Share

Latihan Tertutup

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2023-11-18 23:59:22

Suara di sekitar area ruang pelatihan terdengar lebih tenang dibanding biasanya. Walaupun suara setiap ruangan sudah dilindungi dengan sihir, tapi suara pintu yang terbuka dan tertutup tetap terdengar dan biasanya hal itu membuat suara yang cukup nyaring. Sangat berbeda dengan saat ini, yang tidak terdengar suara pintu terbuka maupun tertutup satupun.

Saat Pandya memasuki ruang pelatihan, seluruh pengikutnya sudah menunggu untuk mendengarkan arahan terakhirnya sebelum dia melakukan pelatihan tertutup. Di wajah mereka terlihat jelas jika mereka memberi semangat kepada Pandya, walaupun ada rasa sedikit kesedihan karena akan kembali ditinggal sosok pemimpin untuk sementara. Tapi, mereka menutupi perasaan itu dengan cukup baik.

"Apa kalian sudah memahami arahanku sebelumnya?" tanya Pandya yang sudah berdiri dihadapan para pengikutnya.

Sebelumnya Pandya sudah berpamitan dan memberi arahan kepada para pengikutnya, karena dia akan kembali menjalani pelatihan tertutup. Dia tidak memberitahuka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lilik Bowo
terus berkarya thor semangat....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kekhawatiran

    BAAAATS!Satu gerakan yang sangat tegas, dengan digabung dengan kuda-kuda di tahap awal membuatnya semakin kuat. Bahkan, dengan usaha yang tidak terlalu besar, bisa membuat gerakan yang menimbulkan getaran yang terasa hingga jarak jauh sekalipun.Pandya sudah mengulang semua gerakan itu hingga ratusan kali. Dan setiap dia mengulanginya, dia merasakan perubahan yang menjadikan gerakannya semakin sempurna."Otot-otot di sekujur tubuhku seperti menjerit karena mencapai batas, tapi aku masih ingin mengulanginya beberapa kali lagi!" ucap Pandya dengan peluh keringat membanjiri sekujur tubuhnya.'Waktumu masih panjang, tidak ada salahnya kau mengistirahatkan semua ototmu dulu. Lagipula, kenapa kau tampak begitu tergesa-gesa?' tanya Sakra yang heran dengan sikap Pandya."Entahlah, aku hanya merasa khawatir tentang segalanya. Menyibukkan diriku dengan pelatihan ini, bisa membuatku sedikit melupakan semuanya." Pandya menggeletakkan tubuhnya sambil terlentang menghadap atap ruang pelatihan.Sak

    Last Updated : 2023-11-20
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Aturan Ujian

    Ratusan tahun yang lalu, sosok Tuan Catra Arkantama sangat terkenal dengan julukan pendekar nomor satu yang dimilikinya. Dengan pedang Sahasra Kaditula sebagai simbol kekuatan, dia menumbangkan semua musuh-musuhnya dengan percaya diri.Dan hal itu pula yang membuat kebencian dari pemilik kekuatan besar yang lain menjadi semakin berkobar. Bahkan dari klan, aliansi serta ajaran dari berbagai padepokan, menggabungkan kekuatan mereka untuk menjatuhkannya serta merubuhkan julukan yang dimilikinya. Diawali dengan teror pembunuh bayaran, kemudian sayembara hingga penyanderaan anggota keluarganya. Namun, Tuan Catra tetap berdiri tegak dan kokoh tanpa ada yang bisa menumbangkannya.Hingga di umurnya yang hampir menginjak seratus tahun, tubuhnya tidak tergerus oleh waktu. Tapi sayangnya, usia manusia tidak bisa terus dipertahankan, entah kekuatan sebesar apapun yang dimilikinya.Sebelum Akhir hidupnya, Tuan Catra melatih keturunannya agar bisa mewarisi seluruh kemampuan yang dia miliki. Tapi,

    Last Updated : 2023-12-02
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Berakhirnya Pelatihan Tertutup

    Malam itu, ruang pelatihan terlihat lebih ramai dibanding biasanya. Semua pengikut Pandya yang baru selesai melakukan pelatihan dan berencana istirahat, dihentikan oleh beberapa kelompok murid yang menyerang mereka secara tiba-tiba.Sebenarnya kelompok pengikut Pandya lebih unggul, karena jumlah mereka jauh lebih banyak dari jumlah musuh yang menyerang. Namun, karena serangan itu tidak terduga, cukup banyak anggota yang terluka cukup parah.Dipta dan pemimpin kelompok lainnya, mencoba memberi arahan untuk melawan dan bertahan. Namun, suasana yang sudah terlanjur kacau, membuat mereka cukup kesulitan untuk balik menyerang dan hanya bisa bertahan.Disaat mereka semakin terpojok, hal yang mengejutkan membuat perhatian mereka terpecah. Termasuk serangan musuh yang tiba-tiba ikut terhenti, karena merasakan aura yang sangat menekan.Pintu ruang pelatihan yang tidak jauh dari tempat mereka, yang selama tiga bulan selalu tertutup kini terbuka lebar dengan suara yang menggema. Dari arah dalam,

    Last Updated : 2023-12-20
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pelatihan Dalam Air

    Tanpa sadar Pandya tertidur dengan lelap, di dalam rumah kayu milik Akandra. Dan hingga pagi menjelang tidak ada seseorang pun yang mengganggu istrhatnya.Saat terbangun Pandya terlihat kebingungan, karena tidak merasakan jejak pamannya yang datang semalam. Padahal, dia yakin jika pamannya itu sangat jarang bermalam di dalam akademi, dan lebih sering bermalam di rumah kayunya ini. Tapi, nyatanya sang paman tidak terlihat sejak semalam hingga dia bangun pagi ini.PHUUUU!Sayup-sayup dia mendengar suara terompet tanda sarapan pagi. Dengan sigap Pandya langsung bangkit dari posisinya dan keluar dari rumah kayu itu.Namun, bukannya bergegas kembali ke akademi, Pandya malah hanya menatap ke arah langit yang luas. Warna biru cerah dengan sedikit awan, membuatnya menarik napas dengan dalam dan perlahan.Cuaca pagi itu, seperti mendukung pemandangan indah yang terpampang di depan mata Pandya. Dengan diiringi suara gemericik air sungai yang bersahutan dengan suara kicauan burung dan suara sera

    Last Updated : 2023-12-28
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Katak Dalam Tempurung

    Pandya berdiri di barisan depan, yang memang ditujukan untuk dirinya. Dia menatap lurus ke arah depan, tanpa menggubris panggilan para pengikutnya yang terlalu bersemangat.Setelah ini akan banyak waktu bagi mereka untuk sekedar bercakap-cakap, tapi pengumuman yang akan disampaikan sebentar lagi sudah dia tunggu-tunggu. Ini waktu terlama sejak ujian tahap 1 sampai 4 dilaksanakan, dan Pandya terlihat sudah tidak sabar untuk mendengar pengaturan ujian kali ini.TEP! TEP! TEP!Suara langkah kaki yang terasa terburu-buru, membuat suasana menjadi sedikit mencekam. Ditambah wajah dari kedua guru, yang memperlihatkan ekspresi tegang dengan rahang yang mengeras. Membuat seluruh murid dapat merasakan jika akan ada hal buruk yang sebentar lagi mereka dengar."Apa kalian siap mendengarkan aturan ujian tahap 4?!" teriak Agha tanpa basa-basi sedikitpun."SAGUH!" jawab para murid serentak.Cukup puas dengan jawaban yang diberikan, Agha menatap Akandra yang berada di sebelahnya. Dia seperti menanyaka

    Last Updated : 2024-01-23
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sosok Misterius

    Paginya, semua murid berkumpul di halaman utama dengan wajah tegang yang tidak bisa mereka sembunyikan. Bahkan, saat sarapan pagi yang menjadi penyemangat mereka, kini tidak lagi membuat mereka merasa semangat sedikitpun.Saat ini, yang akan mereka hadapi bukanlah ujian yang hanya menentukan lolos atau tidaknya. Tapi, mereka juga mempertaruhkan nyawa, yang akan masih berada di tubuh mereka atau melayang saat ujian berlangsung.Sebenarnya, tidak ada satupun murid yang mengetahui dengan pasti, ujian apa saja yang akan mereka hadapi di dalam makam Raja Iblis itu. Tapi, hanya mendengar nama dan rumor yang selama ini beredar di masyarakat, mereka yakin jika memang nyawalah taruhannya.Semua guru dan penjaga yang selama tiga bulan terakhir jarang terlihat, kini mereka berkumpul secara berkelompok. Terlihat jelas pula di mata para murid, jika sebagian dari mereka juga merasakan ketakutan dan kekhawatiran yang tidak kalah besarnya.PHUUUU!Suara terompet kembali berbunyi, dan terdengar lebih

    Last Updated : 2024-01-24
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Dimualinya Ujian Tahap 4

    GREETTT!Suara pintu utama makam Raja Iblis dibuka, yang terdengar cukup memekakkan telinga. Bahkan, aura yang keluar dari dalam melalui celah kecil saja mampu membuat tubuh semua murid merinding.Dari 18 kelompok sebelumnya yang tersisa, kini setelah saling bergabung hanya menjadi 5 kelompok yang terdaftar. Sebelumnya, perwakilan dari setiap kelompok sudah mengambil undian, untuk masuk ke dalam makam sesuai urutan undian yang didapatkan.Pandya sengaja tidak memisahkan 6 kelompok di bawah naungannya, jadi mereka akan menjalani ujian dalam jumlah 36 orang. Terlalu banyak, jika mengingat sebuah makam bawah tanah akan memiliki jalur yang sempit. Tapi, kelompok mereka terlihat lebih percaya diri dibanding kelompok lainnya.Apalagi, Pandya mendapatkan nomor urut 3, yang cukup menguntungkan menurutnya. Mereka tidak perlu menunggu terlalu lama karena bukan urutan terakhir, dan juga bisa mempelajari kesalahan dari kelompok yang sebelumnya karena bukan yang pertama.Setiap kelompok memiliki j

    Last Updated : 2024-01-25
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Ratusan Anak Panah

    "Apa Pangeran bercanda?! Ratusan anak panah terus keluar, bagaimana kita bisa melewatinya dengan mudah?" tanya Dipta sambil menunjuk ratusan anak panah yang menancap pada tanah dihadapan mereka.Tidak hanya Dipta, yang lain pun ikut mengatakan hal serupa dengan tatapan mereka. Bukannya marah karena ucapannya dianggap candaan, Pandya malah terkekeh kecil."Ini bukan saat yang tepat untukku bercanda, kita memang akan melewatinya dengan mudah," jawab Pandya dengan nada santai."Apa Pangeran yakin? Kalau kita salah melangkah saja, bisa-bisa nyawa kita yang menjadi taruhannya!" sahut Raka meragukan ucapan Pandya."Benar, Pangeran! Kita tidak mungkin gugur di rintangan pertama bukan?" timpal Rajendra mendukung ucapan Raka.Tanpa memberi penjelasan kepada semua pengikut yang menatapnya keheranan, Pandya langsung berlari dengan jurus meringankan tubuh miliknya, dan bergerak dengan sangat cepat.TEP TEP TEPPara pengikut melihatnya dengan mata melotot dan mulut terbuka, mereka tidak menyangka

    Last Updated : 2024-01-28

Latest chapter

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Rencana

    “Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Membuka Segel

    Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertolongan

    Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status