"Mungkin saja ia melakukan sesuatu saat anda tertidur? Bukankah kamar kalian bersebelahan? Lagipula cara anda memperlakukan pria itu terlalu baik untuk disebut biasa saja," Ujar pria paruh baya itu lagi, masih tidak percaya dengan hubungan Albis dengan Abellard. "Ti, tidak mungkin Abellard akan melakukan hal seperti itu kan? Lagipula ia hanyalah anak kecil dibalik penampilan dewasanya," Sanggah Albis melambai-lambaikan tangannya menyangkal ucapan pria paruh baya itu. "Jika dia melakukan itu karena tidak terbiasa dengan tubuh dewasanya? Walaupun umurnya masih muda, namun tubuhnya pasti merasakan sesuatu saat melihat wanita secantik anda bukan?""Itu... Itu mungkin saja terjadi, akan tetapi tidak mungkin ia melakukan hal seperti itu saat aku tertidur!!!""Dengan kata lain ia akan melakukannya jika anda mengijinkan?" Albis terjebak, wajahnya memerah memikirkan kemungkinan yang dilakukan oleh Abellard kepadanya saat tertidur, ia ingin menyangkal perkataan penasihatnya, namun, bagaimana
Seminggu setelah kembalinya Abellard ke istana Kekaisaran, pagi ini seperti biasanya pria itu menghabiskan waktunya dengan berlatih di ruang latihan bersama para kesatria khusus yang dibentuk untuk menghadapi bencana yang akan datang dalam waktu dekat. Pria itu baru saja memutuskan untuk mengasah kembali kemampuan berpedangnya, mungkin saja itu akan membantunya menghadapi bencana ini. Suara gemerincing dari pedang-pedang yang beradu memenuhi seisi ruang latihan, tidak ada yang spesial kecuali sosok pelayan pribadi ratu yang bergegas menghampiri Abellard dengan sesuatu di tangannya. "Mohon maaf mengganggu waktu latihan anda yang mulia, namun, kepala academy baru saja mengirim surat yang ditujukan langsung kepada anda," Ucapnya menyerahkan sebuah amplop dengan lebel academy yang dibubuhkan di atasnya. Tidak seperti biasanya, kali ini Hanry mengirimkan surat resmi kepada Abellard, penasaran, Abellard bergegas membuka suratnya. "Kepada yang mulia Abellard Bernie Timothe, saya dengar a
Teriakan kesakitan terdengar di seluruh penjuru academy, para murid tingkat atas di academy itu terus berusaha membunuh monster-monster yang menyerang mereka satu persatu, namun, walaupun mereka dapat membunuh monster tingkat menengah itu dengan mudah, dengan jumlah mereka yang hanya beberapa puluh orang tidak akan sanggup melawan para monster yang jumlahnya ratusan kali lipat dari mereka. Abellard yang masih memperhatikan kondisi disekitarnya memutuskan untuk mengamankan jasad gurunya terlebih dahulu sebelum turun untuk membantu mengatasi monster-monster itu bersama para guru dan murid academy lainnya, namun, beberapa saat setelah mengamuknya monster-monster tingkat menengah itu, suara dentuman keras menyita perhatian Abellard. Langit yang mendung berubah semakin semakin gelap disertai gemuruh hujan dan badai besar yang membuat langit dipenuhi kebut tebal, dan beberapa detik setelahnya, ledakan besar terdengar di langit di susul angin kuat yang menyapu seluruh kabut disekitarnya.
Bugh!Abellard dimuntahkan oleh gerbang dimensi yang menelannya dan terjatuh ke tanah bersama puluhan batang pohon yang juga ikut terseret bersamanya. "Apa? Dimana kita sekarang?" Tanya pria itu mengedarkan pandangannya melihat sekeliling ke lingkungan yang terasa asing baginya. Seluruh tempat itu berwarna putih tertutup salju, tidak ada makanan maupun pakaian hangat untuknya, dalam kondisi ini, jika ia tidak dapat menemukan jalan keluar, mungkin saja ia akan mati kedinginan karena kehabisan sihirnya. "Ouch! Shhhh" Terdengar seseorang yang meringis kesakitan dibalik batang-batang pohon yang yang dimuntahkan oleh gerbang dimensi, Abellard memicingkan matanya waspada, mungkinkah mata-mata musuh mengikuti mereka hingga ke tempat ini?. Perlahan pria itu berjalan mendekati arah suara rintihan itu, semakin lama suara itu terdengar semakin jelas, dan saat Abellard hanya beberapa langkah lagi dari seseorang yang diduga sebagai mata-mata itu, terlihat salju disekitarnya telah diwarnai den
"Lalu, siapa sebenarnya pria itu? Jika kau mau aku dapat membuatnya bertanggung jawab atasmu, ataupun kau mungkin ingin memberi pelajaran kepadanya?" Tanya Abellard kembali, kali ini ia sedikit melembutkan nada bicaranya. "Ya, kau dapat memberi pelajaran pada dirimu sendiri.""Maksudmu?" Abellard mengerutkan dahinya bingung. Namun bukannya menjawab pertanyaan pria itu, Albis justru menyeringai menatap lucu pria di depannya. Abellard membulatkan matanya tidak percaya, dilemparnya ranting pohon yang sedari tadi ia gunakan untuk bermain-main dengan api unggun lalu menyambar pergelangan tangan gadis di depannya. "Apa aku telah melakukan sesuatu tanpa aku sadari?" Tanyanya dengan wajah pucat dan sudut mata yang berkerut. Albis terperanjat, ia tidak tahu bahwa reaksi Abellard akan sekaget ini, ia pikir bahwa pria itu memungkin mengetahui efek samping dari tindakannya sebelum memberikan serpihan inyi jiwanya kepada Albis. "Apakah kau... Tidak merasa buruk karenanya?" Lirih Albis dengan
Pagi hari, salju putih dengan lebat turun menyambut Abellard yang baru bangun dari tidurnya, hawa hangat dari dinding sihir dan dan raungan monster 0yang terdengar begitu menenangkan melukiskan sebuah senyuman kecil di wajah pria itu saat membuka dinding sihirnya. Tunggu, raungan monster? Ah, benar juga, ini adalah novel fantasi dengan banyak pertarungan bukannya suasana damai yang akan menemani pagi cerahmu, dan senyuman kecil di wajah pria itu... Lebih tepatnya ia menyeringai dengan wajah yang memandang rendah beruang-beruang kutub setinggi empat meter itu dengan sebuah rencana yang muncul di otaknya. "Darimana kau mendapatkan daging dan mantel bulu ini?" Tanya Albis yang langsung disuguhi makanan dan pakaian hangat setelah bangun dari tidurnya. "Seseorang menjatuhkannya, sebaiknya kau mengenakan mantel ini karena aku tidak dapat terus mempertahankan dinding sihir ini, kita akan membutuhkan cukup banyak kekuatan sihir jika bertemu musuh yang cukup merepotkan, dan tidak baik bagimu
"Maksudmu, kepunahan Leviathan berhubungan dengan katedral?" Mata Abellard menyipit, menatap tajam ke arah gadis di depannya. Kepunahan Leviathan tidak pernah dibahas di bagian manapun dalam catatan sejarah, hal itu memang cukup mencurigakan seakan seseorang berusaha merahasiakan tentang penyebab dan alasan kepunahan mereka yang hanya menyisakan sepasang Leviathan di Kekaisaran Timothe. Bahkan menurut Madeline yang selalu menceritakan kisah pertemuannya dengan Darrel, awalnya mereka sama sekali tidak mengetahui satu sama lain, dikatakan bahwa kakek Abellard adalah satu-satunya Leviathan yang tersisa di dunia ini setelah semua Leviathan lainnya menghilang begitu saja tanpa diketahui penyebabnya, bahkan Darrel juga terlahir dari darah campuran Leviathan dengan naga langit. Namun, entah mengapa Darrel terlahir sebagai Leviathan sepenuhnya, ia sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan ibunya yang adalah naga langit, bahkan tubuhnya juga dibentuk sebagai Leviathan dengan sempurna. Lal
"Tetaplah di sini, dan jika aku tidak kembali selama lebih dari setengah hari, kau dapat melarikan diri dari sini dengan Kinton," Pesan Abellard sebelum akhirnya memasuki gua gelap itu sendirian. Hawa dingin dan udara yang lembab menambah kesan seram dari gua yang gelap itu, Abellard tidak dapat melihat apapun sejak ia menginjakkan kakinya ke dalam gua, ia hanya mencoba untuk terus berjalan lurus ke depan berharap akan menemukan secercah cahaya setelah berjalan beberapa lama di dalam gua itu. Kenapa Abellard tidak menggunakan sihir api untuk membantunya melihat jalan? Kau benar, hanya saja pria itu melupakan bahwa ia memiliki sihir untuk membantunya. "Tuan? Apakah anda tidak ingin menggunakan sihir api anda untuk menerangi jalan?" Usul Ames merasa aneh dengan perilaku abnormal tuannya itu. "Apa aku memiliki sihir seperti itu?" Abellard mengerutkan dahinya bingung. Pria itu tidak ingat bahwa ia memiliki sihir berelemen api, namun, ia juga tidak dapat mengingat elemen sihir apa yan