Fajar baru saja menyingsing di kota Riverdale ketika Klein membuka matanya. Ia bangun lebih awal dari biasanya, tubuhnya masih terasa sedikit kaku akibat kejadian semalam. Dengan gerakan tenang, ia meraih lensa kontak berwarna coklat yang telah disiapkan Helda di meja samping tempat tidurnya.Klein berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya dengan seksama. Matanya yang kini berwarna merah cerah berkilau dalam cahaya redup kamar tidurnya, mengingatkannya akan perubahan drastis yang baru saja dialaminya. Dengan hati-hati, ia memasang lensa kontak, menutupi warna asli matanya yang baru. Setelah memastikan lensa terpasang dengan benar, Klein mengangguk puas. Tidak ada yang akan mencurigai perubahan pada matanya.Setelah berpakaian rapi, Klein melangkah keluar dari kamarnya menuju taman belakang Paviliun Lionheart. Udara pagi yang sejuk menyambut kedatangannya, membuat rambut hitamnya bergoyang pelan tertiup angin. Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju sudut taman yang ters
Lily menghela napas panjang, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia merapikan poninya untuk kesekian kalinya, lalu memasang pose terbaiknya."Oke, Lily," gumamnya pada dirinya sendiri. "Kau cantik, kau lucu, dan kau pasti bisa memenangkan kontes ini!" Ia terdiam sejenak, lalu tertawa. "Yah, setidaknya kau lucu. Cantik... mungkin kalau lampu dimatikan."Dengan senyum lebar, Lily menekan tombol "Go Live" di aplikasi TeckTock. Dalam sekejap, layarnya dipenuhi oleh komentar dan emoji dari penggemar setianya."Halo semuanya!" sapa Lily dengan ceria. "Selamat datang di saluran 'Lily si Ratu Konyol'! Malam ini kita punya acara spesial, lho!"[SuperFan99]: Lily! Akhirnya kau live lagi![DancingQueen]: Acara spesial apa, Lily? Jangan bilang kau akhirnya berhasil sulap?Lily tertawa. "Sulap? Oh, tidak, tidak. Aku masih level 'menghilangkan kaus kaki dalam mesin cuci'. Tapi malam ini, TeckTock mengadakan kontes besar!"Ia mulai menjelaskan aturan kontes dengan antusias, sesekali melontarkan leluc
Suasana di ruang Livestreaming Lily semakin memanas. Lily kini berada di peringkat kedua, bersaing ketat dengan CrystalStar."Teman-teman, ini luar biasa!" seru Lily, matanya berkaca-kaca. "Aku tidak pernah membayangkan bisa sampai sejauh ini. Terima kasih, terima kasih banyak! Sepertinya impianku untuk membeli pabrik kaus kaki akan segera terwujud!"[Tampan&Berani]: Kau pantas mendapatkannya, Lily. Tunjukkan pada mereka bakatmu yang sebenarnya.[FashionPolice]: Lily, tolong jangan beli pabrik kaus kaki. Dunia fashion bisa hancur![SockHater]: Setuju! Bagaimana kalau pabrik sepatu saja?Terinspirasi oleh dukungan ini, Lily memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. "Baiklah, teman-teman. Untuk merayakan momen
Klein duduk di ruang kerjanya di dalam Paviliun Lionheart, matanya yang merah tersembunyi di balik lensa kontak menatap tajam ke layar komputer.Ia baru saja mengirimkan peringatan resmi ke TeckTock melalui saluran hukum Lionheart Group."Bibi Helda," panggilnya dengan suara datar namun penuh otoritas. "Aku ingin kau menyelidiki seluruh Livestreamer TeckTock dan juga perusahaan itu sendiri. Cari semua informasi yang bisa kita gunakan."Helda mengangguk patuh. "Baik, Tuan Muda. Akan saya laksanakan segera."Setelah Helda pergi, Klein meraih ponselnya dan menghubungi sebuah nomor. "Manajer Dennis? Ini Klein Lionheart. Kita perlu bicara."Dennis adalah manajer Lily di platform TeckTock. Klein mendapat informasinya dari Hel
Di kantor pusat TeckTock, suasana mencekam menyelimuti ruang rapat. Para pemegang saham duduk dengan wajah tegang, membahas nilai saham perusahaan yang anjlok drastis.Layar besar di dinding menampilkan grafik yang menukik tajam ke bawah, menggambarkan kehancuran nilai perusahaan dalam hitungan jam."Ini bencana!" seru Jonathan, salah satu pemegang saham senior. Pria paruh baya itu menggebrak meja, membuat cangkir kopi di depannya bergetar. "Kita kehilangan lebih dari 30% nilai saham hanya dalam semalam! Jika ini terus berlanjut, TeckTock akan hancur dalam hitungan hari!"Tom Sullivan, CEO TeckTock, menghela napas berat. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini tampak lelah dan pucat. "Tenang, Jonathan. Kita sedang berusaha mengatasi situasi ini. Tim PR kita sedang bekerja keras untuk meredakan amarah pu
Berita tentang akuisisi TeckTock oleh Lionheart Group menyebar seperti api di padang rumput kering. Dalam hitungan jam, seluruh dunia maya heboh membicarakan peristiwa ini. Hashtag #LionheartSavesTeckTock dan #NewEraTeckTock menjadi trending topic di berbagai platform media sosial. Komentar-komentar bermunculan, kebanyakan memuji langkah berani Lionheart Group: @TechEnthusiast: "Wow, Lionheart Group benar-benar mengejutkan! Mereka tidak hanya menyelamatkan TeckTock, tapi juga memberikan harapan baru bagi para kreator konten. #LionheartSavesTeckTock" @BusinessAnalyst: "Langkah cerdas dari Lionheart. Mereka mendapatkan platform populer dengan harga murah dan sekaligus memperbaiki reputasinya. Win-win solution! #NewEraTeckTock" @SocialMediaExpert: "Dengan Lionheart di belakangnya, TeckTock bisa menjadi pesaing serius bagi platform lain. Saya tidak sabar melihat inovasi apa yang akan mereka bawa. #TeckTockRevolution" @LilyFanClub: "Apakah ini artinya Lily akan kembali? Tolong beri
Di sudut halaman depan sekolah, Klein melihat Bu Evans, guru Bella dan Ella, sedang berdebat sengit dengan Nyonya Veronica. Tidak jauh dari mereka, seorang pria berseragam polisi berdiri dengan ekspresi angkuh. Klein melangkah mendekat, berusaha mendengar percakapan mereka. "Kau tidak bisa begitu saja mencabut posisiku sebagai guru di sekolah ini!" suara Bu Evans terdengar bergetar. "Mengajar adalah impianku!" Nyonya Veronica tersenyum licik. "Oh, sayangku. Dengan reputasimu yang tercoreng karena skandal korupsi mantan suamimu, kau pikir sekolah ini masih akan mempertahankanmu?" Bu Evans tersentak. "A-apa maksudmu aku akan kehilangan pekerjaanku?" "Oh, kau belum tahu?" Nyonya Veronica melangkah maju. "Kepala sekolah sedang mempertimbangkan untuk memecatmu. Yah, katakanlah ada banyak keluhan tentang cara mengajarmu, terutama setelah skandal korupsi yang melibatkan mantan suamimu." Bu Evans menatap Nyonya Veronica dengan tidak percaya. "Tapi... tapi itu tidak ada hubungannya deng
Senja mulai turun di kota Riverdale, cahaya keemasan matahari menyinari gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Di sebuah apartemen mewah di pusat kota, Raven Whitefeather duduk termenung di depan jendela besar, matanya yang biru safir menatap jauh ke kejauhan.Sudah hampir dua minggu sejak konser terakhirnya, dan sejak saat itu, tidak ada tawaran pekerjaan yang datang. Teleponnya tidak berdering, emailnya kosong, dan manajernya, Alicia, selalu datang dengan wajah muram tanpa kabar baik.Raven menghela napas panjang, jemarinya yang lentik memainkan ujung rambut hitamnya yang panjang. Ia tahu apa yang terjadi—Longbottom Entertainment sedang memboikotnya. Tapi mengapa? Apa kesalahan yang telah ia perbuat?Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk," ujar Raven lembut.Alicia, wanita berambut pirang pendek dengan kacamata berbingkai tebal, melangkah masuk dengan wajah serius. "Raven, kita perlu bicara."