Hari ini othor UP 3 bab. ditunggu(◠‿・)—☆
Charles Steele tersenyum misterius, matanya berkilat penuh arti. "Nah, Klein, ada hal lain yang ingin kusampaikan padamu."Klein mengangguk singkat, ekspresinya tetap datar meski ada kilatan rasa ingin tahu di matanya. "Apa itu, Tuan Steele?"Charles menyandarkan tubuhnya ke kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk lengan kursi dengan irama pelan. "Kau tahu, Klein, dunia bisnis di Riverdale ini penuh dengan intrik dan persaingan. Tidak semua orang senang dengan kembalinya pewaris Lionheart."Klein mendengarkan dengan seksama, wajahnya tak menunjukkan emosi apa pun. Namun, di dalam hatinya, ia merasakan kewaspadaan yang meningkat."Apa maksud Anda, Tuan Steele?" tanya Klein, suaranya tetap tenang.Charles menghela napas panjang. "Maksudku, kau harus berhati-hati, anak muda. Ada beberapa pihak yang mungkin akan mencoba menjatuhkanmu. Tapi," ia tersenyum lagi, "kau juga punya sekutu. Salah satunya adalah putraku, Xavier."Klein mengangkat alisnya sedikit. "Putra Anda?""Ya," Charles mengangguk. "
"Bagaimana menurutmu, Tuan Muda Lionheart? Apakah kau bersedia mengikuti permainanku?" Suara berat seorang pria tiba-tiba menggantikan isak tangis wanita yang sebelumnya terdengar di telepon.Klein merasakan darahnya berdesir. Suara itu, meski hanya pernah didengarnya beberapa kali, masih terngiang jelas dalam ingatannya."Mr. Brown ..." ujarnya dingin, berusaha menjaga nada suaranya tetap datar meski amarah mulai bergejolak dalam dadanya. "Apa yang kau lakukan pada Lina?"Tawa rendah Mr. Brown terdengar dari seberang telepon. "Wow, hebat sekali kau bisa menebak siapa dia hanya dari suaranya. Tidak heran kau bisa menghancurkan bisniku di Zephir dengan begitu mudah."Klein tetap diam, menunggu Mr. Brown melanjutkan kata-katanya. Ia tahu, setiap detik berharga untuk
Senja mulai turun saat rombongan Klein tiba di depan gedung apartemen terbengkalai. Bangunan lima lantai itu menjulang seperti monster batu yang siap menelan mereka bulat-bulat. Cat kusam yang mengelupas dan jendela-jendela pecah memberikan kesan angker yang mencekam. Angin dingin berhembus, membawa aroma bahaya yang pekat. Klein turun dari mobilnya yang terparkir di barisan paling belakang. Matanya yang tajam memindai area sekitar, merasakan ancaman yang mengintai dari setiap sudut gedung. Di belakangnya, ada seratus pengawal Lionheart, dan seratus pengawal dari perusahaan Sentinel Prime Service milik Charles. Kedua ratus pengawal itu berbaris rapi, waspada dan siap bertempur. Tidak hanya pengawal, Klein juga telah mempersiapkan tim medis dan beberapa ambulan, berjaga-jaga jika ada korban jiwa. Sonny, kepala pengawal Klein, menghampiri dengan wajah serius. "Tuan Muda, area sudah diamankan. Tapi ada yang aneh. Semua akses langsung ke lantai atas telah diblokir. Hanya ada sat
"Bagaimana Tuan Muda?" Sonny melihat ke arah Klein. "Apa kita tetap maju bersama-sama?""Kita akan masuk bersama," ujar Klein tegas. "Mr. Brown ingin memecah belah kita, tapi kita lebih kuat saat bersatu."Mereka melangkah masuk ke labirin. Di tiap belokan, jebakan mematikan menanti. Lantai yang tiba-tiba menghilang, dinding yang bergerak menghimpit, gas beracun yang menyembur tiba-tiba. Satu per satu anggota tim mereka gugur dalam jeritan memilukan.Klein yang awalnya berdiri di tengah formasi, kini lambat laun berdiri mendekati tim paling depan. Ia terus berjalan penuh waspada, matanya tajam mengawasi setiap detail. Ia tahu nyawa timnya ada di tangannya. Setiap kematian terasa seperti belati yang menusuk jantungnya, namun ia tetap mempertahankan wajah dinginnya.Setelah perjuangan berdarah, mereka akhirnya mencapai akhir labirin. Di sana, sebuah pintu besi menghadang dengan tulisan:"Selamat, Tuan Muda. Kau telah mem
Lantai empat menyambut Klein dengan pemandangan yang lebih mengerikan. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai alat penyiksaan. Di ujung ruangan, seorang pria terikat di sebuah kursi."Ah, Tuan Muda," sapa pria itu dengan suara gemetar. "Akhirnya kau datang."Klein mengenali pria itu. Dia adalah salah satu pengawal senior Lionheart Group, Alex."Apa yang terjadi?" tanya Klein, suaranya tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang."Mereka … mereka semua menangkapku dan menyiksaku," jawab Alex. "Dia ingin informasi tentangmu dan keluarga Lionheart. Tapi aku tidak memberitahunya apa pun."Klein mengangguk pelan. "Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik.""Ah, sungguh mengharukan," suara Mr. Brown kembali terdengar. "Tapi Tuan Muda, permainan belum selesai. Kau punya dua pilihan sekarang. Bunuh pengawal setiamu ini dan kau bisa langsung naik ke lantai lima. Atau... kau bisa mencoba menyelamatkannya. Tapi ingat, setiap keput
Dengan refleks yang luar biasa, Klein berhasil mempertahankan keseimbangannya. Ia menarik napas dalam, menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Wah, wah, hampir saja," komentar Mr. Brown. "Sayang sekali kau tidak jatuh. Itu pasti akan menjadi tontonan yang menarik." Klein mengabaikan komentar itu dan melanjutkan langkahnya. Dua langkah... satu langkah... Akhirnya, ia berhasil mencapai Lina. Tanpa membuang waktu, Klein segera melepaskan ikatan Lina. "Klein, syukurlah kau berhasil," isak Lina, memeluk Klein erat begitu ikatannya terlepas. Klein membalas pelukan itu singkat sebelum melepaskannya. "Kita harus segera pergi dari sini," ujarnya tenang. Namun, baru beberapa langkah mereka meninggalkan area lantai yang retak, suara tepuk tangan terdengar. Dari balik bayangan, muncul sosok pria berjanggut dengan kacamata gelap. Pria itu memancarkan aura penuh wibawa, seakan dia seorang presiden. "Bravo, Tuan Muda Lionheart," ujar pria itu, senyum kejam tersungging di bibirnya
Klein mengerang kesakitan. Meski tubuh Klein telah bermetamorfosis, tapi tendangan telak Mr. Brown mampu mematahkan tulang rusuknya!Meski begitu, Klein bisa merasakan tulang rusuknya yang patah mulai beregenerasi, seakan tidak pernah patah. Namun proses, ini cukup memakan banyak energi. Hal ini membuat perutnya mulai terasa lapar.Mr. Brown menyeringai. "Kau mungkin kuat, Klein Lionheart, tapi kau masih hijau dalam pertarungan."Tanpa memberi Klein kesempatan untuk pulih, Mr. Brown melancarkan serangan berikutnya. Ia menggunakan teknik Wing Chun, melancarkan pukulan cepat bertubi-tubi ke arah tubuh Klein. Klein berusaha menghindar dan memblokir sebisa mungkin, namun beberapa pukulan berhasil menembus pertahanannya. Setiap pukulan yang dilancarkan Mr. Brown mengenai tubuh Klein, ia dapat merasakan energi aneh yang menyesap masuk, dan merusak organ dalamnya. Alhasil, Klein mengalami luka dalam, membuat darah mulai mengucur dari sudut bibirnya."Ugh!" Klein terhuyung ke belakang, na
Klein perlahan membuka matanya, cahaya menyilaukan membuatnya mengedip beberapa kali untuk menyesuaikan diri. Suara-suara familiar terdengar samar di telinganya, perlahan menjadi jelas."Kak Klein! Dia bangun!" seru suara kecil yang ia kenali sebagai Bella."Kakek, Kak Klein sudah sadar!" tambah Ella dengan nada gembira.Klein mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa begitu berat. Ia merasakan tangan lembut menahan bahunya."Jangan bergerak dulu, Klein," ujar Lina dengan suara lembut namun tegas. "Kau masih butuh istirahat."Perlahan, Klein mulai bisa melihat dengan jelas. Ia berada di kamarnya sendiri di Paviliun Lionheart, bukan di rumah sakit seperti yang ia kira. Di sekelilingnya berdiri Cornelius, Bella, Ella, dan Lina, semua menatapnya dengan ekspresi lega."Berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Klein, suaranya serak."Tiga hari," jawab Cornelius, matanya memancarkan kekhawatiran yang jarang ia tunjukkan. "Kau membuat kami semua khawatir, cucuku."Klein mencoba menggera
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte