Share

Pola Aliran

Penulis: Deschya.77
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 09:37:54

Setelah beristirahat beberapa saat, dan murid yang terluka sudah kembali pulih. Kelompok Pandya mulai melanjutkan perjalanan mereka, dengan Pandya yang memimpin di depan dan Hansa berada paling belakang.

Secara tidak langsung, Pandya sudah mulai mempercayakan penjagaan di barisan belakang pada Hansa. Bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu, karena terakhir kali peran Hansa dalam membunuh para monster cukup banyak membantu sehingga korban tidak terlalu banyak.

Perjalanan berikutnya kini berjalan dengan cukup tenang, Pandya juga tidak merasakan adanya tenaga lain yang mendekat ke arah mereka. Dan itu berarti taktik mereka untuk mengecoh Danar sudah berhasil, jadi dia tidak perlu memikirkan pertarungan yang tidak diperlukan.

Setelah perjalanan panjang mereka, pada akhirnya mereka menemukan secercah harapan. Pandya dan gerombolannya melihat ujung lorong yang sudah tidak jauh didepan mereka. Dengan langkah yang dipercepat, mereka sampai di ujung lorong itu dalam waktu singkat.

Kini dihad
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sonny Tamjid
Aneh dikit amat
goodnovel comment avatar
Sonny Tamjid
Sdh nunggu berminggu- minggu keluar cmn sedikit. Lsg aja dibikinTamat dgn Pandya Mati.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menyelesaikan Ujian

    Pandya menatap ke arah tangan Hansa menunjuk. Dia cukup terkejut dengan pola ukiran di atas kotak hitam besar itu, yang sama persis dengan pola yang ada di pintu batu tadi.“Sebenarnya bagaimana kau bisa mengetahui pola aliran energi itu? Padahal sebelumnya kau juga tidak mengetahuinya?” tanya Hansa yang penasaran dengan keberhasilan Pandya yang seperti sebuah keberuntungan.“Sepertinya memang ini salah satu keberuntunganku. Bagaimana lagi mengatakannya kalau bukan sebuah keberuntungan?!” jawab Pandya dengan seringaian yang mengembang di wajahnya.Hansa menatap Pandya dengan penuh rasa penasaran. Sedangkan Pandya sendiri, hanya merasakan kebahagiaan dari keberuntungan yang dia dapatkan secara tidak terduga itu.Sebenarnya Pandya sendiri tidak yakin jika pada akhirnya dirinya bisa membuka batu besar itu, tapi entah bagaimana tubuhnya bereaksi tanpa diduga. Sejak awal dia memang merasakan sesuatu yang tidak asing, aliran energi dari dalam tubuhnya mulai membuat kekuatan dalam Batu Ratna

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Isi Perkamen

    Suasana akademi terasa sepi, mengingat hanya ada Pandya dan para pengikutnya yang sudah kembali dan menyelesaikan ujian. Mereka kembali tepat sebelum matahari tenggelam, dan langsung beristirahat di asrama masing-masing.Disepanjang perjalanan, Pandya tidak berhenti memikirkan ucapan sang paman. Sejak awal, sambutan yang mereka dapat memang sangat janggal. Ditambah, para tetua yang tidak mengantarkan mereka memulai ujian, sampai datang berbondong-bondong untuk melihat mereka dengan tatapan tidak percaya.Mungkin jika berpikir karena kelompok Pandya menyelesaikan ujian lebih awal, itu memang masuk akal. Tapi, saat Pandya mendengar suara telepati Akandra, hal itu hanya bisa berarti ada sesuatu yang tidak biasa terjadi.Tepat tengah malam setelah Pandya istirahat beberapa saat, dia langsung menyelinap keluar dari akademi. Entah karena kemampuannya yang sudah berkembang selama ujian atau karena penjagaan malam itu sedikit longgar, Pandya dengan sangat mudah untuk keluar dari akademi. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Tuan Catra

    ***Di dalam hutan Wanantara, sesosok pria tua yang hampir menginjak usia 60 tahunan sedang melesat dengan jurus meringankan tubuh miliknya. Dari arah belakang, segerombolan pendekar dengan berbagai kemampuan dan latar belakang nampak seperti sedang berlomba untuk dapat mencapai sosok pria tua itu terlebih dahulu.WHUUUUSH!Suara angin yang terdengar akibat kecepatan mereka,membuat suasana di dalam hutan itu semakin mencekam. Semakin masuk ke dalam hutan, semakin banyak pula pendekar yang mengejar pria tua itu.“Tuan sepertinya kita akan terus terpojok! Sebenarnya kenapa mereka melakukan ini terhadap Tuan?! Padahal Tuan merupakan pendekar nomor satu saat ini!” teriak sebuah pedang yang menggantung di samping tubuh pria tua itu.“Justru sebutan itulah yang membuat mereka melakukan semua ini! Tapi, aku tidak akan membiarkan kekuatan yang aku miliki dan aku latih selama ini jatuh ke tangan mereka!” jawab pria tua itu dengan napas yang mulai terengah-engah.“Bagaimana cara kita bisa selama

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Lubang Bawah Tanah

    Lubang besar di tengah hutan yang dibuat seorang diri oleh pendekar nomor satu itu, mulai mengusik warga desa di sekitarnya. Pasalnya, tenaga dan getaran yang sangat besar, terasa hingga di desa dan membuat bangunan-bangunan disana rusak. Namun, kekhawatiran warga tidak mendapatkan perhatian dari para petinggi padepokan. Bahkan, para pendekar yang berlalu lalang mencari perbekalan, menambah suasana mencekam di dalam desa. Suasana jauh berbeda dengan area sekitar lubang besar itu, karena para pendekar mulai mengerubunginya secara berkelompok. Mereka bergerak sesuai arahan dari Tuan Brama, yang tampak sudah sangat siap dengan pengejaran mereka. “Jangan ada yang lengah! Kita tidak tahu apa yang Tuan Cakra siapkan untuk kita di dalam sana!” teriak Tuan Brama sembari masuk ke dalam lubang besar itu. Di dalam lubang itu mereka semua berada di ruangan yang sangat luas, dengan dinding batu yang tertata sangat rapi. Semua yang ada di ruangan itu dibuat takjub, karena hanya dengan satu o

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menerima Kenyataan

    Tepat setelah Tuan Brama menanyakan maksud ucapan Tuan Catra, dari arah lorong lain muncul para pendekar yang juga selamat. Tanpa menunggu perintah, mereka berkumpul tepat di belakang Tuan Brama berdiri. Melihat dirinya yang kini memiliki lebih banyak pasukan dibanding sebelumnya, seringaian di wajahnya menjadi lebih lebar. Dia melupakan ucapan Tuan Catra sebelumnya, dan malah menunggu reaksi apa yang akan diperlihatkan oleh pendekar nomor satu itu setelah terpojok. “Kau terlihat lebih senang saat mendapat tambahan pasukan? Tapi, seperti ucapanku sebelumnya, aku tidak ada niatan sama sekali untuk menuruti kemauanku! Jadi, lebih baik kau berhenti sampai disini!” ucap Tuan Catra dengan nada tegas. “Sepertinya malah mau yang tidak pandai menilai situasi! Bukankah lebih baik kau menyerahkan diri dengan baik-baik, daripada harus berusaha namun tetap sia-sia?!” sahut Tuan Brama mengejek. “Hahaha…! Karena kau dalam suasana hati yang baik, aku akan memberikan kejutan untukmu!” Tuan Cat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Negosiasi

    “Rencana apa yang kau pikirkan?” tanya Akandra yang cukup terkejut dengan pernyataan Pandya.Padahal sampai detik itu, Akandra masih belum bisa menemukan alasan agar Pandya masih bisa menjalani kehidupan normalnya di dalam akademi. Karena jika informasi tentang jati diri Pandya terkuak, maka bukan hanya para tetua yang akan memburunya. Tapi, juga para murid akademi yang mengincar kekuatannya.“Tapi, sebelumnya aku harus memastikan sesuatu terlebih dahulu!” jawab Pandya sambil menatap sang paman dengan penuh arti.“Apa yang perlu kau pastikan? Kau tidak mungkin ingin bertemu para tetua untuk menanyakannya bukan?” tanya Akandra khawatir dengan apa yang sedang keponakannya itu pikirkan.“Paman tenang saja, aku juga tidak sebodoh itu sampai menyerahkan nyawaku dengan cuma-cuma!” jawab Pandya sambil terkekeh saat melihat ekspresi Akandra yang khawatir.Akandra mengelus dadanya lega. Sebenarnya, kekhawatiran Akandra bukan tanpa sebab. Siapapun yang mengenal Pandya, pasti tahu jika jalan pik

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kembalinya Sakra

    Pagi harinya, suasana akademi kembali dibuat riuh dengan beredarnya kabar jika kelompok Tibra telah berhasil menyelesaikan ujian. Hal itu bertambah parah, saat informasi tentang kelompok Pandya telah berhasil lebih dahulu menyebar.Tibra yang kesal karena menjadi yang kedua, mencoba mencari informasi lengkap pada salah satu tetua dari Ajaran Api. Namun, tanpa dia kira jika informasi itu jauh lebih mengejutkan dibandingkan dirinya yang menempati posisi kedua dalam ujian.“Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?!” tanya Tibra dengan suara lantang karena amarah, kepada salah satu tetua di dalam ruang kerja sang tetua.“Hanya ada satu alasan yang bisa menjelaskannya. Tapi, para tetua masih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya,” jawab tetua yang sedang duduk di kursi kerjanya.BRAAAAK!Suara rak buku yang dihantam dengan sekuat tenaga, cukup memekakkan telinga. Untung saja, ruangan itu diselubungi dengan mantra sihir pelindung. Sehingga, siapapun tidak akan ada yang bisa menden

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Alasan Hansa

    “Hah, omong kosong! Aku yakin sebenarnya kau sudah ada rencana bukan?!” sanggah Sakra saat melihat Pandya yang bertanya sambil tersenyum.“Sepertinya aku benar-benar tidak bisa menipumu!” jawab Pandya sambil terkekeh.Pandya mengambil perkamen yang ada di bawah, kemudian menggulungnya kembali dan memasukkan ke balik pakaiannya. Dia merasa ini bukan saat yang tepat untuknya menyerap jurus itu. Apalagi, Sakra baru saja kembali dan banyak yang harus dibicarakan diantara mereka.“Masalah utamaku hanya untuk membuktikan pada para tetua, jika apa yang mereka perkirakan itu salah! Jadi, aku hanya perlu berpura-pura bodoh sampai aku menyelesaikan semua ujian akademi!” jelas Pandya mengutarakan pikirannya.“Apa kau pikir para tetua itu akan percaya ucapanku dengan mudah?!” tanya Sakra dengan nada tinggi karena kesal.Mendengar Sakra yang kesal dengan penjelasannya, Pandya malah kembali terkekeh kecil. Terlihat jelas jika dia yakin apapun yang sudah direncanakannya, akan berjalan lancar tanpa m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05

Bab terbaru

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Rencana

    “Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Membuka Segel

    Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertolongan

    Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status