“Fi, akan aku buat kamu menjadi wanita paling bahagia karena cinta.” Jay menggenggam tangan Zafia.Keduanya saling bertukar senyum.Ketika Jay dan Zafia sedang menikmati kegembiraan mereka karena akan melangkah ke tahap yang lebih serius, di tempat lain ada Vanya yang justru terpuruk.“Sayang, tolong jangan begini. Sayang, aku … aku cinta banget ke kamu, melebihi siapa pun!” Vanya mengiba ke pria yang selama ini menjadi sugar daddy-nya, Deri.Dia rela menjatuhkan lutut untuk memeluk kaki Deri, pria paruh baya yang menjadi penyebab dia bercerai dengan Jay.Padahal baru saja mereka kembali berhubungan setelah sempat putus beberapa bulan lalu.“Udahlah! Kamu nggak usah lagi panggil sayang-sayang ke aku!” Deri terlihat kusut dan kacau. “Mendingan kita bubar aja!”Perusahaannya, MekaPrima Tech merugi sampai menyentuh nominal Rp1 triliun. Dia sedang pusing tak terkira memikirkan masa depan perusahaannya. Tak akan terpikirkan olehnya bahwa kerugian besar perusahaannya dikarenakan oleh Jay.“
‘Itu emang yang aku tunggu!’ jerit batin Vanya. ‘Deri bajingan! Aku nggak butuh kamu lagi!’Maka, Vanya berlagak jalan tertatih sambil dipapah oleh kedua pria tersebut menuju ke apartemen salah satu dari mereka.“Pak Alvian, saya terus ke kantor dulu, yah!” pamit salah satunya.“Oh? Yakin, Pak Rendi?” tanya bos, empunya apartemen.Rendi mengangguk dan berpamitan pada Vanya. Maka, kini hanya tinggal dua orang saja: Alvian dan Vanya.Dibantu duduk di salah satu sofa ruang tengah, Vanya diolesi obat oleh Alvian.“Awh! Perih ….” Vanya mengeluarkan suara manjanya.Alvian merasa bersalah dan dengan refleks meniup-niup lutut Vanya.“Umhh … enak, Pak.” Vanya tersenyum senang.Melihat itu, Alvian meringis lega.“Kayaknya pergelangan kakiku yang kiri agak keseleo juga, Pak. Ada obat untuk itu? Minimal balsam atau minyak urut.” Vanya meneruskan ke alur berikutnya dari jurus jeratannya.“Oh, iya, ada! Tunggu bentar.” Alvian bangkit dari duduk dan pergi mengambil minyak oles.Setelah itu, dia kemb
Siang itu di penjara Albis—tempat para narapidana kelas kakap dan penjahat berbahaya ditempatkan, seorang pria berada di Ruang Pembebasan setelah selesai melakukan pemeriksaan medis di Ruang Kesehatan.“Apakah ini sudah semuanya?” Suara bariton keluar dari narapidana yang hari itu dibebaskan, lebih cepat dari tuntutan 5 tahun yang seharusnya, dikarenakan berkelakuan baik dan mendapatkan remisi.Dia merupakan sosok pria setinggi 187 cm yang bertubuh atletis meski tidak memiliki massa otot berlebihan. Wajahnya memiliki gurat ketampanan maskulin dengan kulit warna cokelat terang. Rambut lurus sepanjang tengkuknya tertata asal-asalan. Mata tajamnya selaras dengan aura wibawa dan juga berbahaya yang menguar darinya.“Sudah, Jay.” Sipir penjara menjawab.Kemudian, Jay melangkah keluar setelah berganti pakaian ke baju kasual dan pergi dengan perahu motor yang akan membawanya keluar pulau.Penjara Albis terletak di Pulau Kaswatu, pulau khusus di Negara Astronesia untuk bangunan penjara terbes
Jay menghela napas. Seharusnya dia sudah menduga akan seperti ini reaksi dari mertuanya. “Ma, aku bebas lebih cepat dari pen—““Ah, udah! Nggak usah banyak bacot nggak guna! Mendingan kamu pergi aja daripada aku mual setiap melihat wajahmu! Dasar pembawa sial!” maki Bonita ke Jay.Jay masih bersabar karena memandang Bonita adalah ibu mertuanya. Dia cepat memahami kenapa Bonita memotong ucapannya, karena tak ingin tetangga sekitar mengetahui dia sebagai mantan narapidana.“Ma, mana Vanya?” Jay menanyakan istrinya.Bukannya langsung menjawab, Bonita justru melotot lebih galak dan kedua tangan berada di pinggang.“Masih punya muka menanyakan putri berhargaku? Dia susah payah bekerja jadi karyawan biasa di perusahaan orang lain gara-gara punya suami nggak becus sepertimu!” omel Bonita.Jay merenung sejenak. Dia menyesal karena terlalu sibuk melakukan banyak misi untuk PhantomClaw sampai mengabaikan istrinya yang kini sepertinya menderita. Mau bagaimana lagi?Dia bertemu dengan Hagar—pemim
“Vanya, hei!” seru Jay dengan emosi yang berusaha dia tahan sekuat mungkin.Tidak pernah terkira dalam imaji liarnya sekalipun bahwa istrinya—Vanya, merupakan si wanita dalam aktivitas ‘mobil goyang’ yang bagi Jay sangat memalukan jika menilik dari mewahnya mobil tersebut.Menarik napas panjang, Jay mengetuk kaca jendela agar Vanya yang saat itu sedang bergerak aktif di atas tubuh seorang pria seumuran ayahnya, mau berhenti. “Vanya! Vanya!”Namun, bukannya Vanya terlihat malu karena terpergok olehnya dalam situasi yang sangat memalukan, wanita itu justru menurunkan setengah dari kaca jendela tanpa sungkan. Padahal penampilannya sudah kacau meski tidak telanjang bulat.“Apa sih, Jay?!” bentak Vanya tanpa takut, justru matanya mendelik karena kesenangannya diganggu.Ketika pria di bawah Vanya hendak berpindah posisi, Vanya justru mencegah.“Kenapa kamu di sini dan … dan melakukan hal gini?” Jay sampai tak sanggup mengucapkan hal apa yang sedang dilakukan istrinya.Hati Jay terluka begit
“Pak Atin, kumpulkan informasi rahasia mengenai para elit di Kota Jatayu.” Jay mengucapkannya di suatu pagi.Atin yang menjadi penasihatnya sedikit terkejut.“Apakah ada yang ingin kamu hancurkan, Jek?”Atin bukannya meragukan kemampuan Jay, hanya ingin memastikan tekad pria itu saja.“Ya, beberapa.” Suara Jay terdengar santai.Sesekali dia akan menyeruput kopi hitamnya yang pahit sembari asap membelai ujung hidungnya.“Apakah ini berkaitan dengan perceraianmu dengan putri keluarga Sagara?” tanya Atin, langsung ke sasaran.Sebagai orang yang melatih ilmu medis tradisional dan ilmu kanuragan ke Jay sejak pemuda itu direkrut PhantomClaw, Atin leluasa bicara seperti ayah ke anaknya. Dan Jay tidak keberatan.“Sebagiannya begitu. Dan sebagian lainnya karena rencanaku berikutnya.” Jay melirik Atin. “Aku mengandalkanmu, Pak!”Atin mengangguk dan keluar dari ruang pribadi Jay.Esoknya, Atin menemui Jay bersama empat panglima organisasinya.“Aku ingin kalian memilih anak buah kalian yang pandai
Mendengar teriakan seorang wanita, secara otomatis Jay berlari ke sumber suara.“Hei!” Jay meneriaki sekumpulan preman berjumlah mencapai 11 orang.Mereka semua menoleh ke Jay yang ada di ujung gang.“Bung, jangan ikut campur!” Salah satu preman bertubuh besar berujar ke Jay.Seorang wanita muda berpakaian setelan blazer merah dan celana panjang hitam sederhana namun elegan sedang dikepung 11 preman. Meski begitu, sikapnya masih terlihat tenang dan ini cukup menggelitik benak Jay.Dia tadi melihat wanita itu dengan cekatan menghindari serangan para preman, menunjukkan kemampuan bela diri. Namun, jumlah preman yang terlalu banyak mulai memojokkannya.“Kalian nggak malu keroyokan mengganggu satu wanita kayak gitu?” Jay terus mendekat.“Mau jadi pahlawan, Bro?” teriak preman lainnya dengan tatapan sengit ke Jay.Tanpa pikir panjang, Jay melemparkan karungnya ke samping dan bergegas ke kerumunan itu. Satu tendangan lompatannya mengakibatkan seorang preman terpental dengan cepat, sehingga
“Supreme NeoTech. Gimana menurut Bapak? Namanya keren, kan? Dan terdengar gahar.”Jay memulaskan senyuman pada wajah tampannya yang dingin.Atin mengangguk-angguk sembari tersenyum setuju. “Aku percaya apa pun yang menjadi pemikiranmu. Hanya saja, tetaplah waspada dan berhati-hati atas semua ancaman dari berbagai arah. Kau mewarisi organisasi besar yang punya banyak rival. Mereka tentu berlomba ingin menjatuhkanmu.”Bagaikan seorang ayah, Atin menasehati Jay.“Iya, Pak. Aku tau. Itulah kenapa, aku berusaha nggak menampakkan wajah asliku di depan orang yang bukan anggota kita. Salah satunya untuk menghindari yang Pak Atin cemaskan tadi.”Jay menarik napas panjang, merasa lega sudah menyampaikan salah satu langkah awalnya untuk menapaki jalan ke puncak rantai makanan.“Lalu, apa aja yang kamu butuhkan untuk perusahaanmu, Jek?” tanya Atin.Sebagai guru dan penasihat Jay, dia juga tak sabar ingin mengetahui apa saja langkah-langkah cerdas murid binaannya.“Aku ingin merekrut ilmuwan dan t