“Jek, kamu … ingin ikut pertarungan Pemilihan Gubernur Jatayu?” tanya Atin dengan kedua alis terangkat tinggi.Dia tidak mengira Jay akan memiliki ambisi sebagai salah satu petinggi di Jatayu. Yah, itu bukan hal yang buruk, tentu saja.Dengan Jay menjadi gubernur Jatayu, bukankah akan ada banyak hal yang lebih mudah bagi mereka di kemudian hari?“Ya, Pak. Aku berencana seperti itu.” Jay mengangguk sambil menoleh ke Atin di dekatnya. “Bagaimana menurutmu, Pak?”Setelah itu, Jay menopang dagunya menggunakan kedua punggung tangan membentuk sudut siku-siku, lalu senyum iblisnya muncul.Akan sangat menarik apabila Jay ikut terjun dalam pemilihan gubernur Jatayu kali ini. Seorang pengusaha muda yang sukses merintis karir dari nol, tentu saja akan sangat dinantikan aksinya dalam persaingan antar calon gubernur.“Aku pasti mendukung keputusanmu, Jek. Lagipula, kita akan banyak diuntungkan apabila kamu berhasil memenangkan dirimu di pemilihan gubernur Jatayu nantinya.” Atin memberikan pendapat
“Kamu beneran Deri, kan?” tanya Jay sekali lagi sambil membuka mantel panjangnya untuk diberikan ke Erlangga yang menyertainya sebagai pengemudi.Deri mengangkat wajah kuyunya dan pandangannya bertemu dengan Jay. Dia tentu mengenali Jay sebagai mantan suami Vanya, orang yang pernah dia hina.“Kayaknya sih emang Bos Deri,” sindir halus Jay.Jay memandang Deri yang hanya berpakaian lusuh dan wajah penuh kelelahan. Tatapan mereka bertemu untuk kedua kalinya sebelum Deri menundukkan kepala lagi, tak sanggup menahan rasa malu.Sosok yang dulu begitu sombong kini berada di titik terendah dalam hidupnya, dan di hadapannya berdiri pria yang pernah dia hina tanpa ampun.“Erlangga,” Jay menoleh ke orang kepercayaannya, “ambilkan uang dari mobil.”Erlangga mengangguk tanpa kata, berjalan ke mobil dan kembali dengan segepok uang.Jay menerima uang itu dan berjalan mendekati Deri. Dia menjatuhkan uang tersebut di depan Deri tanpa nada mengejek dalam suaranya, tetapi setiap kata yang dia ucapkan ba
“Mereka harus diberi sedikit guncangan, agar sadar bahwa mereka bukan yang paling kuasa di dunia ini.” Jay menyeringai.Di balik layar, Jay tersenyum puas. Bersama tim keuangannya di Supreme NeoTech, dia telah menyebarkan rumor tentang kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar.Berita palsu tentang skandal korupsi, laporan keuangan yang dimanipulasi, dan krisis manajemen membuat para investor panik.Saham dijual besar-besaran, menciptakan peluang emas bagi Jay.“Eksekusi short selling berhasil, Bos! Mereka tidak akan bisa bangkit dalam waktu dekat,” lapor Erlangga, matanya berbinar puas.Jay mengangguk. “Saat mereka sibuk menyelamatkan diri, kita akan mengambil alih satu per satu. Mulai dari perusahaan teknologi kecil, hingga pilar-pilar ekonomi kota ini.”Supreme NeoTech, dengan dana melimpah dan jaringan luas, diam-diam membeli saham perusahaan-perusahaan yang sedang bangkrut.Mereka mengambil alih aset berharga dengan harga jauh di bawah nilai pasar. Beberapa perusahaan besar sepert
