"Klien, baru?" tanya nyonya Victoria menimpali, Raul hanya mengangguk.“Kenapa malam-malam begini?”“Sebenarnya dari tadi sore, aku sudah minta Julio membatalkan pertemuan hari ini, tapi kata Julio ternyata mereka masih menunggu.” Raul menjelaskan sambil memeluk ibunya, “ya sudah mama sekarang tidur, ya. Aku juga mau istirahat.”Raul mencium pipi ibunya, lalu ibu dan anak itu pun masuk ke kamar masing-masing.Keesokan harinya, Raul beraktifitas seperti biasa. Sebelum ke kantor, ia singgah ke kediaman Rodriguez untuk melihat bayi kecilnya dan juga Elena tentunya. Bagi Raul keduanya sangat penting.“Buenos días Raul,” sapa Elena masuk ke ruang bayi, Raul sedang asik bercengkrama dengan Juan.“Buenos días, cariño.” Raul membalas dengan mesra, ia tersenyum manis yang membuat wajah tampannya semakin mempesona.“Ck, bisa gak sih nggak pake embel-embel sayang, lebay sekali.” Elena menggerutu sendiri, namun Raul terkekeh mendengarnya.“Sayang, mama puya-puya tuh…” goda Raul sambil berbicara d
Dua orang pria memapah Raul yang sudah tidak sadarkan diri ke sebuah kamar, Raul di letakan di atas tempat tidur, seorang wanita sudah menunggu dengan senyum mengembang, di sampingnya berdiri pria lainnya dengan kamera menggantung di lehernya.“Kalian boleh ke luar,” perintah wanita itu. Kedua lelaki yang tadi membawa Raul pun meninggalkan kamar itu.Wanita berpakaian seksi itu mendekati Raul, perlahan ia duduk di sisi tempat tidur, mengusap wajah tampan yang tidak berdaya itu, lalu menciumnya.“Raul, akhirnya kamu jatuh ke pelukanku lagi… Sayang kali ini kamu tidak ingat apa-apa.” Beatriz memeluk tubuh Raul, “Kamu gak tahu Raul, aku sangat merindukanmu.”Perempuan itu terus menciumi Raul, namun sang fotografer menyadarkannya. “Nona, bisa dimulai sekarang?”Beatriz menghela napas, ia mengangguk, lalu mulai melepas jas Raul, kemudian perlahan-lahan membuka kancing kemejanya. Beatriz tertegun, ia menelan ludah melihat dada atletis pria di hadapannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Ia me
“Raul, bangun Raul…” panggil Elena pelan, “jangan membuat aku takut….”Suara Elena begitu lirih, nyaris tak terdengar. Air matanya mengalir tak terbendung, ia menempelkan kepalanya di atas dahi Raul, dan tanpa di sadarinya, air mata itu membasahi wajah Raul.Perlahan, bulu mata lelaki itu bergetar. Ia mendengar jelas isakan lirih di telinganya, dan juga merasakan wajahnya basah. Elena masih belum menyadari jika Raul telah sadar, hingga terdengar suara lelaki itu memanggilnya.“Elena…” panggil Raul dengan suara yang lemah. Elena segera mengangkat wajahnya dan menatap Raul.“Kamu sudah bangun, Raul.” Elena berkata sambil tersenyum.Raul menatap wajah cantik yang basah dengan air mata itu, perlahan ia mengangkat tangannya lalu menghapus sisa-sisa air mata di wajah Elena.“Jangan menangis, sayang. Aku sudah bersumpah tidak akan pernah meninggalkan kamu dan Juan.”“Apa yang sebenarnya terjadi, Raul. Kata Julio kamu dibius.”Raul menghela napas, ia menatap langit-langit kamar, dan berusaha
“Tuan, saya menemukan sesuatu di sini,” ujar Julio sambil menunjukan sebuah camera kepada Raul.“Apa itu, Julio?” tanya Raul sambil memperhatikan sebuah kamera yang dipegang asistennya, “Kamera? Apa itu kamera si pelaku?”“Benar, tuan. Saya berhasil merebut kamera si fotografer, namun dia berhasil kabur karena fokus kami adalah menyelamatkan Anda.”Julio segera menyerahkan kamera itu pada Raul, “Sepertinya mereka biasa mengambil foto-foto tidak senonoh, mungkin untuk diperjual belikan,” imbuhnya.Raul segera memeriksa foto-foto yang tersimpan di kamera itu, yang sebagian besar adalah foto-foto vulgar. Sudah bisa ditebak, fotografer itu adalah spesialisasi pengambil gambar-gambar porno.“Fokus pada scene terakhir, mereka belum banyak mengambil gambar tuan, baru ada beberapa gambar, dan di sana Anda bisa melihat sosok yang tadi Anda tanyakan. Sayangnya… Saya sangat panik melihat kondisi tuan sehingga tidak sempat menggeledah tempat itu. Padahal, perempuan itu bersembunyi di sana.”Julio
Bab 144“Apa maksudmu, Beatriz?” desak Emma bingung, ia menatap Beatriz dengan tajam dan kesal, wanita di hadapannya ini sudah membuatnya rugi karena tidak becus menjalankan misi.“Tadi Anda sudah menampar saya nyonya, dan mengatakan kalau saya bodoh serta memaki-maki saya.” Beatriz merespon acuh sambil memainkan ponselnya.“Lalu?” Emma berusaha menekan suaranya, padahal ia merasa sangat kesal dengan Beatriz.“Tentu saja saya tidak akan memberikan foto-foto ini begitu saja, nyonya.” Beatriz menyeringai penuh arti. Sedangkan Emma menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tahu persis apa yang diinginkan Beatriz.Emma segera mengambil tasnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu dan melemparkannya pada Beatriz. “Itu kan yang kamu mau? Sudah, sekarang berikan foto-foto itu, dan kamu bebas berbelanja sepuasmu.”Wajah Beatriz berbinar-binar mendengar kata belanja, dia memang sudah lama tidak bersenang-senang. Namun ia harus pergi jauh dari kota itu agar tidak ditangkap orang-oran
“Oh, Apa, ini?” Elena terbelalak, spontan dia menutup mulutnya, ia membuka satu per satu foto-foto yang dikirimkan oleh nomor yang tidak dikenalnya. Elena menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya seketika bergetar. “Tidak… Tidak mungkin….” Elena berusaha menepis semua itu, namun foto-foto itu sangat jelas. Seketika air mata menyergap kedua netranya, ia merasakan sakit tak tertahankan. Baru saja dia akan membuka diri, namun dihantam kenyataan menyakitkan seperti ini.Elena tidak bisa lagi untuk berpikir jernih, keyakinannya benar-benar goyah. Seketika tubuhnya lemas, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu menyadarkan Elena, ia segera menghapus air matanya dan mempersilahkan Mia untuk masuk.“Apa Juan sudah bangun, Mia?” tanya Elena berusaha untuk bersikap wajar, namun Mia yang sudah menganggap Elena seperti putrinya sendiri bisa melihat sesuatu yang lain pada suara Elena terlebih wajah wanita itu.“Sudah Elena, sedang main dengan tuan Mendez,” Mia me
Sepasang mata diam-diam merekam gerak gerik Raul. Orang itu segera melangkah masuk ke dalam sebuah mobil yang di parkir agak jauh dari kediaman Rodriguez.“Halo nyonya, saya melihat tuan Mendez ke luar dari kediaman Rodriguez, wajahnya terlihat sangat muram, langkahnya juga kelihatan gontai.”“Bagus, obatku sudah mulai bekerja. Kamu awasi terus kediaman Rodriguez, awasi semua gerak-gerik tuan Mendez dan nyonya Rodriguez, lalu laporkan padaku.”“Siap nyonya.”Sementara itu, Elena duduk termangu sambil memeluk putranya, bayi itu mulai merengek, namun Elena tidak menyadarinya, pikirannya seolah tidak berada pada raganya. Mia yang baru masuk menggelengkan kepalanya, tidak salah lagi, Elena pasti menyimpan masalah yang sangat mengganggu pikirannya, sehingga tangisan putranya pun tidak disadarinya.Mia segera meletakan nampan makanan dan minuman yang dibawanya di atas meja, ia segera duduk di samping Elena. “Elena…” panggil Mia sambil menepuk bahu Elena pelan. Tepukan pelan itu pun menyada
“Tuan Mendez…” Clara bergumam lirih, ia ingat saat peristiwa terakhir di kediaman Rodriguez dan baru mengetahui hubungan baik antara Raul Mendez dan Luis. “Tuan Mendez? Siapa dia?” tanya Lucy penasaran.“Dia adalah sahabat Luis sekaligus sahabat mendiang Diego. Dan tuan Raul Mendez juga sekarang adalah kekasih Elena, mantan istri Diego.”“Wow, tokoh yang penting dan tepat, yang bisa membantumu mendapatkan maaf dari mantan suamimu, agar dia menarik tuntutannya dan mengizinkanmu bertemu Hugo.” Lucy mengomentari dengan antusias, namun Clara hanya menghela napas sambil menggeleng. “Aku tidak yakin tuan Mendez mau membantu, dan jika dia maupun aku nggak yakin juga Luis mau memaafkan aku.”“Belum tentu juga, yang terpenting tunjukan kesungguhan dan rasa penyesalanmu, minta bantuan tuan Mendez untuk membujuk Luis, atau…”“Atau apa Lucy? Usulanmu sungguh sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, mereka sudah tahu perlakuanku yang hendak menipu mereka.”“Hmh, kamu tuh belum apa-apa sudah menyer
“Apa? Ke kantor polisi? Tapi ada pak?”“Nanti akan kami jelaskan di kantor, kami menunggu kedatangan Anda segera, nyonya.”Raul terbangun mendengar suara percakapan Elena dengan polisi.“Ada apa, sayang?” tanya Raul pelan dengan suara yang serak.“Polisi meminta untuk datang, tapi tidak menjelaskan masalah apa,” jawab Elena dengan suara rendah.Raul mengangguk seraya mengelus tangan Elena lembut, “kita akan segera ke sana.”“Baiklah, pak. Kami akan segera ke sana,” ucap Elena kembali berbicara di telepon.“Siap nyonya, terima kasih atas kerjasamanya.”Setelah panggilan berakhir Elena menghela napas, ada kekhawatiran di wajahnya.“Kira-kira ada masalah apa ya, Raul?”“Entahlah, sayang. Nanti kita akan tahu setelah di kantor polisi. Kamu tenang saja, aku akan menemanimu. Sekarang kamu bersiap-siap dulu, aku akan menghubungi Mario dan tim pengacara agar mereka datang terlebih dahulu ke kantor polisi.”Raul berkata lembut sambil membelai rambut Elena, wanita itu mengangguk. Raul menghadia
“Tuan muda…” Raul dan Elena menghentikan langkah mereka, keduanya saling menatap lalu membalikan tubuh mereka.Seorang lelaki paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Raul dan Elena. Wajah lelaki itu ditumbuhi janggut dan jambang lebat, ia mengenakan mantel hitam dan penutup kepala rajut serta syal abu-abu membelit lehernya. Tatapan lelaki itu lurus pada Raul dengan tatapan penuh tanya.“Ah, paman. Senang bertemu denganmu kembali,” sambut Raul sambil tersenyum, ia menyalami pria itu dengan ramah.“Saya juga senang bisa melihat tuan muda lagi, dan…” Pria itu terdiam sejenak, ia melihat pada Elena, seulas senyum menghiasi wajahnya, “sepertinya, tuan telah menemukan apa yang Anda cari.”“Haha, itu benar paman,” sahut Raul bahagia dan bangga, “Oya, ini Elena, cintaku yang selama ini aku cari.” Raul mengenalkan Elena pada lelaki itu, “Sayang, ini paman penjaga makam, beliau tinggal di sekitar sini. Dulu disaat masa-masa suram dan kehancuran hatiku, paman ini yang menemaniku dan mem
“Mia, ada apa?” tanya Elena bingung melihat perubahan ekspresi Mia yang seperti ketakutan. Begitu pun Raul dan Mario serta Chavela dan Miguel, mereka semua yang ada di tempat itu kebingungan.“Mia, apa yang membuatmu terlihat cemas dan ketakutan begini? Kamu sekarang sudah aman bersama kami,” ujar Raul yang ditimpali dengan anggukan yang lain.“Tuan, nyonya… Bagaimana dengan Emma? Sa-saya khawatir dia akan kembali melakukan hal-hal yang buruk.” Mia mengungkapkan kekhawatirannya dengan suara terbata-bata. Masih segar dalam ingatannya bagaimana Emma melakukan berbagai manipulasi. Sewaktu Diego masih hidup saja Emma sangat berani, apalagi sekarang. Dan semua itu sudah terbukti, bahkan ia sendiri sudah menjadi korban kekejaman Emma.“Kamu tenang saja, Mia. Dalam insiden terakhir, orang-orang kita berhasil melumpuhkan orang-orangnya Emma. Tidak lama kemudian polisi pun datang membekuk mereka.”Kali ini Mario angkat bicara, karena dia ada dikejadian terakhir dalam baku hantam dengan orang-o
Keesokan harinya Elena membuka mata dan mendapati dirinya masih dalam pelukan hangat Raul. Lelaki itu memeluknya erat seolah takut kehilangan lagi. Elena tersenyum, ditatapnya pria tampan di sampingnya yang tertidur nyenyak itu. Perlahan Elena mengangkat tangan Raul, namun tangan kekar itu tidak bergerak, malah memeluknya semakin erat.Elena hanya menghela napas panjang. “Raul…” Lelaki itu hanya menggeliat sebentar, namun tidak melepaskan tangannya dari pinggang Elena.“Raul… Sudah pagi, aku lapar…” gumam Elena pelan.“Selamat pagi, sayang,” sahut Raul sambil tersenyum, ia membuka matanya, lalu mencium kening Elena lembut. “Ya sudah kamu mandi dulu, aku akan siapkan sarapan kita.”“Apa? Kamu mau menyiapkan sarapan?” tanya Elena heran.“Loh memangnya kenapa?”“Sudahlah Raul, tunjukan saja dapurnya di mana biar aku siapkan sarapannya.”“Tidak-tidak, sayang. Kamu adalah ratuku, maka kewajibanku untuk melayanimu. Kamu bersih-bersih diri dulu, di lemari itu ada pakaianmu, aku pikir masih f
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud