“Akhirnya kita bisa terbebas.” Jay terkekeh setelahnya. Lalu dia menghubungi Baskara, “Hapus jejak mobilku dari data Arcapada.” Kemudian, dia menyudahi teleponnya.Mobilnya melaju mulus di sepanjang jalan tol, meskipun medan di sekitar penuh puing dan asap dari kendaraan yang telah dihancurkan.Permukaan mobil sama sekali tak tergores, seolah-olah pertempuran tadi hanya ilusi. Semua itu berkat energi kanuragan Jay yang menciptakan perisai tak kasatmata, melindungi mereka dari segala ancaman.Namun, di balik ketenangan wajahnya, Jay merasakan beban yang cukup besar. Menggunakan energi kanuragan untuk melindungi benda mati seperti mobil memerlukan konsentrasi dan tenaga ekstra, jauh lebih besar daripada menghadapi musuh secara langsung.Jay memandang Zafia, yang duduk di sampingnya. Senyum sang istri memberikan Jay dorongan semangat. Baginya, memastikan keselamatan mereka semua, terutama Zafia, lebih penting daripada menghemat energi.“Gimana keadaanmu?” tanya Zafia lembut.Jay mengangg
Kalimat itu terputus saat Rabbit bergerak lebih cepat dari kedipan mata. Dengan satu gerakan, dia menjatuhkan dua orang pertama. Tubuh mereka terlempar ke belakang, menghantam meja. Klub menjadi kacau.“Kamu ingin bicara apa tadi?” sindir Rabbit sambil menatap tajam ke orang yang sudah terkapar di lantai.Arman memerintahkan lebih banyak anak buahnya untuk menyerang, tetapi Jay melangkah maju. Dengan sedikit sentuhan energi kanuragannya, dia menahan serangan mereka dengan mudah.Setiap pukulan atau tendangan yang diarahkan padanya tak pernah menyentuh kulitnya—Jay menghindar dengan gerakan lincah dan mematikan.Zafia tetap duduk di kursi VIP, tenang, menatap Vanya. “Kamu seharusnya nggak meremehkan Jay.”Vanya menggigit bibir, tahu bahwa rencana ini gagal total. Dia mencoba melarikan diri, tetapi Rabbit sudah berdiri di depannya. “Mau ke mana?” tanya Rabbit dengan nada dingin.Jay mendekat, menatap Vanya. “Kamu pikir bisa bermain-main sama aku, Van?”Vanya terdiam, ketakutan mulai mer
“Hah? Teman kerjaku dulu?” Vanya melirik ke ibunya yang masuk ke kamarnya. Kamar yang mulai berbau tak sedap.Tubuh Vanya sudah mulai terkikis, tak ada lagi gurat kecantikan memesona dengan tubuh indah. Semua hilang dan menyisakan aura kelabu saja.“Suruh mereka pergi, Ma! Aku nggak mau ketemu siapa-siapa!” seru Vanya sambil setengah berteriak. Dia sangat malu dengan kondisinya saat ini.“Tapi, Sayang ….” Bonita menatap sedih putri kebanggaannya.Di rumah sederhana yang kini terasa seperti penjara, Vanya mengurung diri. Dia menolak bertemu siapa pun, bahkan menolak pengobatan lebih lanjut. Hidupnya hanya menunggu ajal.Dalam kesendirian, Vanya sering menangis, menyesali keputusan-keputusan yang pernah dia ambil. Tetapi penyesalan itu datang terlambat. Dia tahu, apa pun yang terjadi, hidupnya sudah berakhir.Sementara itu, di sisi lain Jatayu, Jay semakin menunjukkan kekuasaannya. Dengan cermat, dia mengonsolidasikan kekuatan melalui Arcapada, Supreme NeoTech, dan koneksi yang telah di
“Lakukan seperti yang sudah aku rancangkan!” perintah Jay pada semua kepala divisi PhantomClaw. “Tak usah gentar!”Setiap tantangan dihadapi Jay dengan kecerdasan dan keberanian, memastikan bahwa dirinya tetap menjadi sosok yang tak tergantikan di balik layar kekuasaan kota.“Kita bertempur secara bawah tanah dulu untuk saat ini.”Jay tidak pernah bergerak secara langsung. Segala sesuatu yang dia lakukan harus tersembunyi, rapi, dan tak meninggalkan jejak yang dapat dilacak.“Untuk mendanai kampanye Darmawan Prasetyo, aku akan mendirikan sejumlah perusahaan cangkang dengan berbagai nama dan identitas palsu. Arunika, persiapkan pihak-pihak yang berkaitan dengan itu.” Jay memberikan perintah ke wakilnya.“Baik, Bos!” Arunika mengangguk paham.Perusahaan-perusahaan cangkang yang dimaksudkan oleh Jay, bergerak di bidang yang berbeda—mulai dari teknologi hingga real estat—semuanya tampak sah di permukaan.Dana besar mengalir ke rekening tim kampanye Darmawan dari perusahaan-perusahaan ters
“Selamat untuk terpilihnya Anda sebagai Gubernur Jatayu, Pak Darmawan.” Jay memberikan ucapan selamat pada bonekanya.Darmawan mengangguk, agak canggung diberi ucapan selamat oleh orang yang telah membantunya sampai ke puncak kekuasaan Jatayu.“Terima kasih, Pak Jay. Ini semua bisa terjadi atas kebaikan Bapak yang luar biasa pada saya.” Darmawan menundukkan kepala beserta punggungnya ke orang yang lebih muda darinya.Tapi itu sebanding dengan jabatan dan kuasa yang dia genggam saat ini.Melihat sikap patuh Darmawan, senyum iblis Jay mengembang tersamar.Setelah pelantikan Darmawan sebagai gubernur, Jay semakin memperkuat pengaruhnya di pemerintahan kota.Semua kebijakan penting harus melalui persetujuan Jay, meskipun namanya tidak pernah muncul secara langsung.Darmawan menjalankan tugasnya sesuai arahan Jay, tetapi dia tahu bahwa hidupnya berada di bawah kendali penuh pria itu.“Pastikan dia tetap di jalur,” ujar Jay kepada Arunika suatu malam.Erlangga mengangguk. “Kami akan terus m
“Jadi, kamu tidak keberatan aku memiliki fans?” Zafia menanyakannya sekali lagi.Jay menatap istri yang paling memesona di dunia ini dan tersenyum.“Tentu aja nggak keberatan. Memangnya aku perlu ketakutan jika itu hanyalah fans?” sahut Jay sambil mempererat pelukannya ke pinggang istrinya.Bagi Jay, seorang pria harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi agar dia tidak perlu merasa insecure atau pun takut pasangannya lepas darinya. Selama seorang pria mampu membuat wanita nyaman bersamanya, maka tak ada yang perlu dicemaskan.“Ha ha ha, begitu ya?”Zafia semakin tertawa renyah, mereka berdansa hingga puas, di bawah tatapan kagum orang-orang sekitar yang terpukau akan keserasian mereka.“Lihat, mereka sebenarnya sangat serasi, bukan? Si cantik dan si tampan sukses. Apakah mereka berpacaran?” Ada seorang pengusaha wanita memerhatikan Jay dan Zafia yang berdansa indah dan harmonis.“Entahlah. Setiap mereka bertemu di sebuah acara, mereka seperti orang yang saling menggoda satu sama lai
“Oh, apakah ada alasan khusus sehingga aku harus melepas Jay Mahawira dari genggamanku?” tanya King Jek Jon pada Reno.Matanya mengerling tajam ke pemuda blasteran itu. Sama sekali tidak melepaskan pandangan dari Reno.“Tidak, tidak ada alasan khusus mengenai itu, Tuan Jek Jon.” Reno menjawab. “Hanya saja, saya tidak melihat adanya kemampuan Jay Mahawira untuk menjadi orang yang Anda andalkan.”Reno mencoba menekan kegugupannya, tidak mengira kalau King Jek Jon memiliki aura penindasan yang besar dan susah dia abaikan.Jay dalam penyamarannya sebagai King Jek Jon pun mendengus geli akan kata-kata berani dari Reno.Kalau Reno mengetahui siapa yang sebenarnya berada di dalam topeng, dia pasti akan mati berdiri. Bahkan mungkin Reno akan berlari sambil melipat ekornya di antara dua kakinya.“Pfftt!” Jay mendengus. “Ada atau tidak adanya kemampuan dia, itu tentunya bukan urusan dari kamu, bukan?”Mata Jay berkilat menatap lurus ke Reno, dan itu membuat Reno benar-benar terintimidasi. Pemud
“Jika tidak ….”Jay membiarkan kalimat itu menggantung di udara, tetapi ancamannya lebih jelas daripada kata-kata apa pun.Darmawan, entah kenapa, hanya bisa menelan salivanya sambil berharap dirinya tidak melakukan kesalahan satu pun agar tidak mendapatkan tindakan mengerikan dari Jay.* * *Dalam beberapa bulan setelah dilantik, Darmawan dengan cermat menjalankan arahan Jay. Kebijakan baru yang menguntungkan perusahaan Jay diluncurkan satu per satu.Proyek infrastruktur besar dialokasikan kepada kontraktor yang merupakan bagian dari jaringan Jay, memastikan keuntungan besar masuk ke kantongnya.Di sisi lain, media yang dikendalikan Jay bekerja keras membangun citra Darmawan sebagai gubernur yang progresif dan pro-rakyat.Setiap proyek baru mendapat liputan positif, menciptakan ilusi bahwa kota Jatayu sedang bangkit di bawah kepemimpinannya. Namun, mereka yang berada di lingkaran dalam tahu kebenaran yang sesungguhnya.Di ruangan rapat yang sama, beberapa bulan setelah pertemuan awal
* * *Ketika pesta yang dinantikan tiba, semua mata tertuju pada pasangan yang tengah menjadi pusat perhatian.Jay tampil memukau dalam setelan jas hitam klasik dengan aksen emas di bagian kerah, yang dirancang khusus oleh perancang busana ternama dunia. Rambutnya disisir rapi ke belakang, memancarkan aura karisma dan kekuasaan.Zafia, di sisi lain, terlihat seperti dewi. Gaun pengantinnya, rancangan desainer haute couture terkenal dari kota mode internasional, Parisiane, terbuat dari bahan sutra putih yang dihiasi kristal Swarovski.Sebuah jubah panjang dengan bordir emas mengalir di belakangnya, membuatnya tampak seperti ratu sejati. Tiara berlian bertengger di kepalanya, melengkapi penampilannya yang elegan dan memesona.“Astaga! Mereka keren banget!” seru salah satu tamu undangan.“Duhai! Aku yakin baju mereka bukan barang sepele.” Tamu lain berdesis saat melihat Jay dan Zafia.“Mana ada barang sepele di sekitar pengusaha muda dan sukses yang kekayaan bersihnya dikatakan mencapai
“Terima kasih, suamiku.” Di samping Jay, Zafia tersenyum ketika tatapan mereka saling bertaut mesra.“Hah? Jadi … selama ini Kak Fia udah menikah?” Tiba-tiba muncul Feinata di ruang tamu.Gadis itu mendekat dengan wajah terkejutnya.“Maaf kalau kamu baru tau ini sekarang, Fei.” Zafia meraih adiknya untuk dia rangkul.Saat Feinata hendak menyahut, terdengar bunyi bel pagar depan.“Ah! Itu pasti si bodoh itu!” Feinata melepaskan rangkulan kakaknya dan berlari ke depan untuk membukakan pagar.Tak berapa lama, Feinata kembali masuk ke dalam sambil membawa pria muda. Jay tersenyum karena sangat mengenali pemuda itu. Radeva.“Permisi, Tante dan Om.” Radeva menyapa pasangan Narendra. “Oh, Kak Fia dan Bang Jay juga.” Dia tidak melupakan pasangan muda di sana.“Heh, kamu tau,” Feinata menepuk keras lengan Radeva dan berkata, “Kak Fia dan Bang Jay udah menikah! Kamu kapan ngelamar aku?”“Fei!” Ibunya langsung menegur putri bungsunya yang terlalu frontal ketika bertutur. “Kamu ini perempuan, loh
“Fu fu fu ….” Jay terkekeh santai.Dia duduk di kursi kulit hitamnya yang megah, di ruang kerja yang memancarkan kemewahan modern.Sambil memegang cangkir teh herbal yang baru saja dituangkan oleh Atin, wajahnya tetap tenang, dengan sedikit senyum penuh keyakinan yang hanya dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.“Aku tidak bermain, Pak,” kata Jay dengan suara datar namun penuh makna. “Aku hanya memastikan papan catur tetap di bawah kendaliku. Apa gunanya menjadi raja jika kamu tidak bisa mengontrol bidak-bidakmu?”Atin tersenyum tipis, mengakui kecerdikan bosnya. “Kamu bahkan mengalahkan mereka yang mencoba mengaitkanmu dengan PhantomClaw. Kini publik melihatmu sebagai pahlawan teknologi Astronesia.”Jay menyesap tehnya perlahan, matanya menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Jatayu yang gemerlap di malam hari.Kota itu, dengan segala kesibukannya, kini terasa seperti berada di telapak tangannya.Seiring waktu, NeoTech, perusahaan teknologi milik Jay, menjadi binta
Jonas mencoba mempertahankan argumennya. “Jenderal, saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jay. Keberadaannya di Jorgandia bisa saja ....”“Cukup!” potong Hambali dengan nada keras, membuat Jonas terdiam. “Fakta menunjukkan bahwa Jay Mahawira berada di Jorgandia, bekerja sama dengan ilmuwan internasional untuk sesuatu yang sangat penting bagi masa depan dunia. Dan sementara itu, Anda menyebarkan tuduhan bahwa dia adalah seorang kriminal yang memimpin organisasi bawah tanah. Apa yang Anda harapkan? Bahwa publik akan percaya omong kosong ini tanpa bukti yang jelas?”Jonas berusaha keras menyusun pembelaan. “Saya memiliki informasi dari Bruno sebelum dia mati, dan saya yakin itu valid. Jay—”“Bruno adalah kriminal yang bermain di dua sisi!” bentak Hambali. “Dan sekarang Anda ingin membangun seluruh argumenmu berdasarkan kata-kata seorang pengkhianat?”“Pak Jonas,&rdqu
“Jangan harap kamu bisa sewenang-wenang, Jek Jon!” seru Jonas.Pertarungan semakin sengit. Jonas menggunakan teknik Cakar Garuda, sebuah gaya bertarung yang memadukan kekuatan fisik dengan gerakan cepat.Dengan teknik itu, dia berhasil meloloskan dirinya dari cengkeraman Jek Jon.Namun, Jek Jon memiliki keunggulan dalam pengalaman dan teknik kanuragan tingkat tinggi.Dengan gerakan Langkah Naga Terbang, dia mengelak dari setiap serangan Jonas sambil melancarkan pukulan dan tendangan presisi yang mulai melemahkan sang mayor jenderal.Jonas tidak gentar. Dia mengaktifkan teknik bela diri Harimau Lembah yang menjadi kebanggaan Kostrad.Membawa serangan cepat, dia melancarkan pukulan dan tendangan yang ditujukan ke titik vital Jek Jon.Namun, Jek Jon memblokir setiap serangan dengan mudah, menggunakan teknik Cengkraman Naga Hitam untuk menangkap pergelangan tangan Jonas dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan kecil.Jonas meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah. Dengan lompata
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Jay M
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait