“Istriku, sepertinya aku butuh semangat darimu.” Jay semakin menyentuh tubuh Zafia dan semakin menginginkan lebih banyak lagi dari sang istri.Cukup menggunakan waktu 5 menit untuk Jay melucuti pakaian mereka berdua dan menggila di ruang kerja Jay.Malam itu, semesta sedang memberikan restunya pada mereka untuk memenuhi alam dengan desahan dan lenguhan satu sama lain hingga mendaki ke puncak asmara.* * *Di tengah krisis yang melanda Jatayu, Jay bergerak dengan cepat dan terorganisir. Dia tau, inilah saatnya mengubah persepsi publik. Dengan langkah strategis, dia memposisikan dirinya sebagai penyelamat kota.Di Balai Kota Jatayu, Walikota Hendrik Wijaya menggelar pertemuan dengan pejabat-pejabat penting dan pengusaha lokal.Wajah-wajah yang hadir menunjukkan keputusasaan, namun ada secercah harapan ketika Jay dan tim Supreme NeoTech memasuki ruangan.“Terima kasih atas kedatangan Anda, Tuan Jay,” kata Hendrik dengan nada lelah. “Kami butuh solusi nyata untuk menyelamatkan Jatayu.”Ja
“Setelah berhasil memulihkan sebagian kepercayaan publik, aku ingin melangkah lebih jauh.” Jay berkata ketika ada Atin, Rabbit, Elangga dan Baskara di ruangannya.Dia tahu, kekuatan sesungguhnya terletak di balik layar, dan akses penuh ke infrastruktur serta proyek pemerintah adalah kunci untuk mengukuhkan supremasi Supreme NeoTech.Sementara esok paginya, di kantor Walikota Hendrik Wijaya, suasana tegang namun penuh harapan. Hendrik duduk di kursinya, memandangi proposal yang diajukan Jay. Sejumlah pejabat penting turut hadir, termasuk kepala dinas keuangan dan pembangunan kota.“Proposal Anda ambisius, Tuan Jay. Tapi kami membutuhkan jaminan bahwa ini akan menguntungkan kota,” ujar Hendrik dengan tatapan tajam.Jay tersenyum, menggeser dokumen lain ke meja Hendrik. “Keuntungan itu pasti, Pak Walikota. Selain meningkatkan infrastruktur, proyek ini juga akan membuka ribuan lapangan kerja baru. NeoTech memiliki teknologi dan sumber daya yang diperlukan.”Seorang pejabat berbisik ke tel
“Apa yang akan kamu lakukan setelah krisis perlahan mereda begini, Jek?” tanya Atin di suatu sore.Jay mengungkap langkah selanjutnya, “Membangun citra publik yang tak terbantahkan.”Dia memahami bahwa kekuasaan sejati tak hanya terletak pada kontrol ekonomi, tetapi juga pada hati dan pikiran masyarakat Jatayu.Oleh karena itu, Jay memulai dengan mendirikan beberapa yayasan amal di bawah naungan Supreme NeoTech.“Aku ingin yayasan tersebut berfokus pada bantuan untuk anak yatim piatu dan lansia yang terlantar. Pusat-pusat komunitas baru harus bermunculan di berbagai sudut kota, menawarkan layanan gratis seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan pelatihan keterampilan kerja.” Jay menjabakan pemikirannya.Setiap kali ada pembukaan yayasan baru, Jay hadir secara langsung, memotong pita merah dengan senyum ramahnya yang khas.Media tak pernah absen meliput setiap langkahnya. “Kita semua bertanggung jawab atas masa depan Jatayu. Saya hanya melakukan bagian saya,” katanya dalam salah sat
Jay terus memperluas cengkeramannya, tidak hanya di ranah sosial tetapi juga di pemerintahan.“Jadi, Pak Jay, Anda benar-benar ingin proyek Arcapada bisa dilakukan di seluruh Astronesia? Bukankah ini terkesan seperti proyek ambisius Anda?” tanya salah satu wartawan.“Saya pikir jika ini merupakan ambisius positif untuk memberikan yang terbaik bagi negara, apa salahnya? Bukankah sudah sepantasnya apabila warga negara Astronesia melakukan pengabdiannya untuk tanah airnya?” jawab Jay ke wartawan tersebut.Setiap sore, setelah menerima pertanyaan wartawan dan media, serta peluncuran program sosial baru, dia mengatur pertemuan dengan pejabat kota di restoran mewah atau ruang pertemuan eksklusif.Walikota Hendrik Wijaya menjadi tamu utamanya. Obrolan santai tentang masa depan Jatayu dengan cepat beralih menjadi diskusi serius tentang kontrak infrastruktur dan proyek-proyek besar yang dikendalikan pemerintah."Proyek revitalisasi distrik lama ini adalah peluang besar," kata Jay suatu malam,
Jay hanya tersenyum saat menanggapi. "Harga? Aku justru sedang menginvestasikan masa depan. Ini bukan permainan yang bisa dimenangkan dengan setengah hati.”Kemudian, Jay mendekatkan diri ke Rahmat Siregar untuk berbisik, “Tolong Pak Siregar berhati-hati dalam bertindak setelah ini. Publik tidak menyukai orang yang memiliki dosa." Lalu dia menarik diri seraya tersenyum, memamerkan senyum iblisnya.Oleh karena itu, Rahmat Siregar hanya bisa menggertakkan geraham menahan amarah.* * *Di ruang kerjanya yang megah, Jay kembali memandang kota Jatayu dari balik jendela besar. Kota itu kini sepenuhnya berada di bawah kendalinya, baik secara ekonomi maupun politik. Setiap proyek, setiap kebijakan, semuanya menguntungkan Supreme Group.Atin masuk ke ruangan, membawa laporan terbaru. "Semua berjalan sesuai rencana, Jek. Tak ada yang berani melawan kita lagi."Jay mengangguk, matanya penuh kilatan dingin. "Ini belum apa-apa, Pak. Jatayu adalah pijakan pertama. Setelah ini, kita akan melangkah l
“Fi, sayangku, bersabarlah hingga aku memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tepat,” ucap Jay sembari memberikan seluruh kasih sayangnya ke sang istri.Jay masih belum menemukan waktu untuk memublikasikan hubungannya dengan Zafia kepada publik.“Nggak perlu terburu-buru mengenai itu, Jay. Asalkan kita udah saling memiliki gini, ini sudah cukup untukku.” Zafia menyahut di antara desah dan rintihnya.Zafia bisa mengetahui bahwa Jay seperti menyimpan sebuah rahasia besar. Suaminya masih memiliki sisi misterius yang ingin dia ungkap suatu hari nanti.* * *Banyak orang di Jatayu mulai membicarakan Jay dengan segala sepak terjangnya bersama Supreme Group miliknya.“Kesuksesan Supreme Group terus melaju pesat di Jatayu dan mulai merambah ke kota-kota sekitar. Hebat, yah!” Sesorang di warung kopi membuka obrolan.“Nggak cuma itu, bro! NeoTech juga udah dapat hak eksklusif untuk mengembangkan proyek energi terbarukan. Dengar-dengar sih gitu.” Kawan di sebelahnya menimpali.“Nah kan! Apalagi di
Maka, malam pesta gala diadakan pun tiba.Ballroom megah itu dipenuhi cahaya keemasan, berkilauan memantulkan kemewahan pesta gala yang penuh gengsi. Lantai marmer bersih berkilat, sementara para tamu berdandan maksimal, mengenakan gaun dan jas dari desainer ternama.Namun, perhatian semua orang tertuju pada satu sosok—Jay, pemilik Supreme Group.Jay dengan penampilan primanya memasuki ballroom tempat pesta berlangsung. Setelan jas mahal merek ternama di dunia, melekat sempurna di tubuh atletis dia. Tubuh jangkung proporsionalnya menjadi pusat perhatian.“Eh, itu Tuan Jay!”“Dia Jay yang punya Supreme Group.”“Gantengnya, astaga! Aku rela jadi selirnya!”“Huss! Pelankan suaramu! Nanti suami tuamu itu dengar!”Banyak orang berbisik mengenai Jay saat dia melewati mereka dan terkadang memberikan sapaan basa-basi sebagai kesopanan.Jay melangkah penuh percaya diri, mengenakan setelan jas hitam elegan yang melekat sempurna di tubuh atletisnya. Setiap langkahnya memancarkan wibawa yang suli
“Oh, halo mantan istri.” Jay menanggapi dengan senyum di wajah tampannya.Dia sama sekali tidak merasa canggung berhadapan dengan mantan istri manipulatifnya.Mata Vanya melirik ke wanita-wanita muda di dekat Jay. Salah satu sudut bibirnya naik memberikan senyum seringaian dan berkata, “Kayaknya kehidupan asmara kamu semakin bagus aja, Jay. Ada banyak perempuan muda kayak mereka yang bakalan bikin hangat ranjangmu setiap hari.”Lina dan Erin tersengat ketika mendengar ucapan Vanya. Erin sudah hampir kehilangan kendali, tapi Zafia meremas tangan kawannya untuk memberi kode agar Erin tenang.“Kehidupan asmaraku emang baik-baik aja semenjak bisa lepas darimu, kamu nggak perlu khawatir soal itu.” Jay membalas dengan kalimat yang tak kalah menyengatnya.Rahang Vanya menegang dengan tatapan mata lebih tajam pada Jay.“Apakah ini pasangan barumu?” tanya Jay sambil menoleh ke pria di sebelah Vanya. “Aku pikir kamu masih berkutat dengan Deri. Oh, aku lupa, Deri udah jadi gembel, makanya nggak
* * *Ketika pesta yang dinantikan tiba, semua mata tertuju pada pasangan yang tengah menjadi pusat perhatian.Jay tampil memukau dalam setelan jas hitam klasik dengan aksen emas di bagian kerah, yang dirancang khusus oleh perancang busana ternama dunia. Rambutnya disisir rapi ke belakang, memancarkan aura karisma dan kekuasaan.Zafia, di sisi lain, terlihat seperti dewi. Gaun pengantinnya, rancangan desainer haute couture terkenal dari kota mode internasional, Parisiane, terbuat dari bahan sutra putih yang dihiasi kristal Swarovski.Sebuah jubah panjang dengan bordir emas mengalir di belakangnya, membuatnya tampak seperti ratu sejati. Tiara berlian bertengger di kepalanya, melengkapi penampilannya yang elegan dan memesona.“Astaga! Mereka keren banget!” seru salah satu tamu undangan.“Duhai! Aku yakin baju mereka bukan barang sepele.” Tamu lain berdesis saat melihat Jay dan Zafia.“Mana ada barang sepele di sekitar pengusaha muda dan sukses yang kekayaan bersihnya dikatakan mencapai
“Terima kasih, suamiku.” Di samping Jay, Zafia tersenyum ketika tatapan mereka saling bertaut mesra.“Hah? Jadi … selama ini Kak Fia udah menikah?” Tiba-tiba muncul Feinata di ruang tamu.Gadis itu mendekat dengan wajah terkejutnya.“Maaf kalau kamu baru tau ini sekarang, Fei.” Zafia meraih adiknya untuk dia rangkul.Saat Feinata hendak menyahut, terdengar bunyi bel pagar depan.“Ah! Itu pasti si bodoh itu!” Feinata melepaskan rangkulan kakaknya dan berlari ke depan untuk membukakan pagar.Tak berapa lama, Feinata kembali masuk ke dalam sambil membawa pria muda. Jay tersenyum karena sangat mengenali pemuda itu. Radeva.“Permisi, Tante dan Om.” Radeva menyapa pasangan Narendra. “Oh, Kak Fia dan Bang Jay juga.” Dia tidak melupakan pasangan muda di sana.“Heh, kamu tau,” Feinata menepuk keras lengan Radeva dan berkata, “Kak Fia dan Bang Jay udah menikah! Kamu kapan ngelamar aku?”“Fei!” Ibunya langsung menegur putri bungsunya yang terlalu frontal ketika bertutur. “Kamu ini perempuan, loh
“Fu fu fu ….” Jay terkekeh santai.Dia duduk di kursi kulit hitamnya yang megah, di ruang kerja yang memancarkan kemewahan modern.Sambil memegang cangkir teh herbal yang baru saja dituangkan oleh Atin, wajahnya tetap tenang, dengan sedikit senyum penuh keyakinan yang hanya dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.“Aku tidak bermain, Pak,” kata Jay dengan suara datar namun penuh makna. “Aku hanya memastikan papan catur tetap di bawah kendaliku. Apa gunanya menjadi raja jika kamu tidak bisa mengontrol bidak-bidakmu?”Atin tersenyum tipis, mengakui kecerdikan bosnya. “Kamu bahkan mengalahkan mereka yang mencoba mengaitkanmu dengan PhantomClaw. Kini publik melihatmu sebagai pahlawan teknologi Astronesia.”Jay menyesap tehnya perlahan, matanya menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Jatayu yang gemerlap di malam hari.Kota itu, dengan segala kesibukannya, kini terasa seperti berada di telapak tangannya.Seiring waktu, NeoTech, perusahaan teknologi milik Jay, menjadi binta
Jonas mencoba mempertahankan argumennya. “Jenderal, saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jay. Keberadaannya di Jorgandia bisa saja ....”“Cukup!” potong Hambali dengan nada keras, membuat Jonas terdiam. “Fakta menunjukkan bahwa Jay Mahawira berada di Jorgandia, bekerja sama dengan ilmuwan internasional untuk sesuatu yang sangat penting bagi masa depan dunia. Dan sementara itu, Anda menyebarkan tuduhan bahwa dia adalah seorang kriminal yang memimpin organisasi bawah tanah. Apa yang Anda harapkan? Bahwa publik akan percaya omong kosong ini tanpa bukti yang jelas?”Jonas berusaha keras menyusun pembelaan. “Saya memiliki informasi dari Bruno sebelum dia mati, dan saya yakin itu valid. Jay—”“Bruno adalah kriminal yang bermain di dua sisi!” bentak Hambali. “Dan sekarang Anda ingin membangun seluruh argumenmu berdasarkan kata-kata seorang pengkhianat?”“Pak Jonas,&rdqu
“Jangan harap kamu bisa sewenang-wenang, Jek Jon!” seru Jonas.Pertarungan semakin sengit. Jonas menggunakan teknik Cakar Garuda, sebuah gaya bertarung yang memadukan kekuatan fisik dengan gerakan cepat.Dengan teknik itu, dia berhasil meloloskan dirinya dari cengkeraman Jek Jon.Namun, Jek Jon memiliki keunggulan dalam pengalaman dan teknik kanuragan tingkat tinggi.Dengan gerakan Langkah Naga Terbang, dia mengelak dari setiap serangan Jonas sambil melancarkan pukulan dan tendangan presisi yang mulai melemahkan sang mayor jenderal.Jonas tidak gentar. Dia mengaktifkan teknik bela diri Harimau Lembah yang menjadi kebanggaan Kostrad.Membawa serangan cepat, dia melancarkan pukulan dan tendangan yang ditujukan ke titik vital Jek Jon.Namun, Jek Jon memblokir setiap serangan dengan mudah, menggunakan teknik Cengkraman Naga Hitam untuk menangkap pergelangan tangan Jonas dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan kecil.Jonas meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah. Dengan lompata
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Jay M
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait