Share

Sosok Misterius

Penulis: Deschya.77
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-24 22:27:12

Paginya, semua murid berkumpul di halaman utama dengan wajah tegang yang tidak bisa mereka sembunyikan. Bahkan, saat sarapan pagi yang menjadi penyemangat mereka, kini tidak lagi membuat mereka merasa semangat sedikitpun.

Saat ini, yang akan mereka hadapi bukanlah ujian yang hanya menentukan lolos atau tidaknya. Tapi, mereka juga mempertaruhkan nyawa, yang akan masih berada di tubuh mereka atau melayang saat ujian berlangsung.

Sebenarnya, tidak ada satupun murid yang mengetahui dengan pasti, ujian apa saja yang akan mereka hadapi di dalam makam Raja Iblis itu. Tapi, hanya mendengar nama dan rumor yang selama ini beredar di masyarakat, mereka yakin jika memang nyawalah taruhannya.

Semua guru dan penjaga yang selama tiga bulan terakhir jarang terlihat, kini mereka berkumpul secara berkelompok. Terlihat jelas pula di mata para murid, jika sebagian dari mereka juga merasakan ketakutan dan kekhawatiran yang tidak kalah besarnya.

PHUUUU!

Suara terompet kembali berbunyi, dan terdengar lebih
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Dimualinya Ujian Tahap 4

    GREETTT!Suara pintu utama makam Raja Iblis dibuka, yang terdengar cukup memekakkan telinga. Bahkan, aura yang keluar dari dalam melalui celah kecil saja mampu membuat tubuh semua murid merinding.Dari 18 kelompok sebelumnya yang tersisa, kini setelah saling bergabung hanya menjadi 5 kelompok yang terdaftar. Sebelumnya, perwakilan dari setiap kelompok sudah mengambil undian, untuk masuk ke dalam makam sesuai urutan undian yang didapatkan.Pandya sengaja tidak memisahkan 6 kelompok di bawah naungannya, jadi mereka akan menjalani ujian dalam jumlah 36 orang. Terlalu banyak, jika mengingat sebuah makam bawah tanah akan memiliki jalur yang sempit. Tapi, kelompok mereka terlihat lebih percaya diri dibanding kelompok lainnya.Apalagi, Pandya mendapatkan nomor urut 3, yang cukup menguntungkan menurutnya. Mereka tidak perlu menunggu terlalu lama karena bukan urutan terakhir, dan juga bisa mempelajari kesalahan dari kelompok yang sebelumnya karena bukan yang pertama.Setiap kelompok memiliki j

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Ratusan Anak Panah

    "Apa Pangeran bercanda?! Ratusan anak panah terus keluar, bagaimana kita bisa melewatinya dengan mudah?" tanya Dipta sambil menunjuk ratusan anak panah yang menancap pada tanah dihadapan mereka.Tidak hanya Dipta, yang lain pun ikut mengatakan hal serupa dengan tatapan mereka. Bukannya marah karena ucapannya dianggap candaan, Pandya malah terkekeh kecil."Ini bukan saat yang tepat untukku bercanda, kita memang akan melewatinya dengan mudah," jawab Pandya dengan nada santai."Apa Pangeran yakin? Kalau kita salah melangkah saja, bisa-bisa nyawa kita yang menjadi taruhannya!" sahut Raka meragukan ucapan Pandya."Benar, Pangeran! Kita tidak mungkin gugur di rintangan pertama bukan?" timpal Rajendra mendukung ucapan Raka.Tanpa memberi penjelasan kepada semua pengikut yang menatapnya keheranan, Pandya langsung berlari dengan jurus meringankan tubuh miliknya, dan bergerak dengan sangat cepat.TEP TEP TEPPara pengikut melihatnya dengan mata melotot dan mulut terbuka, mereka tidak menyangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sosok Pemimpin

    BRAAAK!BRAAAK!BRAAAK!Suara bongkahan batu besar yang jatuh beruntun, membuat getaran dan hempasan angin yang cukup membuat benda maupun orang disekitarnya terbang dan tertimpa batu besar yang lain. Pandya dan semua pengikutnya masih berlari, entah seberapa jauh batu-batu itu terus mengejar mereka. Tapi, jika mereka terkena sedikit saja hempasan batu itu, maka mereka akan tamat saat itu juga.Mau kekuatan sebesar apapun, akan sangat sulit untuk menahan bongkahan-bongkahan batu yang sangat besar dan banyak itu. Dengan kekuatan Pandya saat ini pun, hanya bisa menahan sekitar sepuluh bongkahan.Dan saat ini entah sudah berapa bongkahan batu yang terjatuh, karena sudah cukup lama mereka berlari tapi belum tampak batu itu akan berhenti berjatuhan. Pandya melihat atap untuk mengamati seberapa lama lagi mereka harus berlari, karena beberapa detik lagi kecepatan mereka akan tersusul.Dengan perhitungannya, Pandya menggunakan kekuatannya untuk mendorong semua pengikutnya ke tempat aman, sebe

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pilihan Sulit

    Pandya dan seluruh pengikutnya terus menyusuri lorong di dalam makam itu. Hingga mereka berhenti di depan sebuah bongkahan batu besar yang menutupi jalan, dengan ukiran tulisan dan lambang Raja Iblis di atasnya.Tidak ada jalan lain yang terlihat oleh mereka. Bahkan, Pandya juga tidak menemukan celah dengan penglihatan tajamnya.'Tidak mungkin jika ini jalan buntu bukan?' tanya Pandya pada Sakra untuk menyanggah pikirannya itu.'Sepertinya kemungkinan itu sangat kecil. Sejak awal kita sudah diberikan 3 pilihan jalan, jadi seharusnya semua lorong akan sampai di ujung dan hanya rintangannya saja yang berbeda!' jawab Sakra mengutarakan pemikirannya.'Jika begitu, pasti ada jalan tersembunyi di tempat ini!' sahut Pandya yakin.Pandya kembali menajamkan pengamatannya, untuk mencari apa saja yang terasa berbeda. Semua pengikutnya juga tidak kalah sibuk, untuk mengecek setiap sudut di sekitar mereka.ZHIIIING!Pandya merasakan tenaga dalam dari arah belakang bongkahan batu, saat dirinya tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Ramuan Tingkat Tinggi

    Tanpa Pandya sadari, dari arah atas ada seekor ular dengan taring yang mencuat siap menerkamnya. Namun, dengan refleks cepatnya dia berhasil menghunuskan tenaga dalam pada ular itu.CRAAASST!BHUUM!Pandya terdorong beberapa langkah ke belakang, karena ledakan tenaga dalam dari tubuh ular itu. Merasakan adanya aura yang berbeda dari yang dia rasakan saat menyerang ular tadi, membuat Pandya mulai merasakan sedikit kekhawatiran.Pedang dan tenaga dalam tidak bisa digunakan untuk membunuh ular-ular, membuatnya harus memikirkan cara untuk dapat menyelesaikan rintangan itu. Para pengikut Pandya mulai merasakan kekhawatiran yang sama, namun mereka semua percaya jika sang pangeran dapat menemukan cara.Jalur yang akan mereka lewati kini sudah penuh dengan ular, dan kini mereka terkepung di antara ribuan ular itu. Pandya langsung membuat strategi untuk dapat melanjutkan perjalanan mereka, dengan mempertimbangkan tiap kemampuan dari para pengikutnya.“Kalian ingat dengan apa yang kita latih se

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kerjasama Kelompok

    “Ramuan apa yang sebenarnya kau buat? Bagaimana bisa kondisi Rajendra menjadi seperti itu?!” tanya Raka dengan suara meninggi.Chandra tidak bisa menjawabnya, tangan dan dahinya kini dipenuhi dengan keringat dingin. Dia memikirkan apa yang salah dengan ramuan yang telah dibuatnya, karena dia yakin racikannya sudah sesuai dengan kitab yang dia pelajari.Pandya mencoba melakukan segala cara yang dia bisa, agar tubuh Rajendra berhenti bergetar. Walaupun, usahanya sia-sia karena tubuh Rajendra Malah semakin bergetar lebih hebat, dengan aura tubuh yang semakin menggelap.ZHIIIING!Pandya mencoba menyalurkan tenaga dalam miliknya, ke dalam tubuh Raja Indra berkali-kali. Tapi, seperti ada penghalang yang menolak tenaga dalam yang masuk, tangan Pandya terus terpental yang membuatnya semakin frustasi karena tidak bisa melakukan apa-apa.‘Apa tidak ada lagi yang bisa aku lakukan?’ tanya Pandya dalam hati dengan penuh kekesalan.‘Lupakan tenaga dalam, coba kau amati fisik dari murid itu! Aku yak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kontrol Tenaga Dalam Tingkat Lanjut

    “Kuncinya adalah kerjasama kelompok, apa kalian pernah mendengar jika tenaga dalam bisa digunakan untuk membuat tubuh kita melayang?” tanya Pandya pada para pengikutnya.“Di Ajaran Angin Padepokan Abinawa, kita sering membuat tubuh melayang menggunakan angin. Tapi, saya sendiri belum pernah mendengar penggunakan tenaga dalam, tanpa menyalurkannya melalui jurus meringankan tubuh,” jawab Atreya menanggapi pertanyaan Pandya.“Di Ajaran Air Padepokan Darshwana juga sama, kita menyalurkannya melalui air. Tapi, jika kita gunakan itu untuk membawa Rajendra selama perjalanan, bukankah akan ada goncangan yang akan membuat pemulihannya terganggu?” timpal Inaya menyuarakan pemikirannya.Murid-murid yang lain hanya saling pandang, karena mereka semua belum pernah melihat bahkan mendengar tentang hal yang dibicarakan oleh Pandya. Namun, lain halnya dengan Pandya yang tersenyum dengan penuh semangat, seakan dirinya menemukan hal baru untuk dia coba.‘Bukankah ini saatnya bagiku, untuk mencoba mempr

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Asal Raja Iblis

    TAP TAP TAPSuara langkah kaki dengan kecepatan yang cukup cepat dari puluhan orang, menggema di sepanjang lorong. Di tengah gerombolan itu, ada Pandya yang sedang fokus mengontrol tenaga dalamnya sambil menggunakan jurus meringankan tubuh seperti yang lainnya.Setelah mereka berlari cukup lama, Pandya beserta kelompoknya belum mendapatkan rintangan yang berarti. Hanya beberapa jebakan, yang cukup mudah diatasi oleh para pengikutnya.Gerakan yang mereka lakukan, bahkan terasa satu irama. Walaupun, mereka secara bergantian menyalurkan tenaga dalam mereka pada Pandya.“Apa kalian masih baik-baik saja?!” tanya Pandya di sela-sela perhatiannya untuk mengontrol kekuatan.“Sepertinya beberapa anggota sudah mulai kehabisan tenaga dalamnya, bagaimana ini Pangeran?” jawab Dipta mewakili.Pandya melihat sekitar, sambil mengamati keadaan masih memungkinkan untuk mereka singgah atau tidak. Namun, baru saja Pandya akan memutuskan untuk singgah, di depan mereka terlihat sebuah pintu masuk ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01

Bab terbaru

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Rencana

    “Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Membuka Segel

    Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertolongan

    Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status