Vincen mengamati dengan saksama saat Noel, pengawal sekaligus sopirnya, berteriak dan terjatuh pingsan, mengira sosok yang mereka temui adalah hantu.Di tengah keheranannya, Vincen segera keluar dari mobil begitu menyadari bahwa sosok misterius itu adalah pria sepuh yang menyembuhkannya."Salam tuan," sapa Vincen dengan nada hormat seraya menundukkan kepala.Pria sepuh itu membalas dengan senyuman hangat, mengelus jenggot putih panjangnya. "Akhirnya kamu datang juga," katanya lembut. Vincen, dengan rasa penasaran yang memuncak, melihat sekeliling dan bertanya, "Tuan, di mana Anda tinggal? Tidak ada rumah di sekitar sini, hanya ada pohon dan bebatuan saja."Tanpa banyak kata, pria sepuh itu menunjuk ke sebuah gubuk yang nyaris tersembunyi di balik semak-semak. "Di sana," jawabnya sambil memulai langkah perlahan menuju ke gubuk. Vincen berdiri sejenak, ragu, melirik ke arah Noel yang masih tak sadarkan diri di dalam mobil. Jangan khawatir, pikirnya, tetapi belum sempat kata-kata itu
Vincen merasa penasaran yang tak terbendung tentang siapa sosok pria sepuh di hadapannya, terlebih ketika pria itu memiliki foto Ibunya sewaktu masih muda. Namun, alih-alih menjawab rasa penasaran Vincen, pria sepuh itu hanya tersenyum misterius. "Aku akan memberitahumu nanti," katanya lembut. "Yang terpenting sekarang, aku akan mengajari kamu teknik Pengendalian Darah terlebih dahulu, bukankah itu tujuanmu ke sini?" Vincen seakan tercekat, ingin mengungkapkan perasaannya, tapi pria sepuh itu kembali menyela. "Bawahanmu, sudah sadar. Pergilah menjemputnya dan bawalah dia kemari. Kita akan memulai latihan besok," ucapnya dengan tegas sebelum berlalu masuk ke kamar. Meskipun penasaran, Vincen sadar bahwa dia tak bisa memaksa pria sepuh itu untuk berbicara. Lagipula, dia akan tinggal di sana, sehingga akan ada banyak waktu untuk mengenal sosok misterius tersebut. Dengan langkah pasti, Vincen keluar dari gunung tua itu dan berjalan ke mobil untuk
Mendengar kabar dari Sebastian bahwa jejak Vincen sudah terlacak, suasana hati Pak Tua Clark dan Veronica seketika berubah menjadi bersemangat. "Apa? Benarkah, Sebastian? Dimana sekarang dia?" tanya Pak Tua Clark dengan nada penuh harap. "Iya Paman, tolong beritahu kami, dimana Vincen sekarang?" timpal Veronica dengan penuh antusiasme.Sebastian segera mengaktifkan tabnya dan memperlihatkan video rekaman CCTV terakhir yang menunjukkan mobil Vincen melaju dengan cepat. Pak Tua Clark dan Veronica menatap layar tab dengan penuh perhatian, seolah-olah ingin segera melompat ke dalam gambar dan menemui Vincen."Tuan besar, jalan yang dilalui mobil tuan muda tersebut mengarah ke jalanan terjal gunung Piek. Di sana tidak ada pemukiman warga sama sekali, sehingga jejak tuan muda hilang di sana," jelas Sebastian dengan nada serius. Kening Pak Tua Clark mengerut dalam kebingungan. "Jadi maksudmu, Vincen pergi ke gunung Piek?" tanyanya dengan nada ingin memastikan. Sebastian mengangguk pelan
Vincen dengan tenang mengedarkan energi spiritualnya untuk mencari tahu keberadaan sosok yang tengah mengawasinya. Dengan menggabungkan Teknik Pernapasan Alam dan Teknik Pengenalan Darah, ia meningkatkan kemampuannya dalam pendeteksian. Fokusnya meningkat berkali-kali lipat, seolah memungkinkan dirinya merasakan setiap sela yang ada dalam jangkauan energi spiritualnya.Di depannya, pria sepuh mengamati kemampuan pendeteksian Vincen merasa terkesima dengan peningkatan pesat yang ditunjukkan anak didiknya tersebut. Dengan tenang dan tersenyum, ia kembali fokus menyantap makanannya, seolah tidak meragukan Vincen sama sekali.Swuzzz!Tiba-tiba, Vincen melompat dengan kecepatan yang mengagumkan dari tempatnya. Gelombang angin dahsyat tercipta akibat gerakan cepat itu, membuat Noel yang duduk di samping Vincen tak menyadari apa yang terjadi terkejut dan terjungkal ke belakang."Astaga, apa yang terjadi?" keluh Noel, terkejut akibat gelombang angin yang tiba-tiba menerpanya. Ia tidak menyada
