inilah UP terakhir hari ini. Terima Kasih. Dan sekali lagi, jika kalian menyukai novel ini, mohon dukungannya ya.
Fajar baru saja menyingsing di ufuk timur kota Zephir ketika kesunyian pagi di kediaman mewah Dorian dipecahkan oleh suara gedoran panik di pintu kamar utama. Ignatius Dorian, masih mengenakan jubah tidur sutra berwarna merah marun, tersentak bangun dari tidur lelapnya bersama sang istri. Matanya yang masih berkabut melirik jam di nakas samping tempat tidur king size-nya: 5:30 pagi."Siapa berani-beraninya—" gerutunya, namun belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, pintu kayu mahoni berukir itu terbuka dengan keras, menampakkan sosok pria tua, sekretaris pribadinya yang sudah bekerja untuknya selama lebih dari dua dekade."Tuan Dorian!" seru sang sekretaris, suaranya bergetar hebat. Tangannya yang gemetar menyodorkan sebuah tablet. "A-anda harus melihat ini ... sekarang!"Ignatius, masih setengah mengantuk namun mulai merasakan firasat buruk, menyambar tablet itu. Matanya yang masih berkabut perlahan melebar, pupilnya mengecil saat membaca headline berita yang terpampang besar di la
"Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang Klein Alexander?" tanya Ignatius Dorian, suaranya terdengar tegang melalui speaker ponsel.Hening sejenak sebelum suara di seberang menjawab dengan nada ragu, "Maaf, Tuan Besar. Kami belum bisa mendapatkan banyak informasi. Yang kami tahu hanya dia dekat dengan Victor Downey dan tinggal di Paviliun Moon Lake."Ignatius mengerutkan dahi. "Victor Downey? Putra pertama walikota Zephir?" Namun, yang lebih mengejutkan Ignatius adalah informasi tentang tempat tinggal Klein. Paviliun Moon Lake–rumah termewah di Zephir yang bahkan Ignatius, dengan segala kekayaannya, tidak mampu beli. 'Siapa sebenarnya Klein Alexander ini?' batinnya, merasakan gelombang kekhawatiran yang semakin besar.Tak lama kemudian, Rolls-Royce mewah milik keluarga Dorian melaju kencang menembus jalanan Zephir yang masih lengang di pagi hari. Ignatius mencengkeram setir erat, pikirannya berkecamuk dengan berbagai skena
Mila Khalifa mondar-mandir di kamar utama kediaman mewah keluarga Dorian. Rambut hitam panjangnya yang masih lebat di usia 50 tahun bergoyang mengikuti gerakannya yang gelisah. Meski sudah memasuki paruh baya, Mila masih mempertahankan kecantikan dan keseksiannya yang memukau.Tubuhnya yang proporsional bak gitar spanyol terbalut gaun tidur sutra merah yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Dadanya yang besar, 38D, masih tampak kencang dan rapat, bergoyang pelan seiring langkahnya yang resah. Wajahnya yang cantik kini dihiasi kerutan halus di sekitar mata dan mulut, namun justru menambah aura dewasa yang menggoda."Ayolah, sayang," gumamnya, suaranya yang serak dan seksi dipenuhi kecemasan. "Cepatlah kembali dengan kabar baik."Mila berharap, dengan suami dan anaknya pergi meminta maaf pada Klein Alexander, semua masalah yang menimpa keluarga mereka akan selesai. Namun, setiap menit yang berlalu tanpa kabar membuat kecemasannya semakin menjadi-jadi.Tiba-tiba, pintu k
Di gedung penjara kota Zephir, Ignatius dan Octavius Dorian baru saja tiba. Mereka digiring ke sebuah sel yang sudah penuh sesak dengan narapidana lain. Kebanyakan dari mereka adalah pelaku kejahatan kekerasan dan pembunuhan."Hei, lihat siapa yang datang," seru salah seorang napi bertubuh besar dengan tato di sekujur tubuhnya. "Si kaya raya Dorian!"Ignatius dan Octavius saling berpandangan dengan cemas. Mereka bisa merasakan tatapan penuh kebencian dari para napi lain."Kudengar kalian suka memperdagangkan anak kecil, ya?" tanya napi lain dengan suara mengancam. "Kalian tahu? Bahkan di antara para kriminal, orang-orang seperti kalian adalah yang paling rendah!"Tanpa peringatan, pukulan pertama mendarat di wajah Octavius. Darah muncrat dari hidungnya yang patah. Ignatius mencoba melindungi putranya, namun ia juga segera dihujani pukulan dan tendangan."Tolong! Siapa saja, tolong kami!" teriak Ignatius di sela-sela pu
Felix berdiri diam di balik dinding, jantungnya berdegup kencang saat mendengar percakapan antara Klein dan Rudy. Tangannya terkepal erat, campuran antara amarah dan kebingungan terpancar dari matanya yang menyipit."Manajer Purchasing?" gumam Felix pelan, suaranya bergetar menahan emosi. "Jadi begitu caramu bermain, Rudy? Kau benar-benar ingin menyingkirkanku."Setiap kata yang terucap dari mulut Rudy bagaikan pisau yang menghujam tepat ke jantungnya. Felix merasakan dunianya runtuh perlahan-lahan. Selama ini, ia telah mengabdikan dirinya pada Rudy, melakukan segala hal yang diperintahkan, bahkan hal-hal kotor sekalipun. Dan sekarang, bosnya itu dengan mudahnya menawarkan posisinya pada Klein?Felix menggertakkan giginya, berusaha menahan amarah yang semakin memuncak. Ia tahu, saat ini ia tidak bisa bertindak gegabah. Dengan langkah pelan namun pasti, Felix bergerak menjauh, pikirannya dipenuhi rencana untuk menghad
Suasana di toko buah Zephir Super Mall mendadak hening ketika pintu terbuka dengan keras. Klein, yang tadinya bersiap menghadapi serangan Sirius dan anak buahnya, merasakan ketegangan di udara berubah. Matanya yang tajam mengawasi sosok pria berambut putih yang melangkah masuk dengan tenang namun penuh wibawa.Pria itu mengenakan setelan jas hitam yang rapi, dengan dasi merah yang mencolok. Aura kekuasaan memancar dari setiap langkahnya. Klein bisa merasakan perubahan sikap Sirius dan anak buahnya. Mereka mundur perlahan, waspada terhadap pendatang baru ini.'Siapa dia?' batin Klein, pikirannya berputar cepat mencoba menganalisis situasi. 'Dan mengapa Sirius terlihat begitu tegang?'"Sebastian String," ucap Sirius, nada suaranya campuran antara kesal dan penasaran. "Apa yang membawa sekretaris Tuan Victor Downey ke tempat seperti ini?"Sebastian melangkah masuk, matanya yang tajam menyapu ruangan sebelum terpaku pada
Semalam, Klein telah mengunjungi Chester di rumah sakit. Kabar bahwa sahabatnya itu bisa pulang dalam tiga hari membuat Klein sedikit lega. Meski begitu, dalam hati ia merasa lega.Sekarang, di bawah sinar matahari pagi yang menyusup masuk melalui jendela, Klein telah bersiap untuk pergi. Kini, Klein sedang mengenakan pakaian kerjanya yang biasa–kemeja putih polos dan celana kain hitam yang tampak murah. Ia sengaja memilih penampilan ini, bukan karena peduli akan pendapat orang lain, tapi karena ingin mempertahankan penyamarannya sebagai karyawan biasa."Tuan Muda, mobil sudah siap," lapor Helda, pelayan pribadi Klein.Klein menggeleng pelan. "Tidak perlu. Aku akan naik taksi ke dealer Ferrari."Helda terlihat bingung. Apalagi, ia tahu tadi malam Klein telah berseteru dengan Sirius Blood. "Tapi, Tuan Muda-""Ini bagian dari rencana," potong Klein datar. "Pastikan saja ada yang mengikutiku dari jauh. Jangan sampai terlihat."Helda mengangguk paham. "Baik, Tuan Muda. Akan saya atur."
"T-Tuan String," ujar Veronica terbata-bata, keringat dingin mulai membasahi dahinya. "A-apa maksud Anda? Apa pria ini..." Sebastian mengerutkan dahi, matanya yang tajam menatap Veronica dengan intensitas yang membuat wanita itu gemetar. "Ada masalah apa di sini? Klein akhirnya angkat bicara, suaranya tenang namun mengandung ketegasan yang membuat Veronica semakin gemetar. "Tidak ada masalah, Tuan String. Nona Veronica ini hanya sedang menjelaskan padaku bahwa dealer ini hanya melayani pelanggan yang... berkualitas." Sebastian mengangkat alisnya, ekspresinya campuran antara geli dan kesal. "Oh? Benarkah? Kalau begitu, biar saya jelaskan sesuatu padamu, Nona Veronica. Pria yang kau anggap tidak berkualitas ini adalah teman dekat Tuan Victor Downey. Dan dia di sini untuk mengambil Ferrari SF90 Stradale pesanannya." Wajah Veronica semakin pucat, matanya melebar tidak percaya. "S-SF90 Stradale? T-tapi itu..." "Ya," potong Sebastian, nada suaranya tajam. "Mobil seharga 17 miliar yang
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte