Apa Mario yang melaporkan?“Wanita itu? Maksudmu siapa, Diego?” tanya Elena pura-pura tidak tahu.“Siapa lagi kalau bukan perempuan itu, yang kemaren malam saat pesta berbicara padamu dan pura-pura perhatian padaku.”Diego berkata dengan acuh dan dingin, nampak sekali keengganan lelaki itu untuk membicarakan Emma.“Oh, maksudmu Emma?” sahut Elena, Diego mengangguk.“Tadi ada kesalahpahaman sedikit diantara para pelayan, sehingga timbul kericuhan.”Elena menceritakan apa yang terjadi diantara para pelayan itu, dan bagaimana sikap Emma yang begitu arogan kepada Mia dan para pelayan. Namun, Elena sengaja menahan diri dan tidak menceritakan mengenai pembicaraannya berdua dengan Emma ketika mereka duduk di sofa.Bukan maksud Elena untuk menyembunyikannya dari sang suami, namun, dikarenakan Elena belum tahu kondisi Diego yang sebenarnya, ia khawatir Diego akan s
“Apa itu, Nyonya?” tanya Mario penasaran. Elena menghela napas lalu menceritakan apa yang didengarnya dari Emma tentang Diego, juga apa yang dikatakan Mia, hanya saja, Mia tidak tahu dengan pasti apa penyakit yang diderita Tuannya.“Jadi, saya mohon. Tolong jelaskan secara detail mengenai penyakit yang diderita Diego, dan sebagai istrinya, saya berhak tahu, bukan?”Elena sedikit mendesak Mario, lelaki itu tertunduk sejenak namun kemudian ia menghela napas dan berkata dengan tenang kepada Elena.“Benar, Nyonya. Anda memang berhak tahu mengenai kondisi, tuan. Apa yang dikatakan Mia memang benar.” lagi-lagi pria itu menghela napas, sebelum melanjutkan kalimatnya.“Saya, Mia dan Jose adalah orang-orang lama yang bekerja di kediaman ini, dari nyonya besar Rodriguez, yaitu ibunda dari tuan Diego masih ada. Hanya, saya lebih mengurus hal-hal terkait bisnis dan semua hal tuan Diego sebagai asisten pribadi beliau.”Mario mulai bercerita, namun beberpa kali lelaki itu berhenti untuk menghela
“Bukti? Bukti apa?” tanya Elena penasaran.“Bukti keburukan nyonya Emma,” sahut Mario datar. Lelaki itu pun menceritakan tentang Emma Rodriguez.Ayah Emma adalah anak tidak sah dari kakek Diego yang terjadi di luar kesadarannya, karena saat itu sang kakek dijebak hingga berakhir dengan bermalam bersama seorang wanita penghibur. Dan sialnya, wanita itu hamil tanpa sepengetahuannya, dan baru diketahui setelah anak itu besar.Akhirnya sang kakek menerima anak itu namun tidak mengakui sebagai anak sahnya, sebagimana yang disyaratkan nyonya besar Rodriguez saat itu. Putra Rodriguez yang sah hanyalah ayah Diego.Baru setelah nyonya besar Rodriguez meninggal, sang kakek mengizinkan anak tidak sahnya menggunakan nama Rodriguez, itu pun dengan seizin ayah Diego.Bukan hanya itu, ayah Emma juga mendapatkan sebagian kecil dari harta Rodriguez sebagai kebijaksanaan, karena harta Rodriguez sepenuhnya jatuh ke tangan putra sah mereka, yaitu ayah Diego.Ayah Emma sendiri menerima dengan lapang dada a
“Apa?” tanya Mario spontan, pria itu tampak sangat terkejut. “Maksudnya bertemu di tempat khusus bagaimana, Nyonya?”Akhirnya, Elena pun menceritakan kepada Mario mengenai percakapannya dengan Emma. Memang benar, Emma seperti ingin memprovokasi dirinya, oleh karenanya Elena harus bersiap-siap.Untuk itu ia membutuhkan banyak informasi mengenai Emma. Elena tidak mau menjadi wanita bodoh seperti Clara yang mudah percaya begitu saja pada omongan Emma.“Hmm, jadi dia bilang begitu?” tanya Mario.“Benar, dia bilang akan memberikan aku imbalan dan bagian dari harta Rodriguez, asal aku mau bekerja sama. Aku tidak mengerti, apa kerja sama yang dia maksud?”“Lalu, di mana dia meminta Anda datang menemuinya, Nyonya?” tanya Mario ingin memastikan. Elena pun mengeluarkan secarik kertas yang diberikan Emma padanya.Mario tertegun membaca alamat yang tertera di kertas itu. Elena juga menjelaskan kalau menurut Mia cafe itu dulu milik Emma.“Benar, ini adalah salah satu aset milik keluarga Rodriguez,
“Apa mungkin...?” Elena menatap wajah Diego, terngiang kembali semua cerita Mario tentang pria ini. Ia tak menyangka ada beban hidup yang sangat berat di balik pria yang sekilas terlihat tenang itu.Elena teringat kembali perjalanan hidupnya, rasa sakitnya, kehancuran hatinya. Tapi ternyata, semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beban lelaki yang sekarang telah menjadi suaminya.Perlahan Elena mengelus wajah pria itu dengan lembut, “Diego, aku berjanji akan membantumu berjuang untuk keluar dari situasi ini. Kamu jangan khawatir Diego, keluarga Rodriguez akan mempunyai penerus. Aku akan berjuang untuk itu.”Elena berbisik lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Sayangnya, dua bulir kristal bening bergulir cepat, melesat jatuh dan mendarat di wajah Diego.Perlahan Diego membuka matanya, Elena masih terbenam dalam lamunannya, tangannya masih menyentuh pipi Diego.“Kamu kenapa menangis, sayang?” tanya Diego lembut, membuyarkan lamunan Elena. Wanita itu terkesiap.“Oh, kamu suda
"Apa maksudmu, Elena?" tanya Diego bingung, ia belum menyadari maksud ucapan istrinya.Elena tersenyum lembut, lalu menurunkan tubuhnya sehingga posisinya sejajar dengan Diego, ia mendekatkan tubuhnya sehingga berada di dekat lelaki itu. Diraihnya kedua tangan Diego lalu didekatkan ke dadanya.“Mi querido marido, berjanjilah padaku, kalau kamu akan berjuang melawan penyakitmu,” ujar Elena lembut, ia menatap Diego dengan segenap harapan, kesungguhan dan permohonan.“Elena ...” gumam Diego dengan suara rendah.“Aku sudah tahu penyakitmu, Diego, juga tentang vonis dokter. Tapi percayalah, kalau kamu akan bisa melalui semuanya. Kamu akan bisa melewati bulan ini dan juga bulan-bulan berikutnya.”Elena terdiam sesaat, tatapannya yang penuh dengan keyakinan mengobarkan api semangat.“Ingatlah ikan tadi, Diego. Dia seorang diri melawan jerat yang bisa membawanya pada kematian, tapi dengan harapan dan tekad yang kuat untuk hidup, dia bisa melewati semua kesulitan.Sedangkan kamu, suamiku. Aku t
“Apa?” Diego tersentak, ia menatap Elena lekat-lekat. “Apa maksudmu, Elena? Apa yang sebenarnya terjadi?”Elena mengusap-usap lengan suaminya.“Tenang, mi marido.” Elena tersenyum, ia memang harus menceritakannya pada Diego, ia tidak mau menyembunyikan apapun dari suaminya.“Sesungguhnya, aku sudah tahu semua tentang masalah di keluarga Rodriguez ini, aku juga tahu dan mengerti mengapa kamu begitu membenci Emma.”“Apa Mario sudah menceritakan semuanya?” tanya Diego, Elena mengangguk.“Aku yang memaksa Mario untuk menceritakan semuanya. Bukankah memang sudah seharusnya aku tahu? Supaya aku bisa mempersiapkan diri bagaimana bersikap dan bagaimana menghadapi Emma.”Diego menghela napas, “Perempuan itu sangat licik Elena, suka memanipulasi dan bermuka dua.”“Aku tahu, Diego. Dan aku tahu bagaimana caranya menghadapi orang seperti itu?”“Apa kamu yakin Elena?” tanya Diego memastikan, Elena mengangguk, “lalu mengapa ketika kamu teraniaya di kediaman Mendez kamu diam saja dan hanya pasrah men
Elena tertegun, seorang wanita masuk dengan dandanan full serta pakaian mewah dan aksesories serba glamour. Elena tersenyum ke arah wanita yang terkesan agung dan mendominasi itu.“Oh, kamu sudah datang, Emma.” Elena berkata dengan santai, Emma tidak menjawab, ia menatap Elena dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Ada apa, Emma? Apa ada yang salah dengan outfitku ini?” tanya Elena masih dengan senyumnya yang menawan.Emma terkesima melihat ketenangan sikap Elena, berbeda saat pertama kali wanita itu melihatnya yang terlihat takut dan segan, kemarin pun Elena masih terlihat gugup padanya. Tapi hari ini, Elena sangat tenang seolah tidak mempedulikan Emma, bahkan cendrung menantang.“Baru aja sehari menjadi istri Diego, gayamu sudah seperti nyonya besar Rodriguez.” Emma mendengus kesal.“Hahaha, memangnya gaya nyonya besar Rodriguez itu seperti apa? Aku hanya mengenakan outfit yang memang disiapkan untukku, dari mulai pakaian, tas, sepatu dan semua aksesories ini. Apakah aku salah?”Waj
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud
“Bagaimana kalau kita menjebak Emma.” Miguel mengemukakan pendapatnya. “Maksudnya menjebak bagaimana, tuan Miguel?” tanya Mario tertarik.Miguel menghela napas lalu melihat pada Clara, “Kita akan mencari tahu di mana keberadaan Emma melalui nyonya Clara.”“A-apa? Maksudnya bagaimana, tuan?” tanya Clara bingung sekaligus khawatir, “kalau tuan meminta saya menanyakan Emma di mana, pasti dia tidak akan memberitahu, yang ada malah akan curiga kepada saya.”“Tidak, saya tidak akan meminta nyonya menanyakan di mana lokasi Emma,” sahut Migu sambil mengeluarkan ponselnya. “Tapi kita akan melacak keberadaan Emma melalui nomor teleponnya.”“Apa itu efektif, Migu?” tanya Raul penasaran.“Selama lokasinya akurat, maka akan sangat efektif, tuan. Yang penting ponsel sasaran harus aktif dan untuk memastikan kita bisa meminta nyonya Clara menelepon Emma.”Raul mengangguk mengerti, begitu pun Mario dan yang lainnya. “Vela, tolong pinjamkan aku laptopmu, supaya kita bisa melihat peta lebih leluasa diba
“Kamu, apa kamu yang menculik kakakku?” tanya Chavela penuh emosi, ia mendekati Clara dan menarik serta mencengkram lengannya. Clara hanya menunduk dan tidak berusaha melawan. “Bukankah kamu memang menginginkan Elena celaka sehingga kamu bisa merebut harta Rodriguez? “Nona, jaga sikap Anda, jangan menuduh tanpa bukti. Beginikah cara orang-orang terhormat memperlakukan tamu?” Lucy mendekati Chavela, namun Vela tetap tidak melepaskan cengkramannya.“Perempuan ini sudah jelas jahat. Beberapa waktu lalu dia telah memanipulasi data putranya sendiri dan hendak mengelabui kakakku!”“Di sebuah sidang pengadilan pun ada kesempatan bagi tersangka untuk melakukan pembelaan. Apakah Anda yang terhormat akan melakukan hukum rimba?” Lucy menjawab lantang.“Ah persetan! Cepat katakan di mana kakakku?” seru Chavela geram.“Kami tidak tahu di mana nyonya Rodriguez, tapi maksud kedataangan kami adalah baik, untuk memberikan informasi yang akan sangat penting buat kalian.”“Ahm, Vela. Tolong lepaskan Cl
“S-siapa kalian?” tanya Mia tergagap, namun dia berusaha untuk tenang. Sedangkan Elena terlihat ketakutan, wajahnya seketika pucat, ia memegang tangan Mia erat.Mia menghela napas, berusaha mengumpulkan keberaniannya, dia menatap kedua orang yang menghadangnya itu. “Minggirlah, jangan menghalangi jalan kami. Apa yang kalian inginkan? Kami tidak ada urusan dengan kalian.”Mia berkata dengan lantang, namun kedua orang bertopeng itu tidak berkata apa-apa, mereka saling menoleh satu sama lain, lalu salah seorang dari mereka menenglengkan kepalanya yang direspon anggukan oleh rekannya.Detik berikutnya kedua orang itu melangkah maju sehingga tak ada jarak diantara mereka. Mia refleks mundur sambil menarik Elena, namun kedua lelaki bertopeng itu bergerak lebih cepat, menarik tangan Mia dan Elena. Belum sempat Elena dan Mia bereaksi, kedua pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku mereka dan dengan gerakan cepat mendekap mulut dan hidung kedua wanita di depan mereka. Mia dan Elena berusaha mer
“Tuan Mendez…” Clara bergumam lirih, ia ingat saat peristiwa terakhir di kediaman Rodriguez dan baru mengetahui hubungan baik antara Raul Mendez dan Luis. “Tuan Mendez? Siapa dia?” tanya Lucy penasaran.“Dia adalah sahabat Luis sekaligus sahabat mendiang Diego. Dan tuan Raul Mendez juga sekarang adalah kekasih Elena, mantan istri Diego.”“Wow, tokoh yang penting dan tepat, yang bisa membantumu mendapatkan maaf dari mantan suamimu, agar dia menarik tuntutannya dan mengizinkanmu bertemu Hugo.” Lucy mengomentari dengan antusias, namun Clara hanya menghela napas sambil menggeleng. “Aku tidak yakin tuan Mendez mau membantu, dan jika dia maupun aku nggak yakin juga Luis mau memaafkan aku.”“Belum tentu juga, yang terpenting tunjukan kesungguhan dan rasa penyesalanmu, minta bantuan tuan Mendez untuk membujuk Luis, atau…”“Atau apa Lucy? Usulanmu sungguh sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, mereka sudah tahu perlakuanku yang hendak menipu mereka.”“Hmh, kamu tuh belum apa-apa sudah menyer