Share

Kebangkitan Pewaris Tertindas
Kebangkitan Pewaris Tertindas
Author: Pein

Bab 1

Author: Pein
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Vincen Adama, baru saja kembali dari mengantarkan paket dengan kemeja yang basah oleh keringat. Meski lelah, ia tetap terlihat bersemangat.

"Vincen! Aku ingin kamu segera mengirimkan paket ini!" Manajer meninggikan suaranya, dia tidak peduli jika Vincen baru saja kembali dan masih basah kuyup oleh keringat.

"Baik Pak," jawab Vincen langsung, walau dia lelah tetapi berusaha untuk tetap produktif.

"Paket ini untuk pelanggan VIP, jika kamu bisa memuaskan mereka, aku akan mempertimbangkan untuk memberi kamu promosi!" Kata manajer itu sambil menyerahkan sebuah kotak paket.

Mata Vincen berbinar dan dipenuhi harapan. "Anda yakin Pak?" tanyanya memastikan.

“Tentu saja! Kapan aku pernah berbohong padamu?” Manajer itu menjawab sambil tersenyum.

"Terima kasih Pak!" ucap Vincen bersemangat, lalu bergegas mengantarkan paket tersebut. Meski baru kembali, dia tetap ingin menjalankan perintah dengan baik.

Dalam hatinya, Vincen tidak peduli dengan promosi. Alasan antusiasmenya adalah karena setelah dipromosikan, ia dapat membeli tas bermerek untuk istrinya lebih cepat dari yang ia rencanakan.

Vincen memang sangat mencintai Lidia, sang Istri yang di nikahinya setelah menjalin asmara selama mereka menjalani studi bersama di sebuah Universitas.

Selama lima tahun kuliah bersama, Vincen sadar betul, Lidia adalah seorang sosialita, dia menyukai merek-merek fashion ternama dan memiliki teman-teman dengan kehidupan Glamor.

Namun, Vincen tidak mempermasalahkan hal tersebut, dia berusaha memberikan apa pun yang Lidia mau. Bahkan Vincen rela memberikan seluruh gajinya kepada sang Istri setelah mereka menikah, agar Lidia bisa terus bergaul dengan teman-teman sosialitanya.

Perlakuan Vincen jelas membuat Lidia merasa nyaman, sehingga tanpa memikirkan rasa cinta yang sebenarnya, dia pun mau menikahi Vincen.

Memikirkan bagaimana dirinya bisa membuat Lidia bahagia. Vincen begitu bersemangat, bergegas menuju alamat yang tertera di paket.

Tak lama, tepatnya saat senja perlahan turun di cakrawala, dia telah memasuki lingkungan tempat tinggal semua orang kaya di kota.

Ketika Vincen sudah tiba di tempat tujuannya, ia segera membunyikan bel pintu rumah. Suara subwoofer samar terdengar dari dalam.

Pasti menyenangkan menjadi kaya, berpesta sepanjang hari tanpa mempedulikan dunia. Pikir Vincen dalam hati saat mendengar suara bising di dalam rumah tersebut.

Sadar melamun, Vincen dengan cepat menghilangkan pemikiran itu dan mengetuk pintu. "Paket!" serunya lantang.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan seorang wanita muncul dengan segelas wine di tangannya. raut wajah wanita itu terlihat senang sekaligus sinis, sedangkan pipinya memerah karena pengaruh alkohol.

“Akhirnya, Vincen Adama telah tiba!” serunya sambil tersenyum sinis.

Vincen terkejut saat mengenali wanita yang ternyata adalah Sarah, salah satu teman istrinya. Dia ingat jelas wanita ini pernah beberapa kali menjemput Istrinya untuk pergi jalan.

Walau bingung mengenai alasan kenapa Sarah ada di sana, tapi Vincen tetap fokus pada tugasnya dan mempertahankan sikap profesional. Semua demi ulasan baik dari pelanggannya!

“Selamat malam Nona. Ini paketnya,” ucap Vincen sopan seraya mengulurkan kotak paket di tangan.

Wanita itu memandang Vincen dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kemudian, terlihat senyuman mencemooh terlukis di wajahnya.

"Sungguh menggelikan," maki Sarah dengan ekspresi mengejek. "Hanya seorang kurir seperti ini, bagaimana mungkin istrimu bisa menyombongkan diri, bahwa kamu akan membelikannya tas edisi terbatas untuknya?"

Mendengar ucapan tajam wanita itu, Vincen hanya bisa menghela nafas. Hal seperti ini tidak jarang terjadi, terutama karena mayoritas teman-teman istrinya kaya, jadi memang mereka sering mengolok-olok pekerjaannya.

"Nona, mohon tanda tangan di sini," ucap Vincen, mengabaikan ejekan tersebut. Dia tahu tidak boleh mencampurkan perasaan pribadi dan pekerjaannya.

Sayangnya, saat Vincen meminta tanda tangan sekaligus bayaran, wanita itu semakin gencar menggodanya.

“Apakah kamu tidak penasaran dengan apa yang ada di dalam paket ini?” Sarah bertanya dengan senyum nakal di wajahnya.

Vincen masih berusaha menjaga sikap profesionalnya sambil menarik napas dalam-dalam dan menyerahkan paket kepada wanita itu.

Vincen menarik napas dalam-dalam, berusaha sabar dan sekali lagi mencoba menyerahkan paket kepada wanita itu. "Silahkan terima paketnya Non—!"

Tepat saat Vincen memberikan paket tersebut kepada sang wanita, tangan Vincen tanpa sengaja menyenggol gelas wine di tangan si wanita. Seketika, isi dalam gelas tumpah ke gaun mewah wanita itu.

"Argh! Sial, tahukah kamu berapa harga gaun ini?!" bentak wanita itu, amarah membara di matanya saat dia menatap gaunnya yang basah oleh Wine.

“M-Maaf Nona, saya akan bertanggung jawab penuh. Saya akan menggantinya dengan yang baru, saya janji.” Vincen berkata dengan suara gemetar.

Kacau! Kalau masalah ini berakhir dengan ulasan satu bintang, bisa gagal kesempatan Vincen untuk dipromosikan!

"Menggantinya? Tahukah kamu berapa harga gaun ini?! Bahkan gaji tahunanmu pun tidak akan cukup untuk membelinya!" bentak wanita itu sekali lagi, matanya menatap tajam ke arahnya, menambah rasa takut yang menyelimuti hati pria tersebut.

Saat menyadari keributan di luar, beberapa wanita yang berada di dalam langsung bergegas keluar.

"Ada apa, Sarah?" tanya salah seorang wanita.

"Ya ampun! Gaunmu rusak!" seru wanita satunya, matanya terbuka lebar.

“Orang bodoh ini menumpahkan anggur ke bajuku!” Sarah menunjuk ke arah Vincen sambil menunjukkan wajah kesal bercampur sedih yang rumit, agar teman-temannya merasa iba.

Tatapan mata kedua teman Sarah tertuju pada Vincen, bersiap marah. Namun, mereka lebih terkejut saat mengenalinya, sang menantu rendahan di keluarga Adama!

"Astaga! Ternyata menantu tak berguna keluarga Adama!?" seru salah satu teman Sarah. "Pantas! Sudah miskin, ternyata dia bodoh juga?!," imbuhnya, sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Pria tidak berguna ini tidak mungkin memberikan kompensasi atas pakaianmu, meskipun dia bekerja seumur hidupnya," timpal teman satunya.

Di tengah gempuran makian, Vincen tetap berusaha bersabar. Dia tahu akan sangat beresiko jika berhadapan dengan wanita-wanita kaya itu.

"Nona, saya akan berusaha menggantinya, bahkan bila harus mencicil, percayalah...," jelas Vincen.

Sarah naik pitam, merasa Vincen meremehkan gaunnya dengan mengatakan 'cicil'. "Cicil katamu? Memang aku bersedia menunggumu, hah?!" Terprovokasi, Sarah langsung meraih gelas wine salah seorang temannya dan menyiramkan isinya ke kepala Vincen. "Dasar rendahan, pantas saja Lidia lebih suka tidur sama laki-laki lain demi mendapatkan uang. Atau jangan-jangan kamu juga impoten?!"

Mendengar ucapan Sarah, Vincen seketika membeku. Dia yang awalnya berniat mempertahankan sikap profesionalnya, bahkan setelah disiram oleh Wine seperti itu, sekarang berubah dingin.

"Kamu bilang apa?" tanya Vincen dengan tangan mengepal. "Jangan bicara sembarangan mengenai Istriku," peringat pria itu dengan wajah menggelap.

Mendengar itu Sarah tersenyum sinis. "Oh, kamu tidak tahu?" Dia pun meraih paket itu dan membuka isinya. Sejumlah kondom terlihat, membuat Vincen mengerutkan kening, tak mengerti apa yang wanita itu ingin lakukan. "Benda ini bukan dipesan olehku, tapi Istrimu!"

Sarah memiringkan tubuhnya, membuat Vincen bisa melihat ke dalam dengan jelas, hingga tatapan matanya tertuju pada pasangan di sudut ruangan.

Seketika, tubuh Vincen membeku. Matanya membesar saat melihat sepasang pria dan wanita sedang berpelukan mesra di sudut ruangan. Mencumbu dan mengeksplorasi satu sama lain dengan penuh semangat dan gairah. Tak sedikit pun keduanya memedulikan kehadiran orang-orang di sekitar ruang pesta.

Jantung Vincen seperti berhenti. Dia yakin mengenali wanita yang sedang bersama pria itu, bahkan sangat mengenalinya.

Dengan ekspresi terluka dan tangan mengepal kuat, Vincen menyebut satu nama. "L-Lidia....?"

Kaugnay na kabanata

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 2

    Vincen merasa dadanya sesak ketika melihat adegan di depan mata. Tidak ada bayangan sedikit pun dalam benaknya bahwa Lidia, sang istri tercinta, sedang bermesraan dengan pria lain. Dengan sangat intim pula! "Lidia!" seru Vincen lantang, selagi tubuhnya bergetar penuh amarah. Berjalan masuk ke dalam rumah tersebut, menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Pria yang sedang bersama Lidia menoleh, menyipitkan matanya menatap Vincen yang mengenakan seragam kurir. Senyum sinis tersungging di wajahnya. "Lidia, lihat siapa yang datang," ujar pria itu dengan suara lembut. Lidia yang telah mabuk, wajahnya merah, tampak kesal saat pria itu menghentikan aktivitasnya. "Ada apa sih?" gerutunya. Namun begitu melihat sosok Vincen yang sudah ada di hadapannya, mata Lidia membulat kaget, "V-Vincen, kenapa kau ada di sini?!" Meski hati hancur, cinta Vincen untuk Istrinya masih sangat kuat. Dengan langkah tegap dia menghampiri sang istri, meraih tangannya. "Ayo kita pulang, Lidia," bis

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 3

    Pria sepuh itu berjalan mendekati Vincen yang tengah berdiri termenung di pinggir trotoar dengan memegangi motornya, disertai pengawal setianya. Melihat kedatangan pria sepuh, Vincen segera berdiri dengan tegap dan hendak mendorong motornya untuk segera pergi. "Mau sampai kapan kamu melarikan diri seperti ini? Apa kau ingin seperti Ayahmu!" ucap pria sepuh dengan suara lantang, membuat Vincen terhenyak. Vincen berhenti mendorong motornya, alisnya berkerut dan matanya menatap tajam pria sepuh. Dalam hati, dia bertekad tak akan terpancing emosinya saat orang tua itu mencoba merendahkannya. "Pulanglah, mau sampai kapan kau hidup dalam belenggu kemiskinan, Vincenzo? Istrimu sudah menceraikan mu, sekarang semua ucapanku benar, bukan?" lanjut pria sepuh, mencoba melumat harga diri Vincen. Kembali, Vincen merasakan amarah membara dalam hatinya. Tangannya mengepal kuat, ia berusaha menahan emosi. "Tidak perlu ikut campur urusanku, bukankah kau sendiri yang sudah mengusirku? A

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 4

    Vincen mendengus. "Aku tidak mengenalmu! Sekarang katakan kamu siapa?" Walau dibalas dengan begitu ketus, wanita itu masih tersenyum manis padanya. Dengan gerakan lembut, wanita itu melepaskan cekalan tangan Vincen. Dia beranjak berdiri, menepuk-nepuk pakaian bagian belakangnya. Kemudian, Dari dalam tasnya, menjulurkan sebuah dompet dan kunci mobil pada Vincen. "Berhenti bersedih untuk sesuatu yang tak layak dan Pergilah ke alamat yang ku tuliskan di kertas dalam dompet," katanya. "Di sana kamu akan menemukan kehidupanmu yang layak." Kemudian, wanita itu langsung berbalik, berniat untuk pergi. "Tunggu! Apa maksudmu?!" Langkah wanita itu terhenti sesaat, lalu dia menoleh untuk menatap Vincen dengan tatapan penuh arti. "Kita akan bertemu lagi, Vincenzo Clark Adama." Usai mengatakan itu, wanita tersebut masuk ke dalam sebuah mobil mewah dan meninggalkan rumah kontrakan Vincen. "Hei!" teriak Vincen sambil berlari, berusaha mengejar si wanita, namun mobil itu semakin menjauh.

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 5

    Suara decit roda mobil yang berhenti di pinggir jalan terdengar. Tampak Vincen baru saja sampai di alamat yang diberikan oleh wanita asing di rumah kontrakannya tadi. Melihat gedung yang sekarang berada di sebelahnya itu, Vincen menautkan alis. "Apartemen Diamond?" ucapnya bertanya-tanya. Ini adalah apartemen tempat dirinya pernah tinggal dulu semasa orang tuanya masih hidup. Kenapa wanita itu tahu tempat dirinya dulu– “Ugh ….” Kepala Vincen mendadak terasa sakit. Sejumlah potongan samar muncul silih berganti dengan cepat dalam benaknya. Seorang gadis, darah, dan juga sebuah janji. Tiga hal itu saja yang Vincen tangkap sebelum semuanya menghilang. “Apa itu tadi?” batin Vincen bertanya-tanya. Dia merasa ada suatu hal yang dia lupakan, dan betapa pun dia berusaha mengingat, dia tidak bisa ingat! Frustrasi, Vincen menggelengkan kepalanya. Dia menatap kunci yang diberikan sang wanita dan yakin itu adalah kunci apartemen tersebut. “Apa maksudnya memberikanku ini semua?” ucap

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 6

    Vincen hanya bisa menggertakkan gigi selagi menatap Noel dalam diam. Kegigihan pria paruh baya itu dalam membela sang kakek membuat hati Vincen tergerak. Hanya orang hebat yang bisa membuat bawahannya rela merendahkan dirinya sampai seperti ini. Namun, apa hal itu bisa dalam sekejap menghapus dendam yang selama ini menumpuk dalam hati Vincen? Terdiam untuk waktu yang cukup lama, akhirnya Vincen angkat bicara, "Berapa lama lagi waktu yang dia punya?” Mendengar pertanyaan itu, Noel menjawab, “Tidak sampai satu tahun ….” Ekspresi Vincen berubah pahit. “Aku mengerti.” Kalimat itu membuat Noel mengangkat pandangannya dan menatap Vincen penuh harap. "Apa itu berarti Tuan Muda setuju untuk kembali!?” “Tidak,” jawab Vincen membuat Noel menautkan alis, bingung. Pria itu kemudian memegang pundak Noel, mengisyaratkan dirinya agar berdiri. "Akan tetapi … aku tertarik untuk mengenali bisnis keluarga Clark dengan lebih dalam." Mendengar ucapan Vincen, mata Noel langsung bersinar. Sif

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 7

    Keesokan harinya, Vincen bangun lebih awal dari biasanya. Dia merasa bersemangat untuk menghadapi hari yang baru.Setelah mandi dan menyiapkan diri, dia mengenakan jas rapi yang sudah disiapkan oleh Noel.Di depan cermin, Vincen mengenakan dasi yang serasi dengan jasnya, lalu melirik ke arah cermin. Dia tersenyum puas melihat penampilannya yang kini berubah sembilan puluh derajat dari sebelumnya.Tak ada lagi jejak kekusutan atau kelelahan di wajahnya, kini yang tersisa hanyalah wajah berkarisma dan penuh percaya diri."Ternyata aku tampan juga.” Dia tertawa saat mendengar pujian konyol yang dia kumandangkan untuk dirinya sendiri.Sudah begitu lama sejak Vincen memiliki waktu untuk mempersiapkan dirinya seperti ini. Lagi pula, sebagian besar waktunya dia luangkan untuk bekerja demi menafkahi sang istri, Lidia. Ah salah... Mantan istri harusnya.Mengingat hal tersebut, Vincen cepat-cepat menggelengkan kepalanya. ‘Berhenti memikirk

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 8

    Selagi Noel akhirnya diperintahkan Pak Tua Clark untuk kembali ke kantor terlebih dahulu, Vincen masih tampak berlari masuk ke dalam sebuah gang.Sampai di ujung gang, yang menuju ke jalan besar lain, Vincen menoleh ke kiri dan ke kanan, tampak jelas mencari-cari sesuatu … atau seseorang.Dengan alis tertaut erat, Vincen bergumam, “Aku yakin aku baru saja melihat wanita tadi malam di sini.” Namun, berlari ke sana kemari di area itu sama sekali tidak membawakan hasil, membuat Vincen mengepalkan tangan kesal. ‘Sial …’ makinya. ‘Mungkinkah aku salah lihat?’ batinnya bertanya-tanya.Ada rasa penasaran yang tidak bisa hilang di hati Vincen, terutama karena dia ingin sekalit ahu siapa sebenarnya wanita yang telah memberikan apartemen dan mobil kepadanya itu?Kenapa dia membantu Vincen? Apa mereka pernah berhubungan dulu? Tahu tidak akan mendapatkan jawaban, dan yakin kalau tidak akan menemukan wanita itu lagi karena kehilangan jejak–atau salah lihat–Vincen akhirnya menghela napas dan memut

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 9

    Vincen menyipitkan matanya saat menoleh, mendapati Marko dan Lidia yang berjalan masuk ke perusahaan Kakeknya.Lidia, dengan intimnya, memeluk lengan Marko erat-erat. Pada detik itu, tatapan Vincen berubah seketika, terlihat semburat amarah membara dalam sorot matanya.Namun, di sisi lain, Lidia tampak terkejut dengan penampilan baru Vincen yang kini semakin tampan.Keduanya menghampiri Vincen yang saat itu tengah berdiri tegak di depan meja Resepsionis. Raut wajah Vincen tampak sulit diartikan, seolah ada perasaan yang terpendam."Tuan muda Helas," sapa Resepsionis dengan sopan, ia sadar betul Marko bukanlah sosok yang bisa disinggung begitu saja.Marko hanya menghadiahi Resepsionis senyum simpul, mengangguk pelan sebagai bentuk penghormatan.Lidia memandang Vincen dari atas hingga bawah, tak bisa mengelak bahwa penampilan baru Vincen cukup memukau.Namun, Lidia mengedarkan pandangan sinis, mengejek dengan suara yang me

Pinakabagong kabanata

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 170

    Vincen berdiri di depan jendela besar rumahnya, pandangannya kosong melintasi langit malam yang penuh bintang. Tangan kanannya yang menggenggam telepon genggam sedikit gemetar. Wajahnya yang tadinya tegang dan pucat perlahan mulai menunjukkan raut lega saat mendengar berita tersebut dari ujung telepon. "Apa benar-benar semua telah dikalahkan, Master?" suaranya terdengar serak, mencari kepastian."Iya, Tuan Clark. Semua sudah beres. Tidak perlu khawatir lagi," jawab suara di seberang sana, tegas dan menenangkan.Seketika, otot-otot yang tegang di leher Vincen melunak. Dia menutup matanya, menghela napas panjang dan mengusap muka dengan kedua tangannya. Pria itu kemudian berjalan pelan menuju sofa, duduk dengan letih. Rasa cemas yang selama ini menderanya perlahan menguap, digantikan oleh rasa syukur yang dalam.Vincen menatap ke atas, mengucap syukur dalam hati. Kepalanya yang tadinya dipenuhi oleh ketakutan dan kecemasan tentang apa yang mungkin terjadi pada orang-orang di sekitarnya

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 169

    Dentuman keras menggema, membuat tanah di bawah mereka bergetar dan debu mengepul tinggi ke udara. Saat kekuatan mereka berdua saling beradu satu sama lainTubuh Harley bergetar karena kekuatan yang baru saja dia lepaskan. Matanya menyala tajam, energi spiritualnya mengalir seperti sungai yang deras. Di depannya, Lizzy dengan cekatan menahan serangannya dengan pedang yang ia oegang, menciptakan gelombang energi yang bertabrakan dengan pukulan Harley.Asap perlahan mulai menghilang, Lizzy berdiri tegak, pedangnya masih terjulur ke depan, tapi nafasnya terengah-engah menandakan usaha yang ia keluarkan.Harley, di sisi lain, masih terpaku di posisinya, matanya terpaku pada sosok Lizzy yang ternyata mampu menahan serangannya. Ada rasa kagum yang bercampur dengan kegigihan dalam dirinya, mengetahui bahwa pertarungan ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan.Dengan gerakan yang begitu cepat, Harley dan Lizzy saling menyerang dengan serangan dahsyat yang bertenaga. Benturan energi spirit

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 168

    Harley melihat ke sekitar arena pertarungan. Setelah mengalahkan lawannya, matanya mencari sosok Solomon yang terlihat berada dalam kesulitan. Dengan langkah cepat dan pasti, Harley melompat melewati pohon dan bebatuan yang ada dibawahnya, bergegas menuju Solomon yang tampak kewalahan.Solomon, dengan tubuhnya yang sudah renta, berusaha menangkis serangan dengan teknik pernapasan Alam. Wajahnya terlihat pucat dan keringat membanjiri dahi, menunjukkan betapa dia berjuang untuk bertahan. Harley, dengan mata yang tajam dan gerakan cepat, langsung menghampiri, mengayunkan pukulan kuat ke arah sosok lawan Solomon. membuatnya sosok tersebut terhempas jauh ke belakang."Anda tidak apa-apa?!" teriak Harley bertanya sambil berdiri didepan pria tua itu. Solomon, dengan napas yang tersengal, hanya bisa mengangguk pelan dan mencoba untuk tetap berdiri.Sosok yang terhempas barusan, terlihat terbang kembali ke arah Harley, melakukan serangan cepat.Namun, Harley dengan gerakan lincah, melindungi

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 167

    Lotar segera waspada saat menatap sosok yang membangkitkan energi spiritual Iblis. Dia tahu betul bahwa pengguna energi spiritual kegelapan memiliki kekuatan yang sangat luar biasa.Menarik napas dalam-dalam, Lotar memutuskan untuk tidak menahan kekuatan lagi. Dia melepaskan seluruh energi spiritualnya yang mendalam dan kuat."Hahaha... bagus, gunakan semua kekuatanmu, pak tua!" seru pengguna energi spiritual kegelapan dengan nada mengejek, sambil melayang di udara bak sosok yang menguasai langit.Swuz!Tak ada yang menduga, Lotar tiba-tiba menghilang dari tempatnya. Hanya terdengar ledakan dahsyat saat dia melompat ke atas dengan kecepatan luar biasa.Sosok pengguna energi spiritual kegelapan tersenyum mengejek, seolah sudah tahu akan serangan Lotar. Dia dengan mudah menahan serangan pukulan dahsyat dari Lotar, tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga.Duak!Gelombang angin menerjang sekitar mereka akibat benturan pukulan Lotar yang ditahan oleh sosok pengguna energi kegelapan dengan s

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 166

    Harley berdiri dengan tegap, tatapan matanya terkunci pada sosok yang dengan tenang menahan serangannya.Tanah di bawah kaki mereka terbelah, membentuk jurang kecil, dan debu berterbangan mengelilingi area pertarungan mereka. Sosok tersebut, dengan ekspresi yang tidak terbaca, membetulkan posisi kakinya, menyiapkan diri untuk serangan berikutnya.Harley, dengan kecepatan kilat, melancarkan pukulan lain, namun Sosok itu hanya mengangkat tangan kanannya dan dengan mudahnya mengalihkan serangan tersebut. Gerakan Sosok itu begitu tenang dan terkendali, seolah-olah dia sedang berada dalam latihan rutin bukan dalam pertarungan sengit.Harley merasakan emosi yang mulai membuncah di dalam dadanya, dia tidak pernah bertemu lawan yang seakan meremehkannya seperti itu. Setiap serangan yang dia lancarkannya hanya seperti angin lalu bagi Sosoj tersebut.Kemarahan dan kekaguman bercampur dalam pandangannya, namun dia tidak akan menyerah. Dengan rahang yang mengeras, Harley mengumpulkan seluruh kek

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 165

    Langit malam yang gelap berpadu dengan gemerisik dedaunan yang tertiup angin kencang, menciptakan suasana yang mencekam di tengah pepohonan yang rimbun. Di kejauhan, cahaya obor dari para pemuja Iblis menerangi area sekeliling mereka, membentuk lingkaran yang terang benderang. Sementara itu, dari balik kegelapan, Lotar, Harley, Face, Solomon dan bawahannya bersembunyi di balik pepohonan besar, mata mereka fokus memantau setiap gerakan pemuja Iblis. Wajah mereka tegang, penuh konsentrasi, tangan mereka memegang senjata yang siap digunakan.Lotar, memberi isyarat untuk mendekat. Dia berbisik, "Sekarang atau tidak sama sekali." Mereka mengangguk, mengerti akan tugas yang harus dilakukan. Perlahan, mereka bergerak keluar dari persembunyian, mengatur langkah agar tidak mengundang perhatian.Solomon, dengan pisau panjang di tangannya, memimpin langkah. Harley dan Face mengikuti di belakang, sementara Lotar bergerak melingkar, mencari sudut yang lebih baik untuk menyerang. Mereka mendekat,

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 164

    Sementara itu, di kediaman keluarga Clark, suasana hati para penghuni rumah sedang riang gembira. Vincen menemui keluarga pujaan hatinya, Veronica, ditemani oleh Nenek Elma yang kini menjadi wali untuknya."Kami semua sudah sepakat untuk menggelar pernikahan mereka berdua satu Minggu lagi, bagaimana pendapat Anda, Nyonya Ritsu?" tanya Pak Tua Shancez dengan penuh antusias, sebagai wakil pembicaraan keluarga Shancez."Jika itu keinginan kalian, aku tidak keberatan sama sekali. Malahan, aku juga ingin segera memiliki cicit dari mereka berdua," jawab Elma sambil tersenyum hangat, melirik Vincen dan Veronica yang duduk bersebelahan.Semua anggota keluarga Shancez tersenyum bahagia, merasa lega karena tidak ada penolakan dari pihak keluarga Vincen.Veronica terlihat sangat bahagia. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya dia akan dapat bersanding dengan pria yang telah mencuri hatinya selama ini.Mereka pun melanjutkan obrolan dengan santai, sambil menikmati hidangan makan malam yang lezat.

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 163

    Matahari terbenam perlahan, memberikan cahaya temaram yang melapisi bukit pinggiran kota Helsia.Solomon dan para bawahannya bergerak cepat saat sudah sampai diwilayah tujuan, menuruni jalan setapak yang berliku, memenuhi perintah Vincen. Daun-daun kering berderak di bawah tapak sepatu mereka, mengumumkan kedatangan mereka kepada siapa pun yang mungkin mendengar.Di kejauhan, Solomon melihat siluet Lotar, Harley, dan Face yang bersembunyi di balik semak-semak, mengintai gerak-gerik kelompok pemuja kekuatan Iblis. Mereka tampak tegang, mata mereka tajam mengawasi setiap gerakan yang mencurigakan.Solomon memberi isyarat kepada bawahannya untuk bergerak lebih hati-hati. Mereka merunduk, menghindari siluet yang bisa terlihat oleh musuh. Udara dingin malam semakin menambah ketegangan.Sesampainya di posisi yang lebih dekat, Solomon dan timnya bergabung dengan Lotar dan yang lainnya. Lotas berbisik. "Ada dua belas orang yang kemungkinan akan melakukan ritual di sana," ujarnya sambil menun

  • Kebangkitan Pewaris Tertindas    Bab 162

    Harley pun akhirnya setuju untuk bersembunyi, walau sebenarnya dia ingin bertarung dengan orang-orang tersebut.Mereka segera mencari tempat persembunyian yang aman di ruangan tersebut. Lotar melirik ke sekeliling, menemukan ruang kecil di belakang tumpukan kotak kayu tua. Ia memberi isyarat pada Harley dan Face untuk mengikutinya ke sana."Ssst, jangan berisik," bisik Lotar saat mereka memasuki ruang kecil itu, bersembunyi di balik kotak-kotak kayu.Harley dan Face menahan napas, mencoba untuk tidak membuat suara apa pun. Mereka melihat sekelompok orang berpakaian hitam itu berkumpul di tengah ruangan, berbicara dengan suara yang pelan dan serius. Lotar mencoba untuk mendengarkan percakapan mereka, mencari informasi penting yang bisa digunakan nanti.Salah satu orang berpakaian hitam melihat ke arah tempat mereka bersembunyi, membuat jantung Lotar berdegup kencang. Namun, untungnya orang itu tidak mendekati mereka dan melanjutkan percakapannya dengan yang lain.Tiba-tiba, seorang pr

DMCA.com Protection Status