Sementara Vincen tengah menjalani pelatihannya di lereng Gunung Piek, para pengawal setia keluarga Clark mencari keberadaannya tanpa henti di sekitar gunung. Kabut misterius seolah menyelimuti gunung Piek, membuat pencarian mereka terasa semakin sulit. Mereka tak bisa menemukan keberadaan Vincen, karena pria sepuh yang mengajari Maverick telah menaruh jimat transparan pada mobil dan gubug tempat Vincen berlatih yang membuatnya samar ketika kabut muncul. Jadi, tak ada mata manusia biasa yang bisa melihat mereka. Sementara itu, di Central Clark Capital, suasana tegang melanda para karyawan. Desas-desus tentang hilangnya Vincen menjadi pembicaraan hangat di antara mereka. "Kalian sudah dengar belum, jika tuan muda menghilang?" tanya seorang karyawan pria dengan nada cemas. "Ya aku mendengarnya, katanya beliau hilang begitu saja," jawab seorang karyawan wanita dengan wajah serius. "Apakah tuan muda tidak sanggup memenuhi keinginan Tuan besar, sehingga beliau meninggalkan tahta
Selena yang mendengar kabar mengenai Vincen dan tuan mudanya yang menghilang, ikut khawatir khawatir. Meskipun, Vincen telah menolak cintanya secara terang-terangan, namun wanita itu masih tidak bisa menghapus harapan di hatinya terhadap pria tersebut. Untuk mencari informasi lebih lanjut, Selena mendekati para bawahan Sebastian yang selalu setia berjaga di depan Central Clark Capital saat pria itu sedang bersama Pak Tua Clark di perusahaan. Dengan langkah lembut, Selena mendekati mereka dan berkata, "Tuan-tuan, kalian pasti lelah bekerja keras setiap hari." Dia menyerahkan botol bersisi minuman berenergi pada mereka sambil tersenyum lembut. "Terima kasih, Nona, " ujar salah satu bawahan Sebastian dengan senyum segan. Selena mengangguk sambil tersenyum manis dan menggoda. Kemudian, dia mencoba mengeluarkan informasi dari mereka dengan perlahan, "Tuan besar pasti sangat khawatir, tuan muda menghilang bersama pengawalnya tanpa jejak..." Salah satu pengawal menghela napas panjang, l
Malam yang gelap menyelimuti Gunung Piek, rombongan pengawal gabungan dari keluarga Clark dan Sanchez tiba di jalanan terjal wilayah terpencil itu. Cahaya rembulan yang redup menerangi jalanan berbatu, membuat mobil-mobil yang melintas berjalan dengan hati-hati dan lambat, tak ingin ada kecelakaan yang menimpa. Rens dan Nomi, yang memimpin ekspedisi ini, merasakan aura yang aneh dan mencekam menyelimuti wilayah ini. Mereka saling pandang, merasa ada yang tak beres namun belum bisa menentukan apa itu. Tiba-tiba, ponsel Rens berdering, memecah keheningan malam. Melihat nama Sebastian muncul di layar ponsel, dia langsung mengangkatnya. "Ada apa tuan Vettel?" tanya Rens dengan nada sopan, berusaha menenangkan diri.Sebastian di seberang telepon langsung menyampaikan perintahnya dengan suara khawatir, "Rens, kalian jangan lanjutkan perjalanan dimalam hari, beristirahatlah sekarang juga, usahakan jangan sampai ada yang terpisah!"R
Rens dan Nomi merasa ngeri kmenyadari bahwa sosok yang memegang bahu mereka memiliki energi spiritual sangat kuat. Keduanya bisa merasakan getaran di udara yang menyelimuti sekitar mereka, membuat bulu kuduk mereka berdiri. Mereka berdua menelan ludah, merasakan ketakutan yang mendalam. Mata mereka saling bertemu, dan dalam sekejap, mereka sepakat untuk melancarkan serangan bersama. Mereka mengepalkan tangan, merapatkan langkah, dan kemudian berputar seperti badai yang ganas. Swut! Rens dan Nomi mengayunkan tangan mereka dengan penuh kekuatan, memegang erat pedang pendek kesayangan mereka. Namun, sebelum pedang itu sempat menyentuh sasarannya, sosok tersebut menangkap pergelangan tangan mereka dengan tangkas. "Hentikan! Apakah kalian berniat membunuh tuan muda?" teriak Noel dari kejauhan, tidak Bernai mendekat takut terkena tembakan. Rens dan Nomi terkejut, mereka menoleh ke arah sosok yang menahan serangan mereka. Dalam sekejap, mereka menyadari bahwa sosok itu adalah Vincen, tu