Dalam sepersekian detik, guru aula Mytic melihat celah. Dia menyerang Yuri!Yuri terlambat bereaksi, matanya melebar. “Sial!”Zyran, yang sebelumnya berseteru dengan Yuri, melihat itu semua dadanya terasa hangat. Yuri telah melindunginya, meski hubungan mereka buruk.Tanpa pikir panjang, kekuatan spiritualnya meledak. Cahaya ungu membara, dan energi pedang Wistoria di dalam tubuhnya mulai bangkit. "Kau pikir guru Mytic itu segalanya?!" Zyran meraung, menarik Yuri sambil menyerbu dengan kekuatan mendominasi.Yuri melongo, dia ingin menghentikannya, tapi aura Zyran yang tak kenal takut, tak bisa dihentikan—membuatnya terdiam. Semua tetua dan murid dari aula Langka dikerahkan untuk melindungi Zyran. Namun, justru Zyran yang melangkah maju, menantang bahaya demi menuntaskan kebenaran. Usaha semua orang seolah sia-sia. Inilah akhirnya atau mungkin awal dari sesuatu yang lebih besar.Di kejauhan, senyum tipis mengambang di wajah Guru aula Mytic. Matanya memantulkan bayangan Zyran yang akan
Sementara itu.Di tengah alun-alun, kekuatan aura dan tekanan spiritual membelah udara. Puluhan tetua dan para pemimpin dari kedua aula berdiri saling berhadapan. Namun, hanya sedikit yang cukup kuat untuk ikut bermain di papan ini.Nachiro akhirnya turun tangan, melepaskan beberapa pukulan telapak tangan, menghentikan bentrokan paksa.“Aula Langka bukan tempat kalian bertingkah!” suaranya menggema dingin.Aura mereka mendominasi. Aula Mytic mundur perlahan, tertekan. Mereka datang dengan penuh percaya diri dan pulang dengan wajah tertampar.Kotaro meraung. “Kau melindungi pembunuh! Hal ini tidak akan selesai sampai di sini!”Kyle tertawa sinis. “Kau kira aku takut? Zyran tidak salah! Bahkan jika keamanan Sekte datang, aku akan berdiri di pihaknya!”Zyran melangkah maju, tatapannya tajam. “Jika keamanan sungguh adil, maka Jace yang harus bersiap celaka!”Tawa membahana dari aula Langka. Aula Mytic menggertakkan gigi, rasa malu, marah. dan tertekan menjadi satu.Ketika negosiasi tak la
"Berhenti!"Suara Nachiro meledak seperti guntur dan dia maju, tubuhnya menyala dengan cahaya spiritual yang membungkusnya seperti baju zirah ilahi. Di belakangnya, para tetua dan guru aula Langka berdiri."Dengan kami di sini, siapa yang berani menyentuhnya?!"Lantai aula bergetar karena kekuatan spiritual yang melonjak. Atmosfer berubah. Seolah-olah dua kekuatan besar hendak saling bertabrakan, memicu perang internal yang mengerikan.Kotaro mencengkeram tongkatnya, matanya menyala penuh dendam. Namun, dia tahu jika tinggal lebih lama hanya akan mempermalukannya lebih jauh. "Baik! Biarkan anak itu hidup sedikit lebih lama. Kita lihat berapa lama dia bisa bertahan!" dia membalikkan badan, pergi tanpa menoleh.Namun, suara Zyran kembali terdengar. "Eh? Tuan Kotaro, tunggu!"Kotaro mempercepat langkahnya. Tidak, kali ini dia tidak akan jatuh dalam perangkap anak itu lagi.Zyran hanya tertawa pelan. Kyle dan Grace ikut tertawa, bahkan beberapa guru ikut tersenyum geli."Yuri," kata Kyle,
Di ruang kultivasi tertutup.Keringat menetes dari pelipisnya, tubuhnya bergetar di bawah tekanan energi spiritual yang semakin tak stabil. Lima puluh elixir telah habis, dan tubuhnya mulai menggigil, bukan karena dingin, tetapi karena ketergantungan yang mendesak."Aku tak punya waktu lagi," gumamnya, sebelum berdiri dan mengenakan jubah gelapnya, dia keluar dengan langkah tegas. "Jika aku harus menghadapi badai, maka aku akan berjalan ke arahnya."***Auction Sekte, pusat perdagangan rahasia Sekte Pedang Ilahi.Kota kecil dalam perguruan tinggi itu ramai, seperti sarang lebah yang terus bergerak. Cahaya lentera oranye keemasan menggantung dari bangunan-bangunan tua, menari ditiup angin.Zyran menapaki jalan batu, memasuki lorong berliku menuju sebuah toko legendaris yang menyimpan rahasia artefak dari zaman kuno. Namun saat dia masuk, dia merasakan hawa aneh, aura kuat memenuhi ruangan. Beberapa murid halaman utama berkumpul, menatap sebuah kotak kayu dengan penuh hasrat.Evander me
Penjaga toko mulai ragu, melihat keteguhan Zyran. Namun, suasana semakin panas, dan ketegangan terasa semakin jelas di udara. Zyran tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut, meskipun para murid di sekitarnya terus meremehkannya.Zyran mengerling sejenak kepada mereka yang mengolok-oloknya, lalu berkata dengan nada datar. "Serigala berekor besar bersembunyi di balik kata-kata kalian, hanya berani menggonggong di belakang. Tapi pada akhirnya, kalian hanya bisa duduk dan melihat."Beberapa murid itu terdiam, wajah mereka berubah merah karena malu. Tapi mereka tidak bisa membantah, bahkan jika mereka ingin. Zyran hanya tersenyum tipis, mengabaikan mereka yang masih berusaha merendahkan dirinya.Evander mengejek lagi. "Kau ingin membeli elixir jiwa? Aku rasa itu lebih baik menjadi impian saja. Tidak mungkin kau mampu!"Namun, Zyran hanya menatapnya dengan penuh ketenangan, memandang orang yang begitu angkuh dengan pandangan kosong.Penjaga toko tidak bisa menyembunyikan sikap dinginnya ter
Tawa Evander yang terdengar keras membuat suasana semakin tegang. "Bagaimana mungkin kamu memiliki material monster level dua? Bahkan murid aula Langka seperti kamu—" dia terhenti, terkejut.Zyran tidak memberi perhatian pada Evander, dia hanya mengeluarkan tiket perak dari saku kirinya dan, dengan gerakan santai, menuangkan sejumlah bahan monster dari kantong penyimpanan yang dia pegang. Tumpukan bahan monster, darah monster, kulit, tulang, urat, segala jenis material muncul di atas meja. Semuanya tertata rapi, dan kualitasnya jelas tinggi.Mata para pengamat langsung melebar. "Ini .... ini bukan palsu, kan?" suara-suara tercengang terdengar di belakang. "Bagaimana dia bisa memiliki bahan monster itu?"Penjaga toko menelan ludah, matanya terbelalak. "B-bahan monster tingkat dua?" katanya, suaranya bergetar. "Semuanya?!" jawabnya dengan terbata-bata.Zyran menyentuh dagunya, tampak memikirkan sesuatu. "Haruskah saya menggunakan bahan monster atau perak, pemilik toko? Apa pendapat Anda
"Benarkah? Itu .... Pedang Kristal yang legendaris itu?" teriak salah seorang menyadarkan Zyran."Walau rusak, tetap bernilai tinggi!""Kenapa keberuntunganmu sebaik ini, hah?!"Para murid dari halaman utama mendesak maju, iri dan kagum.Transaksi sudah selesai, tak peduli sehebat apa pun barang itu, hak sudah berpindah tangan.Mereka hanya bisa menggigit jari.Zyran berdiri di tengah kerumunan, tenang dan tak terpengaruh. “Jadi itu hanya tiruan dari pedang Phoenix?” gumamnya pelan, tatapannya dalam dan senyumnya tipis.Kalau saja mereka tahu .… Bahwa pedang asli itu sudah menjadi bagian dari jiwa pedang Wistoria dan sudah menyatu dengan tubuhnya.Zyran tersenyum samar dan menggeleng pelan.Melihat ekspresinya, beberapa murid tampak terganggu. "Wah, kamu terlihat sangat sombong, ya?""Kau, murid aula Langka, tapi begitu sombong dan arogan!""Dasar anak desa!"Zyran hanya menghela napas malas. “Selalu saja ada idiot di mana-mana,” pikirnya.Dia sudah menghabiskan waktu berjam-jam di da
Di sudut berbeda Sekte Pedang Ilahi, lampu-lampu lentera berkelip di jalan setapak ikonik. Zyran melangkah berwibawa menembus kerumunan menuju toko barang antik, tempat peraduan para pemburu harta. Aroma dupa bercampur tanah basah menyambutnya. Di balik plakat kayu berukir naga, piala ketakjuban terpajang, botol giok merah setinggi paha anak dengan isi cairannya merah pekat.Seorang murid halaman utama menyorongkan botol itu, napasnya masih terengah-engah. “Bendahara,” teriaknya penuh bangga. "Ini darah serigala merah tingkat dua, aku bunuh kemarin malam!” Sekilas kilat pedang dan semburan api di pakaiannya masih membekas di kainnya yang sobek. “Harga pembuka, tiga puluh ribu koin spiritual emas.”Desiran terpukau menyebar, mata murid lain berkilau serakah. Namun tiba-tiba, aroma darah dalam botol itu berbaur dengan aura barang Zyran yang tertanam di jubahnya. Dia mencondongkan tubuh, menatap botol dengan senyum sekejap. "Darah serigala merah memang langka. Tapi tahukah kalian, jejak
"Berapa banyak?" Haya mendesak, wajahnya mengeras.Gein melirik Haya, lalu mendengus. "Harga pasar normal hanya lima puluh ribu koin spiritual emas. Kami kasih lima puluh lima ribu. Adil, bukan?"Kerumunan berbisik-bisik, suara tawa tertahan terdengar.Zyran menggelengkan kepalanya dengan tenang. "Tidak untuk dijual."Gein mengerutkan alis, nadanya mulai keras. "Enam puluh ribu!"Zyran menyipitkan mata, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Maaf, bahkan seratus ribu pun tidak akan cukup."Wajah Haya memucat. "Seratus ribu?! Kau gila!"Gein mendekat, matanya menyala oleh amarah. "Anak bodoh! Murid dari aula Langka sepertimu berani bicara soal seratus ribu?!"Haya mengangguk, mendesah penuh penghinaan. "Bocah desa aula Langka macam kau tak tahu diri."Zyran menatap mereka, matanya seperti jurang gelap yang tak terjamah cahaya. "Sudah selesai bicara? Kalau ya, minggir dari jalanku."Haya dan Gein menggeram, tetapi menyingkir. Namun sebelum pergi, Zyran menoleh, membisikkan sesuatu dengan san
Suasana di toko barang antik menjadi aneh.Murid-murid halaman utama yang biasanya arogan kini berdiri kaku, menatap Zyran seolah menatap sesuatu yang tidak seharusnya ada di dunia ini."Luar biasa! Dia hanya di tingkat ke delapan tahap pemurnian tubuh, tapi bisa menindas seorang di tahap surga!""Kalau dia mencapai tahap surga, siapa yang bisa menghadapinya nanti?"Suara kekaguman dan rasa iri berbaur di udara, seperti awan gelap sebelum badai.Zyran, dengan ekspresi tenang, menyapu kerumunan dengan tatapan mata dingin, lalu berbalik hendak pergi. Tapi sebelum sempat melangkah lebih jauh, dua sosok lain muncul di pintu.Haya dan Gein, mereka murid-murid halaman utama. Mereka berjalan santai, belum tahu apa yang terjadi. Namun langkah mereka melambat saat merasakan atmosfer berat di toko."Kenapa semua orang berdiri seperti patung?" "Seolah-olah baru saja melihat hantu?"Tatapan mereka segera bertemu dengan sosok Zyran.Haya menyipitkan matanya. "Dia terlihat familiar?"Gein langsung
Linus mendekat setengah langkah. “Cepat sebutkan namamu. Jangan paksa aku untuk mengingatmu lewat cara lain,” kata-katanya tajam seperti bilah dingin.“Bocah ini sudah gila!”“Hidupnya akan berakhir ditangan Linus!”“Kalau bukan Linus, aku sendiri yang akan turun tangan!”Semua orang mulai berbisik, dan tertawa sinis. Mereka membentuk lingkaran, semua orang menanti pertunjukan.Linus menyingsingkan lengan baju, aura spiritual menyembur dari tubuhnya. “Aku sudah lama di Sekte ini, belum pernah lihat murid baru searogan ini!”Zyran mengangkat dagunya sedikit, mencibir. “Lucu. Aku baru beberapa bulan di sini, tapi sudah bertemu banyak orang tolol yang merasa paling benar. Dan kamu bukan yang pertama.”Ucapan itu seperti cambuk api, wajah Linus membara. “Brengsek! Kau cari mati!” Dia mengayunkan tangan kanannya, kelima jari mengarah ke bahu kiri Zyran.Namun Zyran berputar ringan, menarik tubuh ke samping dengan teknik kilat. Telapak maut itu mengenai kehampaan.“Dia .… menghindar?” Serua
Suara Zyran membuat seisi ruangan terdiam.Beberapa wajah langsung berubah masam. Beberapa lainnya menahan tawa sinis. Tatapan jijik dan merendahkan jatuh bertubi-tubi ke arah pemuda berseragam murid aula Langka itu."Seorang sampah dari aula Langka berani ikut campur dalam pelelangan ini?""Seratus lima puluh ribu? Apakah dia gila?""Ah konyol sekali."Bisik-bisik penuh cemoohan terdengar dari berbagai sudut ruangan. Namun Zyran berdiri tegak, pandangannya datar, dan ia tersenyum tipis.Kayden mengerutkan kening. "Apa maksud saudara ini?""Tawaran," jawaban Zyran singkat, seperti sabetan pedang di malam sepi.Linus hampir meledak. "Kau .... anak kampung! Pernah dengar yang namanya harga lelang?!"Zyran hanya menggeleng pelan, dalam hatinya dia mencibir. "Manusia bodoh!" tapi dia tak bicara. Tak perlu membuang kata untuk orang yang tak akan paham.Pemilik toko mulai terlihat tak sabar. "Adik kecil, botol darah ini terlalu tinggi nilainya untuk level kultivasimu. Jangan buat masalah, i
Di sudut berbeda Sekte Pedang Ilahi, lampu-lampu lentera berkelip di jalan setapak ikonik. Zyran melangkah berwibawa menembus kerumunan menuju toko barang antik, tempat peraduan para pemburu harta. Aroma dupa bercampur tanah basah menyambutnya. Di balik plakat kayu berukir naga, piala ketakjuban terpajang, botol giok merah setinggi paha anak dengan isi cairannya merah pekat.Seorang murid halaman utama menyorongkan botol itu, napasnya masih terengah-engah. “Bendahara,” teriaknya penuh bangga. "Ini darah serigala merah tingkat dua, aku bunuh kemarin malam!” Sekilas kilat pedang dan semburan api di pakaiannya masih membekas di kainnya yang sobek. “Harga pembuka, tiga puluh ribu koin spiritual emas.”Desiran terpukau menyebar, mata murid lain berkilau serakah. Namun tiba-tiba, aroma darah dalam botol itu berbaur dengan aura barang Zyran yang tertanam di jubahnya. Dia mencondongkan tubuh, menatap botol dengan senyum sekejap. "Darah serigala merah memang langka. Tapi tahukah kalian, jejak
"Benarkah? Itu .... Pedang Kristal yang legendaris itu?" teriak salah seorang menyadarkan Zyran."Walau rusak, tetap bernilai tinggi!""Kenapa keberuntunganmu sebaik ini, hah?!"Para murid dari halaman utama mendesak maju, iri dan kagum.Transaksi sudah selesai, tak peduli sehebat apa pun barang itu, hak sudah berpindah tangan.Mereka hanya bisa menggigit jari.Zyran berdiri di tengah kerumunan, tenang dan tak terpengaruh. “Jadi itu hanya tiruan dari pedang Phoenix?” gumamnya pelan, tatapannya dalam dan senyumnya tipis.Kalau saja mereka tahu .… Bahwa pedang asli itu sudah menjadi bagian dari jiwa pedang Wistoria dan sudah menyatu dengan tubuhnya.Zyran tersenyum samar dan menggeleng pelan.Melihat ekspresinya, beberapa murid tampak terganggu. "Wah, kamu terlihat sangat sombong, ya?""Kau, murid aula Langka, tapi begitu sombong dan arogan!""Dasar anak desa!"Zyran hanya menghela napas malas. “Selalu saja ada idiot di mana-mana,” pikirnya.Dia sudah menghabiskan waktu berjam-jam di da
Tawa Evander yang terdengar keras membuat suasana semakin tegang. "Bagaimana mungkin kamu memiliki material monster level dua? Bahkan murid aula Langka seperti kamu—" dia terhenti, terkejut.Zyran tidak memberi perhatian pada Evander, dia hanya mengeluarkan tiket perak dari saku kirinya dan, dengan gerakan santai, menuangkan sejumlah bahan monster dari kantong penyimpanan yang dia pegang. Tumpukan bahan monster, darah monster, kulit, tulang, urat, segala jenis material muncul di atas meja. Semuanya tertata rapi, dan kualitasnya jelas tinggi.Mata para pengamat langsung melebar. "Ini .... ini bukan palsu, kan?" suara-suara tercengang terdengar di belakang. "Bagaimana dia bisa memiliki bahan monster itu?"Penjaga toko menelan ludah, matanya terbelalak. "B-bahan monster tingkat dua?" katanya, suaranya bergetar. "Semuanya?!" jawabnya dengan terbata-bata.Zyran menyentuh dagunya, tampak memikirkan sesuatu. "Haruskah saya menggunakan bahan monster atau perak, pemilik toko? Apa pendapat Anda
Penjaga toko mulai ragu, melihat keteguhan Zyran. Namun, suasana semakin panas, dan ketegangan terasa semakin jelas di udara. Zyran tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut, meskipun para murid di sekitarnya terus meremehkannya.Zyran mengerling sejenak kepada mereka yang mengolok-oloknya, lalu berkata dengan nada datar. "Serigala berekor besar bersembunyi di balik kata-kata kalian, hanya berani menggonggong di belakang. Tapi pada akhirnya, kalian hanya bisa duduk dan melihat."Beberapa murid itu terdiam, wajah mereka berubah merah karena malu. Tapi mereka tidak bisa membantah, bahkan jika mereka ingin. Zyran hanya tersenyum tipis, mengabaikan mereka yang masih berusaha merendahkan dirinya.Evander mengejek lagi. "Kau ingin membeli elixir jiwa? Aku rasa itu lebih baik menjadi impian saja. Tidak mungkin kau mampu!"Namun, Zyran hanya menatapnya dengan penuh ketenangan, memandang orang yang begitu angkuh dengan pandangan kosong.Penjaga toko tidak bisa menyembunyikan sikap dinginnya ter
Di ruang kultivasi tertutup.Keringat menetes dari pelipisnya, tubuhnya bergetar di bawah tekanan energi spiritual yang semakin tak stabil. Lima puluh elixir telah habis, dan tubuhnya mulai menggigil, bukan karena dingin, tetapi karena ketergantungan yang mendesak."Aku tak punya waktu lagi," gumamnya, sebelum berdiri dan mengenakan jubah gelapnya, dia keluar dengan langkah tegas. "Jika aku harus menghadapi badai, maka aku akan berjalan ke arahnya."***Auction Sekte, pusat perdagangan rahasia Sekte Pedang Ilahi.Kota kecil dalam perguruan tinggi itu ramai, seperti sarang lebah yang terus bergerak. Cahaya lentera oranye keemasan menggantung dari bangunan-bangunan tua, menari ditiup angin.Zyran menapaki jalan batu, memasuki lorong berliku menuju sebuah toko legendaris yang menyimpan rahasia artefak dari zaman kuno. Namun saat dia masuk, dia merasakan hawa aneh, aura kuat memenuhi ruangan. Beberapa murid halaman utama berkumpul, menatap sebuah kotak kayu dengan penuh hasrat.Evander me