Kesunyian semakin mencekaml, lalu Jace melangkah maju, wajahnya menebar ketidaksabaran. “Tunjukkan bukti, atau kau akan merasakan akibatnya,” bisiknya penuh ancaman.Zyran mengangkat dagu, menatap lurus. “Tak ada jejak, karena semua ini sudah direncanakan dengan cermat. Membantahku sama saja menuduhmu sendiri bersalah.”Gelak tawa Jace pecah bagai petir, “Kau menuduhku memiliki dendam pada murid kecil? Ini dosa berat!” Dia mengangkat tangan, niat membunuh memancar dari telapak tangannya.Di tengah detik-detik menegangkan, langit seolah ikut berguncang. Jace menepuk udara, ledakan energi spiritual memekik, mengguncang tanah hingga retak. Murid-murid menjauh kilat, wajah mereka kelam penuh ketakutan.Leslie menahan napas, menyesali langkahnya yang setengah hati. Zyran, sekali lagi, hanya berdiri tegak, menghadapi badai kekuatan yang siap menghancurkannya. Dia tahu, kekuatan tubuhnya masih di tingkat ke delapan. Namun di matanya menyala tekad tak tergoyahkan, dia akan bertahan, atau mati
Di keheningan sesaat itu, Leslie melihat sesuatu, bayangan naga di sekitar Zyran membuka mulutnya, melahap serpihan energi kekuatan Linggang. "Dia tidak bertahan? Tapi, dia menyerap …."Tapi tak sempat dia berteriak, bumi berguncang. Pintu masuk Lembah Pedang Naga retak, mengeluarkan erangan panjang seperti suara naga yang terbangun. Jace tersentak. Di balik debu, Zyran masih berdiri—tubuhnya berlumuran darah, tapi matanya bersinar seperti bintang jatuh. "Kau kira ini pertarungan kita?" bisik Zyran, suaranya tiba-tiba berubah jadi rangkap, seolah disuarakan oleh puluhan orang. "Ini adalah pertunjukan untuk mereka."Tangannya menunjuk ke langit, di mana lingkaran sihir terlarang mulai berputar liar, memuntahkan ribuan pedang hantu. Wajah Jace berkerut. Untuk pertama kalinya, Leslie melihat ketakutan di mata sang Wakil Ketua Aula Mytic.Di puncak keputusasaan, teriakan Zyran mengoyak langit. "Jiwa Pedang Salju Wistoria, bangkit!” Gemuruh menggelora dari inti Lembah Pedang Naga, meme
Tangannya menari di udara, menenun cahaya menjadi sangkar energi yang menjebak Jiwa Pedang Salju. Tapi Zyran tersenyum—senyum penuh duri—sambil mengeluarkan keris kecil dari lengan bajunya. “Bukan api, Tuan! Tapi badai Salju!” Keris itu ditancapkan ke tanah. Seketika, suhu turun drastis. Napas semua yang hadir membeku di udara, membentuk kristal-kristal padat. Dari dalam sangkar energi, Jiwa Pedang Salju tiba-tiba mendesis, lalu meledak menjadi ribuan serpihan es yang masing-masing berbentuk pedang mini. Lelaki tua itu tertawa—suara yang membuat tulang belakang Leslie merinding. “Kau gunakan sihir kuno tingkat langit?” serunya, tapi di balik kemarahan itu, ada kekaguman. “Tapi kau lupa sesuatu,” Tangannya mengepal, dan semua serpihan es berhenti di udara. “Aku yang menulis kitab itu!” Dengan gerakan menyapu, serpihan-es berbalik arah, menghujani Zyran. Tapi tepat sebelum tertusuk, bayangan naga dari aurora langit menyambar turun, menyelimuti Zyran dalam cahaya keemasan.Saat cah
Zyran menggigit bibirnya, menjawab dengan datar. "Omong kosong! Aku butuh waktu dan tenaga hanya untuk mencampur dan menyempurnakannya. Baru beberapa hari, sudah ada yang memanfaatkan kesempatan ini? Sialan!” Meskipun canggung, Zyran mencoba tersenyum. "Para murid baru tidak menyangka hal ini akan terjadi,” ucapnya, nada suaranya mengandung kegetiran dan kelegaan yang terpaksa.Lelaki tua itu mendesis dengan kemarahan. "Anak muda! Jika kamu terus seperti itu, kamu akan merugikan dirimu sendiri! Basis kultivasi senior itu mengagumkan, namun generasi muda seharusnya tidak sembarangan. Ingatlah, siapa gurumu?”Zyran menelan ludah, merasa tersudut. “Kyle, aula Langka!” jawabnya cepat, namun terdengar penuh keberatan.Lelaki tua itu mengerutkan kening. "Kyle? Sepertinya dia seorang gadis,” ujarnya sambil menggelengkan kepala.Kemudian, dengan nada yang semakin menegaskan, lelaki tua itu berkata. "Kau, ingatlah, jadilah dirimu sendiri! Apa yang terjadi pada hari ini akan selalu tercatat. Ji
Zyran tahu bahwa Jace tidak akan membiarkannya begitu saja, di balik setiap langkah, bahaya selalu mengintai. Tak lama kemudian, Leslie mendekat dengan senyum santainya yang penuh kehangatan. "Selamat, Zyran!”“Leslie?” gumam Zyran dengan senyum pahit, terkejut oleh pertanyaan itu.“Apakah kamu tahu siapa senior itu?” tanya Leslie dengan nada mengejek lembut.“Siapa dia?” Zyran tak pernah memiliki kesempatan bertanya, hingga akhirnya dia menepuk dahinya dengan keras, mencoba menghapus kebingungan.Leslie tersenyum. "Aku jadi penasaran, pernahkah kamu mendengar tentang 'Pedang Gila'?“Pedang Gila?” Zyran mengernyit, memikirkan sejenak.Suasana pun berubah, beberapa murid aula Mytic di sekitarnya terlihat gemetar, kulit mereka seakan berubah warna karena kekaguman yang mendadak.“Apakah itu Sang Dewa yang legendaris?” bisik salah seorang, penuh takjub.“Hei! Konon dahulu, nama Javier Salomon begitu berkuasa dan terkenal. Mungkinkah itu dia?” ujar murid lain, membuat semua orang terpana.
“Sungguh cahaya pedang yang luar biasa,” ujar Kyle penuh takjub. ‘Harta berharga yang aneh ini ….’ dia menarik napas dalam-dalam. “Sebagai guru, aku belum pernah menyaksikan sesuatu seaneh ini!”Nilai harta karun yang tersembunyi itu tampak mampu mengubah segalanya, meskipun pengujian di Lembah Pedang Naga sendiri mungkin tampak tidak seberapa. Setelah beberapa saat pengamatan, Kyle mengernyit, seolah ingin berkata namun terdiam, malu untuk mengungkapkan segala kekhawatirannya.Zyran menatap Kyle dengan senyum samar, seakan menyimpan rahasia yang tak terucapkan. "Guru, aku punya sesuatu untuk dikatakan!" ujarnya, suaranya tenang namun menyimpan kepercayaan diri yang tak terbantahkan.Ekspresi Kyle sempat kaku, senyum malu terpancar singkat di wajahnya."Pencapaian pedang sang master telah lama berada tidak terlihat, dan aku belum menemukan celah untuk terobosan. Cahaya pedang yang terpancar dari jiwa pedang Wistoria sungguh memukau, jika saja aku dapat merasakannya lebih dekat dalam w
Sementara itu, di aula besar area Mytic, ketegangan melanda. Pemimpin aula Mytic—Kotaro—dan para tetua berkumpul dengan wajah serius, menyimak laporan tentang pengujian di Lembah Pedang Naga. Sebanyak 14 jenius telah berpartisipasi, namun pertunjukan itu berubah suram. Pembunuhan Lavin dan Satori telah meninggalkan noda memalukan—dan kembalinya Zyran sebagai sosok ‘pembunuh’ menjadi aib besar bagi seluruh aula."Pembunuhan tanpa izin adalah pelanggaran berat. Zyran harus dihukum setimpal!" teriak beberapa tetua dengan kemarahan yang terpancar jelas.Kotaro, dengan tatapan dingin dan dalam, mencoba menenangkan situasi. "Jangan impulsif. Jika Zyran begitu mudah dibunuh, Jace sudah mengambil langkah itu sebelum kita."Pertanyaan tentang kekuatan dan identitas selalu menggantung di udara, dan satu pernyataan Kotaro mengenai Javier membuat semua wajah menjadi kaku.Salah seorang tetua bertanya dengan cemberut. "Jangan lupakan itu, siapa lagi yang berani menyentuh reputasinya—Javier?"Suasa
"Aku dengar, Zyran itu seperti kura-kura dengan kepala yang mengecil. Konon, setelah dia kembali, tak pernah ada yang melihatnya lagi!" ejek salah satu murid dengan sinis."Kalau kau mau mengajarinya, tunggulah! Aku tak sabar melihatnya!" sahut yang lain, menyuarakan kemarahan mereka.Di balik semua itu, tak seorang pun tahu bahwa saat ini Zyran dan Kyle sedang berada di sebuah ruangan rahasia, berlatih dengan fokus. Jika kabar ini sampai ke telinga para murid, mereka pasti akan semakin marah, bahkan sampai muntah darah karena amarah.Kyle, meskipun merupakan guru di aula Langka dan sangat populer di antara murid-murid, kini harus bersikap hati-hati. Jika ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dan Zyran, konsekuensinya akan membuat ribuan murid putus asa dan penuh kemarahan.Tak heran jika para murid aula Mytic, terutama keempat jenius, merasa urgensi yang luar biasa setelah menyaksikan kekuatan dahsyat Zyran. Bayangan sang master pedang itu membuat mereka semakin bergulat dengan den
Sementara itu.Di tengah alun-alun, kekuatan aura dan tekanan spiritual membelah udara. Puluhan tetua dan para pemimpin dari kedua aula berdiri saling berhadapan. Namun, hanya sedikit yang cukup kuat untuk ikut bermain di papan ini.Nachiro akhirnya turun tangan, melepaskan beberapa pukulan telapak tangan, menghentikan bentrokan paksa.“Aula Langka bukan tempat kalian bertingkah!” suaranya menggema dingin.Aura mereka mendominasi. Aula Mytic mundur perlahan, tertekan. Mereka datang dengan penuh percaya diri dan pulang dengan wajah tertampar.Kotaro meraung. “Kau melindungi pembunuh! Hal ini tidak akan selesai sampai di sini!”Kyle tertawa sinis. “Kau kira aku takut? Zyran tidak salah! Bahkan jika keamanan Sekte datang, aku akan berdiri di pihaknya!”Zyran melangkah maju, tatapannya tajam. “Jika keamanan sungguh adil, maka Jace yang harus bersiap celaka!”Tawa membahana dari aula Langka. Aula Mytic menggertakkan gigi, rasa malu, marah. dan tertekan menjadi satu.Ketika negosiasi tak la
Dalam sepersekian detik, guru aula Mytic melihat celah. Dia menyerang Yuri!Yuri terlambat bereaksi, matanya melebar. “Sial!”Zyran, yang sebelumnya berseteru dengan Yuri, melihat itu semua dadanya terasa hangat. Yuri telah melindunginya, meski hubungan mereka buruk.Tanpa pikir panjang, kekuatan spiritualnya meledak. Cahaya ungu membara, dan energi pedang Wistoria di dalam tubuhnya mulai bangkit. "Kau pikir guru Mytic itu segalanya?!" Zyran meraung, menarik Yuri sambil menyerbu dengan kekuatan mendominasi.Yuri melongo, dia ingin menghentikannya, tapi aura Zyran yang tak kenal takut, tak bisa dihentikan—membuatnya terdiam. Semua tetua dan murid dari aula Langka dikerahkan untuk melindungi Zyran. Namun, justru Zyran yang melangkah maju, menantang bahaya demi menuntaskan kebenaran. Usaha semua orang seolah sia-sia. Inilah akhirnya atau mungkin awal dari sesuatu yang lebih besar.Di kejauhan, senyum tipis mengambang di wajah Guru aula Mytic. Matanya memantulkan bayangan Zyran yang akan
“Zyran, benar sekali!” seru Nachiro, matanya berbinar puas.Kyle mengangguk perlahan, napasnya terlepas lega.Zyran bukan hanya memiliki alasan, dia membawa bukti. Dan dengan itu, bahkan jika posisi aula Langka dianggap lemah, tidak ada lagi celah bagi mereka untuk diinjak."Zyran, luar biasa! Kita bisa bersikap rendah hati, tapi bukan berarti membiarkan mereka menyiramkan lumpur seenaknya!"“Siapa pun yang menyentuhmu, harus melewati kami dulu!”"Orang yang tidak mengusikku, tidak akan kuusik. Tapi kalau mereka berani menindasku, aku akan melawan! Para murid aula Mytic pantas mendapat balasannya, dan yang benar-benar pantas kehilangan nyawa …. kau, Jace!"Suara Zyran menggema—keras, membakar, tak terbantahkan. Alun-alun menjadi sunyi, hanya riuh napas terengah-engah para penonton yang tersisa.“Kalau aku mati hari ini, aku tidak akan menyesal!” Jace meraung, aura pembunuhnya menggelegar, menggulung ke segala arah."Tak perlu banyak bicara, tangkap dia untukku!" seru Kotaro garang.Em
Langkah Nachiro menggema seperti guntur di aula suci, tiap hentakan membelah ketegangan yang sudah menggantung pekat di udara.“Sampai bukti nyata dihadirkan,” suaranya berat, sekeras bilah pedang yang menghantam batu. "Zyran tetap berada di bawah perlindungan Aula Langka!”Aura spiritual meledak di udara. Kotaro dari Aula Mytic menatap tajam, pupilnya berpendar merah.“Kalau begitu, kau memilih jalan perang, Nachiro?” dengus Jace dengan nada tinggi.Sebelum jawaban sempat terlontar, Kyle, wakil ketua Aula Langka, melangkah maju. Cahaya api menyala samar di balik jubahnya, dan ketika dia bicara, suaranya tajam seperti ujung tombak. “Kami takkan mundur. Bawa perang itu, jika itu yang kau cari!”Aura para tetua meledak saling bertabrakan, menciptakan badai energi tak kasatmata. Udara menggigil. Murid-murid di sekeliling menahan napas. Sebagian gemetar, sebagian lain menatap dengan mata membara, menunggu letusan yang tak terelakkan.Tak! Tak! Tak!Langkah kaki tenang mengiris atmosfer me
“Kau tak harus membunuh kami!” pekik Kurtopi, suaranya parau.Zyran hanya menghela napas. “Aku ingin kalian tahu, bahwa harga dari satu pilihan salah, bisa jadi hidupmu.”Dan dalam satu kilatan cahaya keunguan bercampur biru, dunia menjadi senyap kembali.Darah menguap di udara. Pedang panjang itu kini tertancap di tanah, dan Zyran membelakanginya, berjalan perlahan menuju rekan-rekannya.Duncan, Asra, dan Baruka menyambutnya dengan pandangan penuh rasa bercampur. takjub, gentar, dan kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan.Asra menghela napas. “Zyran .... kenapa tidak biarkan mereka hidup dan bawa kebenaran itu untuk menyeret Jace keluar?”Zyran menoleh, dan senyumnya tipis seperti embusan angin dingin.“Karena mereka bukan pembawa kebenaran. Mereka adalah duri. Dan jika dibiarkan, duri akan menancap lagi. Aku tak akan biarkan itu terjadi.”Asra terdiam. Suara angin terdengar lebih kencang sekarang.“Lalu …. keluarga Mordin, keluarga Elijan, aula Mytic, mereka semua akan memburu kit
Namun Zyran tak gentar. Dia hanya melangkah maju, satu langkah dua langkah, setiaplangkah kakinya seakan membawa kematian. Ujung pedangnya terarah mantap ke dada Kurtopi.“Kau tak cukup berharga untuk mati bersamaku,” suaranya dingin menusuk tulang dan seketika, cahaya ungu meledak dari bilah pedang, menusuk lurus ke jantung Kurtopi."ARGH!" Jeritan Kurtopi melengking, lalu tubuhnya jatuh, membeku dalam posisi terkapar. Aura hidupnya menghilang begitu cepat seakan terhisap ke dalam kekosongan, namun dia masih menghembuskan nafasnya dengan lemas.Di kejauhan, Asra dan Duncan berdiri terpaku. Baruka bahkan mencengkeram gagang senjatanya, tangan bergetar."Siapa sebenarnya Zyran?" gumam Asra lirih."Bukan manusia biasa, dia …. monster. Atau mungkin lebih dari itu," sahut Baruka, nadanya nyaris penuh kagum dan ketakutan.Tawa mereka bukan karena kemenangan, melainkan karena kesadaran yang menghantam keras, betapa bodohnya mereka meragukan Zyran.“Monster! Zyran benar-benar monster,” gumam
Suara menggelegar membelah langit kelam—niat pedang Zyran melesat tajam, menghancurkan pusaran angin hitam Carolus seolah hanya kabut tipis. Riak energi yang tersisa mencambuk tanah, membuat bebatuan melayang dan udara bergetar.“T-Tidak mungkin!” Carolus melotot, urat di pelipisnya menegang. "Satu telapak tangan... menghancurkan—"Tubuhnya terpental ke belakang, napasnya terhenti sejenak. Di belakangnya, Kurtopi menegang. Sosoknya yang biasanya dingin kini tampak goyah. Dalam benaknya, keraguan mulai merayap. “Anak ini .… dia bukan sekadar murid biasa.”Namun rasa takutnya ditutupi kesombongan. Mereka masih berdua. Mereka masih bisa menang, bukan?Di sudut lapangan, Duncan dan Asra duduk bersila, tubuh mereka dibalut cahaya halus saat berjuang membebaskan kultivasi mereka dari segel. Baruka berdiri di depan mereka, waspada.Kurtopi mendengus. “Lucu sekali, mereka pikir bisa kembali bertarung? Bahkan jika mereka pulih, mereka takkan menyentuhku sedikit pun.”Zyran menatap Kurtopi dan
Seketika itu juga, tatapan tajam Zyran memfokuskan seluruh kekuatannya pada Manji, yang terkejut mendengar suara itu. Di sekelilingnya, Kurtopi dan Carolus yang sebelumnya bersiap untuk melawan, kini terdiam dalam kekaguman dan ketakutan yang mendalam. Zyran, dengan keberanian dan tekad yang membara, melangkah maju, siap menghadapi ketiga orang itu demi menyelamatkan Duncan dan Asra, serta membalaskan dendam atas jebakan keji yang telah dirancang oleh Aula Mytic."Biarkan mereka merasakan kekuatan sejati!" teriak Zyran, menebarkan aura yang menakutkan, siap menantang siapa pun yang berani menghalangi jalannya.Asra, terikat pada batang pohon tua, menatap ke arah kilatan keemasan yang mendekat. Suaranya pecah saat ia menangis. "Zyran .… selamatkan aku!”Sekali pandang, Zyran berdiri di tepi hutan lebat, wajahnya ditutupi bayang-bayang. Meskipun tahu bahaya mengintai, dia tak ragu melangkah maju. Setiap langkahnya membelah kabut malam, aura pembunuh membumbung seolah tanah pun berguncan
Di tengah malam yang mencekam, tanaman tingkat tinggi itu berkilau dalam kegelapan, menjanjikan terobosan besar bagi basis kultivasi dan sumber daya langka yang selalu menggoda para murid. Namun, sesungguhnya, tanaman herbal ini hanyalah umpan yang disusun dengan cermat oleh pihak yang licik. Duncan dan Asra hanyalah pion dalam permainan ini, sementara sasaran sebenarnya adalah Zyran. Tak ada pilihan lain baginya selain menyelamatkan kedua sahabat itu, meskipun harus melawan arus nasib.Lokasi jebakan ini terletak di pegunungan Lunaira, lebih tepatnya sebuah lembah yang dipilih dengan perhitungan matang. Hanya seratus mil jauhnya dari Sekte Pedang Ilahi, pegunungan Lunaira tetap terpencil, dengan alam yang hampir tak tersentuh. Di sisi kiri lembah, hutan lebat menyembunyikan rahasia gelap, sementara di seberangnya, gunung hijau terbentang luas. Sungai pegunungan Lunaira yang jernih mengalir bak pita hijau yang memisahkan dunia, menambah kesan magis dan misterius pada tempat itu.Di ba