“Ah … indahnya ketika tanganku bisa menggenggam apa yang aku ingin.” desah Jay sembari menjulurkan tangan ke depan dan membuat gerakan meremas pelan penuh penghayatan.Di dalam kantor pusat Supreme NeoTech, Jay berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke kota Jatayu. Gedung pencakar langit dan lampu-lampu kota yang berkilauan di malam hari menyimpan kisah tentang krisis yang baru saja dia ciptakan.Jay mengangkat segelas anggur merah, menatap cairan itu dengan senyum tipis."Semua berjalan sesuai rencana," gumamnya.Atin, Rabbit, Arunika, dan Restu berada di ruangan yang sama, memantau situasi terbaru melalui layar besar yang menampilkan berita dan data ekonomi.Laporan menunjukkan tingkat pengangguran melonjak tajam, sementara perusahaan-perusahaan kecil dan menengah berguguran satu per satu."Bos, perusahaan-perusahaan yang kita akuisisi dalam krisis ini tidak akan lama menjadi aset mati. Banyak yang kehilangan kepercayaan terhadap sistem," kata Restu, sedikit khawatir.Jay men
“Istriku, sepertinya aku butuh semangat darimu.” Jay semakin menyentuh tubuh Zafia dan semakin menginginkan lebih banyak lagi dari sang istri.Cukup menggunakan waktu 5 menit untuk Jay melucuti pakaian mereka berdua dan menggila di ruang kerja Jay.Malam itu, semesta sedang memberikan restunya pada mereka untuk memenuhi alam dengan desahan dan lenguhan satu sama lain hingga mendaki ke puncak asmara.* * *Di tengah krisis yang melanda Jatayu, Jay bergerak dengan cepat dan terorganisir. Dia tau, inilah saatnya mengubah persepsi publik. Dengan langkah strategis, dia memposisikan dirinya sebagai penyelamat kota.Di Balai Kota Jatayu, Walikota Hendrik Wijaya menggelar pertemuan dengan pejabat-pejabat penting dan pengusaha lokal.Wajah-wajah yang hadir menunjukkan keputusasaan, namun ada secercah harapan ketika Jay dan tim Supreme NeoTech memasuki ruangan.“Terima kasih atas kedatangan Anda, Tuan Jay,” kata Hendrik dengan nada lelah. “Kami butuh solusi nyata untuk menyelamatkan Jatayu.”Ja
“Setelah berhasil memulihkan sebagian kepercayaan publik, aku ingin melangkah lebih jauh.” Jay berkata ketika ada Atin, Rabbit, Elangga dan Baskara di ruangannya.Dia tahu, kekuatan sesungguhnya terletak di balik layar, dan akses penuh ke infrastruktur serta proyek pemerintah adalah kunci untuk mengukuhkan supremasi Supreme NeoTech.Sementara esok paginya, di kantor Walikota Hendrik Wijaya, suasana tegang namun penuh harapan. Hendrik duduk di kursinya, memandangi proposal yang diajukan Jay. Sejumlah pejabat penting turut hadir, termasuk kepala dinas keuangan dan pembangunan kota.“Proposal Anda ambisius, Tuan Jay. Tapi kami membutuhkan jaminan bahwa ini akan menguntungkan kota,” ujar Hendrik dengan tatapan tajam.Jay tersenyum, menggeser dokumen lain ke meja Hendrik. “Keuntungan itu pasti, Pak Walikota. Selain meningkatkan infrastruktur, proyek ini juga akan membuka ribuan lapangan kerja baru. NeoTech memiliki teknologi dan sumber daya yang diperlukan.”Seorang pejabat berbisik ke tel
“Apa yang akan kamu lakukan setelah krisis perlahan mereda begini, Jek?” tanya Atin di suatu sore.Jay mengungkap langkah selanjutnya, “Membangun citra publik yang tak terbantahkan.”Dia memahami bahwa kekuasaan sejati tak hanya terletak pada kontrol ekonomi, tetapi juga pada hati dan pikiran masyarakat Jatayu.Oleh karena itu, Jay memulai dengan mendirikan beberapa yayasan amal di bawah naungan Supreme NeoTech.“Aku ingin yayasan tersebut berfokus pada bantuan untuk anak yatim piatu dan lansia yang terlantar. Pusat-pusat komunitas baru harus bermunculan di berbagai sudut kota, menawarkan layanan gratis seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan pelatihan keterampilan kerja.” Jay menjabakan pemikirannya.Setiap kali ada pembukaan yayasan baru, Jay hadir secara langsung, memotong pita merah dengan senyum ramahnya yang khas.Media tak pernah absen meliput setiap langkahnya. “Kita semua bertanggung jawab atas masa depan Jatayu. Saya hanya melakukan bagian saya,” katanya dalam salah sat
Jay terus memperluas cengkeramannya, tidak hanya di ranah sosial tetapi juga di pemerintahan.“Jadi, Pak Jay, Anda benar-benar ingin proyek Arcapada bisa dilakukan di seluruh Astronesia? Bukankah ini terkesan seperti proyek ambisius Anda?” tanya salah satu wartawan.“Saya pikir jika ini merupakan ambisius positif untuk memberikan yang terbaik bagi negara, apa salahnya? Bukankah sudah sepantasnya apabila warga negara Astronesia melakukan pengabdiannya untuk tanah airnya?” jawab Jay ke wartawan tersebut.Setiap sore, setelah menerima pertanyaan wartawan dan media, serta peluncuran program sosial baru, dia mengatur pertemuan dengan pejabat kota di restoran mewah atau ruang pertemuan eksklusif.Walikota Hendrik Wijaya menjadi tamu utamanya. Obrolan santai tentang masa depan Jatayu dengan cepat beralih menjadi diskusi serius tentang kontrak infrastruktur dan proyek-proyek besar yang dikendalikan pemerintah."Proyek revitalisasi distrik lama ini adalah peluang besar," kata Jay suatu malam,
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Ja
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait
"Hm, lakukan evakuasi seperti biasa." Jay berbicara sambil berjalan ke arah belakang gedung NeoTech. Tidak lupa dia masuk ke ruangan khusus yang bisa menghilangkan bau dan aroma. Benar-benar ruangan steril yang dia bangun khusus untuk insiden semacam ini. Setelah itu, melalui jalan rahasia di balik dinding dapur, dia meluncur menggunakan golf car menuju kediamannya. "Jay." Muncul sosok Zafia, menunggu Jay keluar dari pintu rahasia di kediamannya, di ruang gudang bersih mansionnya.Jay bertatapan dengan istrinya. Dia sadar ada banyak hal yang harus dia ungkapkan ke Zafia. "Pastinya ada banyak hal yang perlu kamu katakan ke aku, ya kan Jay?" Zafia menatap lurus ke suaminya dengan dua lengan terlipat di depan dada. Dari kalimat itu saja Jay sudah mengerti bahwa sang istri telah mengetahui jati dirinya sebagai King Jek Jon. Bahkan Zafia bisa menemukan pintu rahasia di mansion. Tapi, mungkinkah Zafia mengetahui siapa dia dari investigasi Darius Wu? "Fi, sayang, nanti kita bicarakan
Sementara itu ….Di apartemennya yang sederhana, Darius Wu sedang memeriksa dokumen tambahan ketika layar laptopnya tiba-tiba menampilkan pesan aneh.Pesan itu sederhana namun membuat darahnya membeku:“Kamu sudah terlalu jauh, Darius. Dunia gelap tidak mentolerir pahlawan.”Setelah itu, muncul gambar berikutnya di layar dia. Gambar yang menampilkan anak tidak sah Darius, yang selama ini dia sembunyikan sangat rapat dari publik. Anak yang selama ini menjadi satu-satunya ketika istri sah Darius divonis tidak subur oleh dokter tapi sang istri menolak keras pada poligami.Jika anak itu ditemukan istri sahnya, bisa dipastikan anak itu dalam bahaya. Namun, kini PhantomClaw juga sudah mengendus keberadaan si anak yang sudah Darius simpan sangat rapat.Bukankah anak itu sama saja dalam situasi bahaya?Darius tersentak, matanya menyapu sekeliling ruangan. Ketika dia bangkit dari kursinya, suara langkah kaki terdengar dari lorong luar.Pintu apartemennya dihantam keras, membuat Darius panik. D
Jay terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Aku melindungi kotaku. Itu aja.” Setelahnya, dia memulaskan senyumannya.Tanpa menunggu jawaban Lina, Jay berjalan pergi bersama pasukannya, meninggalkan wartawati itu dengan banyak pertanyaan yang menggantung di pikirannya.* * *Langit Jatayu malam itu dihiasi sorotan lampu helikopter yang memecah gelap. Suara sirene meraung di berbagai sudut kota.Di layar-layar televisi dan media sosial, wajah Jay, CEO karismatik Supreme Group, terpampang di samping nama yang selama ini hanya terdengar dalam bisik-bisik gelap: King Jek Jon.Berita itu meledak seperti bom waktu. Detektif swasta bernama Darius Wu, seorang pria paruh baya dengan reputasi tanpa cela, baru saja mengungkapkan temuannya ke publik.“Bukti-bukti tak terbantahkan—rekaman pertemuan rahasia, transaksi gelap, dan koneksi organisasi bawah tanah—semua mengarah pada satu kesimpulan: Jay adalah sosok di balik kekaisaran kriminal yang mengendalikan bayangan Jatayu.” Seorang pembawa berita s
“Anda sangat berbeda dari yang dulu saya kenal.” Lina menyambung.Dia bahkan menekan perasaan rindunya akan sosok terpuji Jay dan tetap fokus pada misi kedatangannya. Menurutnya, Jay masih bisa diselamatkan.Jay bersandar di kursinya, jemarinya menyentuh dagu. “Lina, dunia ini bukan hitam dan putih. Terkadang, untuk mencapai sesuatu yang lebih besar, kita harus berani melangkah di area abu-abu. Apa kamu berpikir Jatayu bisa jadi kayak sekarang tanpa pengorbanan?”Pria itu tau dengan jelas bagaimana perasaan Lina terhadapnya, dan dia mengucap salut di dalam hati atas profesionalitas Lina.“Pengorbanan siapa?” Lina menyergah. “Orang-orang biasa yang harus menanggung risiko karena permainan Anda? Atau pejabat-pejabat yang Anda tekan hingga mereka tidak punya pilihan?”Lina terkadang tak ingin percaya, bahwa pria yang dia kagumi atas keberanian, patriotisme, dan kebaikan kemanusiaannya … kini seperti monster. Atau dia saja yang tak tau bahwa selama ini Jay memang monster?Jay menatap Lina
"Nggak ada pilihan lain," jawab salah satu dari mereka dengan putus asa. "Dia tau terlalu banyak. Dia bisa menghancurkan keluarga kita tanpa menyentuh kita langsung."Di markasnya, Jay menerima laporan dari Erlangga. Wajahnya tetap tenang, hanya sedikit senyum terlukis di bibirnya."Mereka menyerah?" tanya Jay, nadanya datar namun penuh wibawa.Erlangga mengangguk. "Semua target sudah menunjukkan tanda-tanda surut. Beberapa bahkan sudah mengirimkan utusan untuk berdamai."Jay menyandarkan tubuhnya ke kursi, memutar gelas anggur di tangannya."Pfftt!” Jay mendengus geli. “Mereka membuatnya terlalu mudah. Ketakutan memang alat yang paling kuat, Erlangga. Nggak perlu darah, nggak perlu kekerasan. Hanya sedikit sentuhan, dan mereka langsung runtuh."Dia memandang keluar jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota Jatayu di malam hari."Biarkan mereka tetap di tempatnya. Kita nggak butuh mereka lenyap. Kita hanya butuh mereka untuk menjadi peringatan hidup bagi siapa aja yang mencoba m