“Fi, sayangku, bersabarlah hingga aku memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tepat,” ucap Jay sembari memberikan seluruh kasih sayangnya ke sang istri.Jay masih belum menemukan waktu untuk memublikasikan hubungannya dengan Zafia kepada publik.“Nggak perlu terburu-buru mengenai itu, Jay. Asalkan kita udah saling memiliki gini, ini sudah cukup untukku.” Zafia menyahut di antara desah dan rintihnya.Zafia bisa mengetahui bahwa Jay seperti menyimpan sebuah rahasia besar. Suaminya masih memiliki sisi misterius yang ingin dia ungkap suatu hari nanti.* * *Banyak orang di Jatayu mulai membicarakan Jay dengan segala sepak terjangnya bersama Supreme Group miliknya.“Kesuksesan Supreme Group terus melaju pesat di Jatayu dan mulai merambah ke kota-kota sekitar. Hebat, yah!” Sesorang di warung kopi membuka obrolan.“Nggak cuma itu, bro! NeoTech juga udah dapat hak eksklusif untuk mengembangkan proyek energi terbarukan. Dengar-dengar sih gitu.” Kawan di sebelahnya menimpali.“Nah kan! Apalagi di
Maka, malam pesta gala diadakan pun tiba.Ballroom megah itu dipenuhi cahaya keemasan, berkilauan memantulkan kemewahan pesta gala yang penuh gengsi. Lantai marmer bersih berkilat, sementara para tamu berdandan maksimal, mengenakan gaun dan jas dari desainer ternama.Namun, perhatian semua orang tertuju pada satu sosok—Jay, pemilik Supreme Group.Jay dengan penampilan primanya memasuki ballroom tempat pesta berlangsung. Setelan jas mahal merek ternama di dunia, melekat sempurna di tubuh atletis dia. Tubuh jangkung proporsionalnya menjadi pusat perhatian.“Eh, itu Tuan Jay!”“Dia Jay yang punya Supreme Group.”“Gantengnya, astaga! Aku rela jadi selirnya!”“Huss! Pelankan suaramu! Nanti suami tuamu itu dengar!”Banyak orang berbisik mengenai Jay saat dia melewati mereka dan terkadang memberikan sapaan basa-basi sebagai kesopanan.Jay melangkah penuh percaya diri, mengenakan setelan jas hitam elegan yang melekat sempurna di tubuh atletisnya. Setiap langkahnya memancarkan wibawa yang suli
“Oh, halo mantan istri.” Jay menanggapi dengan senyum di wajah tampannya.Dia sama sekali tidak merasa canggung berhadapan dengan mantan istri manipulatifnya.Mata Vanya melirik ke wanita-wanita muda di dekat Jay. Salah satu sudut bibirnya naik memberikan senyum seringaian dan berkata, “Kayaknya kehidupan asmara kamu semakin bagus aja, Jay. Ada banyak perempuan muda kayak mereka yang bakalan bikin hangat ranjangmu setiap hari.”Lina dan Erin tersengat ketika mendengar ucapan Vanya. Erin sudah hampir kehilangan kendali, tapi Zafia meremas tangan kawannya untuk memberi kode agar Erin tenang.“Kehidupan asmaraku emang baik-baik aja semenjak bisa lepas darimu, kamu nggak perlu khawatir soal itu.” Jay membalas dengan kalimat yang tak kalah menyengatnya.Rahang Vanya menegang dengan tatapan mata lebih tajam pada Jay.“Apakah ini pasangan barumu?” tanya Jay sambil menoleh ke pria di sebelah Vanya. “Aku pikir kamu masih berkutat dengan Deri. Oh, aku lupa, Deri udah jadi gembel, makanya nggak
“Rasa pada Jay?” Zafia menatap Rabbit dengan kerlingan jenaka, seakan sedang menggoda Rabbit.Zafia sedikit terheran-heran dengan ucapan Rabbit. Bukankah mereka sudah sering bertemu di mansion Jay? Kenapa Rabbit mengucapkan hal aneh itu?‘Apakah dia sedang memainkan sandiwara?’ batin Zafia sambil menelisik raut wajah dan mata Rabbit untuk mencari apa mau wanita benua timur itu. ‘Oke, aku ikut kamu aja kalau gitu!’Ada tatapan sinis di mata Rabbit. Apakah secuil kesadaran obsesi dia pada Jay masih tersisa di jiwanya?“Ya, tatapanmu ke Jay yang paling kentara dari kalian bertiga.” Rabbit dengan lugas mengatakannya.Rabbit semakin menancapkan kecurigaan itu di hati Erin dan Lina.Zafia hanya mengangkat bahu. “Aku? Entahlah. Tapi ini bukan tentang itu. Ini tentang visi yang lebih besar. Jay bukan hanya seorang pria, dia adalah simbol perubahan.”Erin dan Lina saling pandang mendengar percakapan Rabbit dengan Zafia. Perlahan, hati mereka disusupi rasa tak percaya diri. Bersaing dengan Zafi
Jay tersenyum dingin. "Biarkan dia merasa aman untuk sementara. Saat waktunya tepat, kita akan menunjukkan siapa yang sebenarnya memegang kendali."* * *Malam menjelang di Jatayu, tetapi ketenangan kota itu sudah lama terkikis. Dalam beberapa minggu terakhir, serangkaian insiden mencengangkan mengguncang kota.Mulai dari perampokan berani di distrik keuangan, kebakaran misterius di gudang pemerintah, hingga serangan teror kecil di fasilitas publik. Berita ini mendominasi semua saluran media, menanamkan ketakutan di benak setiap warga.Di balik layar, semua kekacauan ini adalah bagian dari rencana besar Jay. Dia duduk di ruang kontrol Supreme Group, memantau laporan dari bawahannya.“Laporan terbaru, Bos,” ujar Erlangga, menyerahkan tablet yang berisi ringkasan situasi terkini. “Tim kita berhasil mengatur tiga insiden di pusat kota. Polisi masih bingung mencari pelaku.”Jay membaca sekilas laporan itu. “Bagus. Pastikan tidak ada jejak yang mengarah pada kita. Terutama di lokasi kebakar
Jay tersenyum tipis. “Bagus. Biarkan mereka merasa punya kendali. Kita akan kirim pesan yang mempertegas posisi kita.”Rabbit yang duduk di pojok ruangan, mendongak. “Apakah kita perlu mengatur ‘insiden’ kecil lagi, Bos? Mungkin di distrik pemerintahan?”Jay menggeleng. “Nggak perlu. Terlalu mencolok. Sebaliknya, kita manfaatkan informasi dari sistem Arcapada. Cari tau kelemahan mereka. Skandal, korupsi, apa pun yang bisa kita gunakan.”Sementara itu, di kantor pusat pemerintahan, sebuah pertemuan tertutup berlangsung. Beberapa pejabat tinggi duduk mengelilingi meja panjang. Wajah mereka penuh ketegangan.“Kita tidak bisa membiarkan Supreme NeoTech mengendalikan semuanya,” ujar Menteri Dalam Negeri, wajahnya memerah. “Mereka sudah terlalu dalam mencampuri urusan kota.”Pejabat lain, Pak Ridwan, menimpali. “Tapi kita butuh sistem itu. Tanpa Arcapada, keamanan kota akan runtuh.”Lina yang berhasil menyusup ke dalam pertemuan itu sebagai jurnalis investigasi, mendengarkan dari balik pint
Erlangga menekan pedal gas, SUV melesat kencang. Tembakan pertama memecahkan kaca belakang. Rabbit segera merunduk, menarik pistol dari sarung di pahanya. “Pegangan!” teriak Erlangga, membanting setir ke kiri. SUV mereka meluncur ke bahu jalan, hampir menabrak pembatas tol. Sebuah mobil sedan hitam menyalip dari kanan, menembakkan peluru-peluru tajam yang menghantam bodi kendaraan.Jay tetap tenang. “Erlangga, buat mereka sibuk. Rabbit, kamu tau apa yang harus dilakukan. Fi, tetap diam di sini. Aku akan memastikan kamu aman.”"Oke, suamiku." Zafia tersenyum lembut ke Jay. "Tentu aku percaya ucapan suamiku."“Serahkan padaku,” Rabbit berkata pelan sambil membuka jendela.Udara malam yang dingin masuk, namun yang lebih dingin adalah tatapan matanya. Energi Qi mulai berputar di sekitar tubuhnya, menciptakan aura menekan.Rabbit membuka jendela, mengangkat tubuhnya keluar. Dengan gerakan cepat, dia melepaskan tembakan presisi ke salah satu ban mobil musuh. Mobil itu oleng dan menabrak pe
“Akhirnya kita bisa terbebas.” Jay terkekeh setelahnya. Lalu dia menghubungi Baskara, “Hapus jejak mobilku dari data Arcapada.” Kemudian, dia menyudahi teleponnya.Mobilnya melaju mulus di sepanjang jalan tol, meskipun medan di sekitar penuh puing dan asap dari kendaraan yang telah dihancurkan.Permukaan mobil sama sekali tak tergores, seolah-olah pertempuran tadi hanya ilusi. Semua itu berkat energi kanuragan Jay yang menciptakan perisai tak kasatmata, melindungi mereka dari segala ancaman.Namun, di balik ketenangan wajahnya, Jay merasakan beban yang cukup besar. Menggunakan energi kanuragan untuk melindungi benda mati seperti mobil memerlukan konsentrasi dan tenaga ekstra, jauh lebih besar daripada menghadapi musuh secara langsung.Jay memandang Zafia, yang duduk di sampingnya. Senyum sang istri memberikan Jay dorongan semangat. Baginya, memastikan keselamatan mereka semua, terutama Zafia, lebih penting daripada menghemat energi.“Gimana keadaanmu?” tanya Zafia lembut.Jay mengangg
* * *Ketika pesta yang dinantikan tiba, semua mata tertuju pada pasangan yang tengah menjadi pusat perhatian.Jay tampil memukau dalam setelan jas hitam klasik dengan aksen emas di bagian kerah, yang dirancang khusus oleh perancang busana ternama dunia. Rambutnya disisir rapi ke belakang, memancarkan aura karisma dan kekuasaan.Zafia, di sisi lain, terlihat seperti dewi. Gaun pengantinnya, rancangan desainer haute couture terkenal dari kota mode internasional, Parisiane, terbuat dari bahan sutra putih yang dihiasi kristal Swarovski.Sebuah jubah panjang dengan bordir emas mengalir di belakangnya, membuatnya tampak seperti ratu sejati. Tiara berlian bertengger di kepalanya, melengkapi penampilannya yang elegan dan memesona.“Astaga! Mereka keren banget!” seru salah satu tamu undangan.“Duhai! Aku yakin baju mereka bukan barang sepele.” Tamu lain berdesis saat melihat Jay dan Zafia.“Mana ada barang sepele di sekitar pengusaha muda dan sukses yang kekayaan bersihnya dikatakan mencapai
“Terima kasih, suamiku.” Di samping Jay, Zafia tersenyum ketika tatapan mereka saling bertaut mesra.“Hah? Jadi … selama ini Kak Fia udah menikah?” Tiba-tiba muncul Feinata di ruang tamu.Gadis itu mendekat dengan wajah terkejutnya.“Maaf kalau kamu baru tau ini sekarang, Fei.” Zafia meraih adiknya untuk dia rangkul.Saat Feinata hendak menyahut, terdengar bunyi bel pagar depan.“Ah! Itu pasti si bodoh itu!” Feinata melepaskan rangkulan kakaknya dan berlari ke depan untuk membukakan pagar.Tak berapa lama, Feinata kembali masuk ke dalam sambil membawa pria muda. Jay tersenyum karena sangat mengenali pemuda itu. Radeva.“Permisi, Tante dan Om.” Radeva menyapa pasangan Narendra. “Oh, Kak Fia dan Bang Jay juga.” Dia tidak melupakan pasangan muda di sana.“Heh, kamu tau,” Feinata menepuk keras lengan Radeva dan berkata, “Kak Fia dan Bang Jay udah menikah! Kamu kapan ngelamar aku?”“Fei!” Ibunya langsung menegur putri bungsunya yang terlalu frontal ketika bertutur. “Kamu ini perempuan, loh
“Fu fu fu ….” Jay terkekeh santai.Dia duduk di kursi kulit hitamnya yang megah, di ruang kerja yang memancarkan kemewahan modern.Sambil memegang cangkir teh herbal yang baru saja dituangkan oleh Atin, wajahnya tetap tenang, dengan sedikit senyum penuh keyakinan yang hanya dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.“Aku tidak bermain, Pak,” kata Jay dengan suara datar namun penuh makna. “Aku hanya memastikan papan catur tetap di bawah kendaliku. Apa gunanya menjadi raja jika kamu tidak bisa mengontrol bidak-bidakmu?”Atin tersenyum tipis, mengakui kecerdikan bosnya. “Kamu bahkan mengalahkan mereka yang mencoba mengaitkanmu dengan PhantomClaw. Kini publik melihatmu sebagai pahlawan teknologi Astronesia.”Jay menyesap tehnya perlahan, matanya menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Jatayu yang gemerlap di malam hari.Kota itu, dengan segala kesibukannya, kini terasa seperti berada di telapak tangannya.Seiring waktu, NeoTech, perusahaan teknologi milik Jay, menjadi binta
Jonas mencoba mempertahankan argumennya. “Jenderal, saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jay. Keberadaannya di Jorgandia bisa saja ....”“Cukup!” potong Hambali dengan nada keras, membuat Jonas terdiam. “Fakta menunjukkan bahwa Jay Mahawira berada di Jorgandia, bekerja sama dengan ilmuwan internasional untuk sesuatu yang sangat penting bagi masa depan dunia. Dan sementara itu, Anda menyebarkan tuduhan bahwa dia adalah seorang kriminal yang memimpin organisasi bawah tanah. Apa yang Anda harapkan? Bahwa publik akan percaya omong kosong ini tanpa bukti yang jelas?”Jonas berusaha keras menyusun pembelaan. “Saya memiliki informasi dari Bruno sebelum dia mati, dan saya yakin itu valid. Jay—”“Bruno adalah kriminal yang bermain di dua sisi!” bentak Hambali. “Dan sekarang Anda ingin membangun seluruh argumenmu berdasarkan kata-kata seorang pengkhianat?”“Pak Jonas,&rdqu
“Jangan harap kamu bisa sewenang-wenang, Jek Jon!” seru Jonas.Pertarungan semakin sengit. Jonas menggunakan teknik Cakar Garuda, sebuah gaya bertarung yang memadukan kekuatan fisik dengan gerakan cepat.Dengan teknik itu, dia berhasil meloloskan dirinya dari cengkeraman Jek Jon.Namun, Jek Jon memiliki keunggulan dalam pengalaman dan teknik kanuragan tingkat tinggi.Dengan gerakan Langkah Naga Terbang, dia mengelak dari setiap serangan Jonas sambil melancarkan pukulan dan tendangan presisi yang mulai melemahkan sang mayor jenderal.Jonas tidak gentar. Dia mengaktifkan teknik bela diri Harimau Lembah yang menjadi kebanggaan Kostrad.Membawa serangan cepat, dia melancarkan pukulan dan tendangan yang ditujukan ke titik vital Jek Jon.Namun, Jek Jon memblokir setiap serangan dengan mudah, menggunakan teknik Cengkraman Naga Hitam untuk menangkap pergelangan tangan Jonas dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan kecil.Jonas meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah. Dengan lompata
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Jay M
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait