"A-ayah?"Rasa-rasanya, Yuu tengah bermimpi buruk sekarang. Mimpi menakutkan yang selalu ingin dia hindari bagaimanapun caranya. Hanya saja, ketika melihat tubuh kaku Ervan jatuh mengenaskan tidak jauh darinya, seolah cukup menyadarkannya bahwa ini bukan ilusi. "Apa yang kau lakukan pada Ayahku?" Yuu berbisik. Suaranya bergetar sementara tubuhnya merosot turun ke tanah. Air mukanya benar-benar terlihat pias. Perpaduan sempurna antara syok dan tak habis pikir. Aint yang melihat keguncangan pemuda itu justru tidak bereaksi seperti yang selalu dia lakukan. Raut wajahnya datar sampai ketika dia bangkit dari posisi duduknya. Lalu dengan kemampuannya, dia memindahkan tubuh kaku Ervan tepat di hadapan Yuu. Pemuda itu lantas melebarkan mata penuh kesedihan. "Bawalah dia dan berhenti terlihat menyedihkan. Lawan aku, Bocah Naga!" ujarnya, tak ada simpati. Napas Yuu berhembus lebih cepat. Keringat dingin membasahi nyaris semua wajah dan lehernya. Bibirnya bergetar saat berkata, "Dia bahkan ti
SAAT SEKARANG .......Menyeringai, Aint menatap Yuu dan Ash bergiliran. Bibirnya yang kemerahan pun berkedut memunculkan garis senyum penuh ejekan. Aint berkata, "Jadi, siapa di antara kalian yang akan maju terlebih dahulu?" Dia menggeleng sejenak, masih mengejek. "Oh, apa mungkin kalian ingin menyerang bersamaan? Apapun itu, silahkan saja," ujarnya.Sementara itu, kepalan tangan Yuu menguat seiring berakhirnya pancingan Aint. Hanya saja, Ash yang kini berpindah di sebelahnya mencoba memberi isyarat untuk tenang. Ash menggeleng sembari menatap Yuu lekat seolah mereka dapat berkomunikasi dengan itu. Sampai kemudian, Ash berteriak sangat keras. "SEKARANG!" Seraya melempar serangan kilat hingga memaksa Aint mengambil langkah mundur meski pendek, tetapi itu cukup mengecoh. Meraih kesempatan, Yuu di sisi lain menerjang dari arah belakang usai menarik langkah memutar. Menyusun rencana dan mengaktifkan gelombang panas yang dihasilkan tubuhnya lantas meluncurkannya tepat ke arah Aint.
"Sial! Ameera tolong aku, dia sekarat!"Teriakan Ash berhasil membangunkan Ameera dari lamunan. Sejak awal dia hanya bersembunyi sembari mengamati jalannya pertarungan di balik batang pohon. Dia tentu tidak berpikir bahwa Ash dan Yuu dapat membuat Aint mundur, dan karenanya reaksi pertama yang gadis itu tunjukkan hanya terdiam beku seolah baru saja mendapati hal mengejutkan sepanjang hidupnya.Menyadari bahwa masalah tidak akan selesai hanya dengan perginya Aint, Ameera bergegas menghampiri Ash. Masalah yang sekarang jauh lebih besar, pikirnya.Hanya saja, sepasang manik gadis itu kontan melebar saat menemukan Ash tengah membanting tubuh Yuu ke tanah berulang kali. Sangat kasar bahkan terkesan ingin membunuh pemuda itu. "Keparat bodoh! Apa yang kau lakukan?!" maki Ameera, menarik jubah yang dikenakan Ash guna menjauhkannya dari Yuu yang tidak sadarkan diri."Aku hanya mencoba membangunkannya," ucapnya, hendak membela diri ketika menjumpai pelototan gadis itu. Kendati demikian, tangan
Melarikan diri. Tidak ada yang lebih penting dari itu setelah melihat pria berkepala kerbau menyeringai, seolah dia baru saja mendapati makan malamnya. Berjalan cepat menghampiri ketiga orang di depan dengan hembusan kasar dari lubang hidungnya. Menerjang mereka dengan langkah berat yang seakan membawa penghakiman. Ameera mengeratkan remasan tangannya. Dia genggam lengan Yuu dan Ash di saat yang sama, membawa rasa takutnya dengan napas tertahan. Semakin dekat sosok dengan kepala kerbau, semakin berkeringat pula keningnya. Sementara Ash, bergegas maju menghadang dengan raut kaku. Benih waspada mendadak mengakar di benaknya. Belum pernah ada yang memburunya dengan makhluk yang satu ini.Ash mendorong Ameera pelan, sembari memberi peringatan ke arah Yuu. "Bawa Ameera menjauh! Aku akan menyusul!" Ameera menjerit, tatkala tombak runcing di tangan musuh terangkat nyaris melubangi kepala Ash. "Tidak!" Hendak berlari ke arah pria itu tetapi Yuu menariknya mundur. Cukup kasar. "Gadis bodoh!
"Apa itu monster baru buatan Ayahku?" "Kemungkinan besar, itu benar. Tetapi, di satu sisi aku merasa ragu." Ash mengernyit. Memikirkan kembali pertarungan yang dia lakukan sore tadi. Terasa janggal dan terlalu banyak celah. Yuu yang mendengar refleks menjauh dari api unggun, bergerak mendekati Ash dan Ameera. "Apa maksudmu?" "Jika dibandingkan dengan semua pemburu yang diperintahkan oleh Fredrick dan Aint, kali ini yang terlemah. Aku jadi skeptis ini kiriman dari mereka." Yuu dan Ameera mendadak menelan ludah. Paling lemah katanya? Yang benar saja?"Kau yakin? Padahal aku sudah berusaha semampuku. Mereka bahkan tidak mati saat aku melubangi perutnya." Yuu terlihat kesal. Merasa terhina saat Ash dengan enteng berkata monster itu lemah sementara dia harus berjuang mengalahkan salah satunya. Ash terkekeh mengejek. "Jika begitu, maka kau yang lemah. Begitu saja kau kalang kabut." Yuu berdecak, tetapi tidak mampu membantah. Selama beberapa bulan terakhir kemampuannya memang menumpul
Pagi-pagi sekali Yuu telah terjaga. Dia bahkan bisa melihat pemandangan langka; Ash tertidur dengan mulut terbuka, sementara Ameera tengkurap bak buaya. Ini jelas bukan suasana pagi yang Yuu harapkan setelah kemarin malam matanya sulit terpejam. Menghela napas, ingatan Yuu mulai kembali memutar perkataan Ameera. Mencari empat potongan sayap naga kuno yang bahkan tidak pernah lagi terdengar keberadaannya setelah sekian abad, tentu bukan hal yang mudah. Sementara Yuu mengaitkan semua hal yang telah dia lalui, nyatanya, kehidupannya berubah banyak hanya dalam waktu singkat. Membuat Yuu merasa aneh. Hanya saja, semua telah terjadi dan dia harus bertahan. Tidak! Dia harus bertambah kuat!Yuu mengamati Ash yang terlihat tenang dalam tidur, lantas kemudian mendengkus dengan sebal. "Sialan! Bedebah ini bahkan bisa tidur lelap, sementara aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata." "Oh, Yuu, kau sudah bangun?" Yuu seketika terperanjat, sama sekali tidak menduga bahwa Ameera akan terbangun.
"Mereka sudah gila!" Ameera meringis. Tidak jauh dari tempat persembunyiannya, dia menyaksikan Ash dan Yuu tengah mempermainkan dua orang preman pasar. Dua orang yang telah mereka incar sebelumnya. Bahkan jika tubuh kedua preman sedikit lebih besar, tetapi Ameera jauh lebih prihatin kepada mereka. "Berikan semua uang yang kalian miliki!" Ash memberi satu pukulan. Tepat menghantam rahang, memaksa gigi si preman terlepas bersamaan teriakan pilu. Sementara di sebelahnya, kondisi preman lainnya tidak berbeda jauh di tangan Yuu. "Kalian merampas uang dari pedagang lemah. Kembalikan semua itu," peringat Yuu. Maniknya menghunus tajam, memberi ancaman tak main-main. Merasa tidak ada jalan, sementara lawan cukup tangguh, kedua preman saling melempar lirikan. Seolah memberi isyarat satu sama lain, bahwa menyerah adalah pilihan yang tepat. Bersamaan dengan itu, dua kantong berukuran cukup besar ditarik keluar dari dalam saku salah seorang preman. Melemparkannya serampangan hingga nyaris meny
"Memangnya apa yang ingin kau katakan? Wajahmu sampai seserius itu," celetuk Ash. Langkahnya terlihat ringan, mencoba mengimbangi Yuu yang berjalan pelan di sampingnya.Tetapi, langkah Yuu yang berhenti membuat Ash mengalihkan perhatiannya. "Ada apa?" tanya Ash. Yuu menoleh dengan raut horor. "Ash ... Ameera dalam bahaya," ujarnya dengan suara parau, nyaris tercekat. Telunjuk pemuda itu mengarah ke arah pintu kamar mereka yang telah rusak poranda. Detik yang sama Ash menatap hal serupa. Yuu bahkan bisa melihat perubahan raut wajah pria itu. Perpaduan pias dan syok. Tanpa bisa dicegah, Ash telah berlari dengan langkah kilat menunju kamar. "Oh, tidak! Ameera!" teriaknya, disusul Yuu di belakang. Dada Yuu naik turun. Rasa masam di tenggorokan membuat perasaannya kian memburuk. Penampakan seisi kamar yang rusak dan ketiadaan Ameera, jelas telah memberitahu mereka bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi di tempat ini.Dengan perasaan takut, Yuu melirik Ash yang tengah berjongkok. Jemari
"Uhuk!!"Ameera terbatuk keras. Sangat keras hingga dadanya ikut terasa remuk. Dia meringis tatkala mencoba bangkit, sementara kesadarannya memulih usai mendapati dirinya berada di tempat yang teramat asing. Keningnya mengerut mendapati alas tidur jerami berbau apek. Dinding tanah yang lembab, bahkan beberapa di antaranya dihinggapi bulir air juga serangga berukuran kecil. Gadis Itu segera terperanjat. Bergerak mundur hingga punggungnya menempel di dinding dan memperkecil batas teritorialnya. Napasnya masih terlihat naik turun, dan karenanya, rasa sesak di dada kian menyiksa. Buru-buru dia mengusapnya, kemudian menyadari bahwa pakaian yang dia kenakan masih sama dengan kemarin. Bahkan lebih buruk. Robek di segala sisi ditambah bercak darah mengering membuat kesan horor untuk Ameera."Apa yang—akh!" Gadis itu mengerang, bergegas menyentuh sudut bibirnya yang berdenyut karena rasa perih di sana. Hingga sekelebat ingatan buruk menyeruak masuk ke dalam kepalanya. Memperjelas sebab meng
"Memangnya apa yang ingin kau katakan? Wajahmu sampai seserius itu," celetuk Ash. Langkahnya terlihat ringan, mencoba mengimbangi Yuu yang berjalan pelan di sampingnya.Tetapi, langkah Yuu yang berhenti membuat Ash mengalihkan perhatiannya. "Ada apa?" tanya Ash. Yuu menoleh dengan raut horor. "Ash ... Ameera dalam bahaya," ujarnya dengan suara parau, nyaris tercekat. Telunjuk pemuda itu mengarah ke arah pintu kamar mereka yang telah rusak poranda. Detik yang sama Ash menatap hal serupa. Yuu bahkan bisa melihat perubahan raut wajah pria itu. Perpaduan pias dan syok. Tanpa bisa dicegah, Ash telah berlari dengan langkah kilat menunju kamar. "Oh, tidak! Ameera!" teriaknya, disusul Yuu di belakang. Dada Yuu naik turun. Rasa masam di tenggorokan membuat perasaannya kian memburuk. Penampakan seisi kamar yang rusak dan ketiadaan Ameera, jelas telah memberitahu mereka bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi di tempat ini.Dengan perasaan takut, Yuu melirik Ash yang tengah berjongkok. Jemari
"Mereka sudah gila!" Ameera meringis. Tidak jauh dari tempat persembunyiannya, dia menyaksikan Ash dan Yuu tengah mempermainkan dua orang preman pasar. Dua orang yang telah mereka incar sebelumnya. Bahkan jika tubuh kedua preman sedikit lebih besar, tetapi Ameera jauh lebih prihatin kepada mereka. "Berikan semua uang yang kalian miliki!" Ash memberi satu pukulan. Tepat menghantam rahang, memaksa gigi si preman terlepas bersamaan teriakan pilu. Sementara di sebelahnya, kondisi preman lainnya tidak berbeda jauh di tangan Yuu. "Kalian merampas uang dari pedagang lemah. Kembalikan semua itu," peringat Yuu. Maniknya menghunus tajam, memberi ancaman tak main-main. Merasa tidak ada jalan, sementara lawan cukup tangguh, kedua preman saling melempar lirikan. Seolah memberi isyarat satu sama lain, bahwa menyerah adalah pilihan yang tepat. Bersamaan dengan itu, dua kantong berukuran cukup besar ditarik keluar dari dalam saku salah seorang preman. Melemparkannya serampangan hingga nyaris meny
Pagi-pagi sekali Yuu telah terjaga. Dia bahkan bisa melihat pemandangan langka; Ash tertidur dengan mulut terbuka, sementara Ameera tengkurap bak buaya. Ini jelas bukan suasana pagi yang Yuu harapkan setelah kemarin malam matanya sulit terpejam. Menghela napas, ingatan Yuu mulai kembali memutar perkataan Ameera. Mencari empat potongan sayap naga kuno yang bahkan tidak pernah lagi terdengar keberadaannya setelah sekian abad, tentu bukan hal yang mudah. Sementara Yuu mengaitkan semua hal yang telah dia lalui, nyatanya, kehidupannya berubah banyak hanya dalam waktu singkat. Membuat Yuu merasa aneh. Hanya saja, semua telah terjadi dan dia harus bertahan. Tidak! Dia harus bertambah kuat!Yuu mengamati Ash yang terlihat tenang dalam tidur, lantas kemudian mendengkus dengan sebal. "Sialan! Bedebah ini bahkan bisa tidur lelap, sementara aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata." "Oh, Yuu, kau sudah bangun?" Yuu seketika terperanjat, sama sekali tidak menduga bahwa Ameera akan terbangun.
"Apa itu monster baru buatan Ayahku?" "Kemungkinan besar, itu benar. Tetapi, di satu sisi aku merasa ragu." Ash mengernyit. Memikirkan kembali pertarungan yang dia lakukan sore tadi. Terasa janggal dan terlalu banyak celah. Yuu yang mendengar refleks menjauh dari api unggun, bergerak mendekati Ash dan Ameera. "Apa maksudmu?" "Jika dibandingkan dengan semua pemburu yang diperintahkan oleh Fredrick dan Aint, kali ini yang terlemah. Aku jadi skeptis ini kiriman dari mereka." Yuu dan Ameera mendadak menelan ludah. Paling lemah katanya? Yang benar saja?"Kau yakin? Padahal aku sudah berusaha semampuku. Mereka bahkan tidak mati saat aku melubangi perutnya." Yuu terlihat kesal. Merasa terhina saat Ash dengan enteng berkata monster itu lemah sementara dia harus berjuang mengalahkan salah satunya. Ash terkekeh mengejek. "Jika begitu, maka kau yang lemah. Begitu saja kau kalang kabut." Yuu berdecak, tetapi tidak mampu membantah. Selama beberapa bulan terakhir kemampuannya memang menumpul
Melarikan diri. Tidak ada yang lebih penting dari itu setelah melihat pria berkepala kerbau menyeringai, seolah dia baru saja mendapati makan malamnya. Berjalan cepat menghampiri ketiga orang di depan dengan hembusan kasar dari lubang hidungnya. Menerjang mereka dengan langkah berat yang seakan membawa penghakiman. Ameera mengeratkan remasan tangannya. Dia genggam lengan Yuu dan Ash di saat yang sama, membawa rasa takutnya dengan napas tertahan. Semakin dekat sosok dengan kepala kerbau, semakin berkeringat pula keningnya. Sementara Ash, bergegas maju menghadang dengan raut kaku. Benih waspada mendadak mengakar di benaknya. Belum pernah ada yang memburunya dengan makhluk yang satu ini.Ash mendorong Ameera pelan, sembari memberi peringatan ke arah Yuu. "Bawa Ameera menjauh! Aku akan menyusul!" Ameera menjerit, tatkala tombak runcing di tangan musuh terangkat nyaris melubangi kepala Ash. "Tidak!" Hendak berlari ke arah pria itu tetapi Yuu menariknya mundur. Cukup kasar. "Gadis bodoh!
"Sial! Ameera tolong aku, dia sekarat!"Teriakan Ash berhasil membangunkan Ameera dari lamunan. Sejak awal dia hanya bersembunyi sembari mengamati jalannya pertarungan di balik batang pohon. Dia tentu tidak berpikir bahwa Ash dan Yuu dapat membuat Aint mundur, dan karenanya reaksi pertama yang gadis itu tunjukkan hanya terdiam beku seolah baru saja mendapati hal mengejutkan sepanjang hidupnya.Menyadari bahwa masalah tidak akan selesai hanya dengan perginya Aint, Ameera bergegas menghampiri Ash. Masalah yang sekarang jauh lebih besar, pikirnya.Hanya saja, sepasang manik gadis itu kontan melebar saat menemukan Ash tengah membanting tubuh Yuu ke tanah berulang kali. Sangat kasar bahkan terkesan ingin membunuh pemuda itu. "Keparat bodoh! Apa yang kau lakukan?!" maki Ameera, menarik jubah yang dikenakan Ash guna menjauhkannya dari Yuu yang tidak sadarkan diri."Aku hanya mencoba membangunkannya," ucapnya, hendak membela diri ketika menjumpai pelototan gadis itu. Kendati demikian, tangan
SAAT SEKARANG .......Menyeringai, Aint menatap Yuu dan Ash bergiliran. Bibirnya yang kemerahan pun berkedut memunculkan garis senyum penuh ejekan. Aint berkata, "Jadi, siapa di antara kalian yang akan maju terlebih dahulu?" Dia menggeleng sejenak, masih mengejek. "Oh, apa mungkin kalian ingin menyerang bersamaan? Apapun itu, silahkan saja," ujarnya.Sementara itu, kepalan tangan Yuu menguat seiring berakhirnya pancingan Aint. Hanya saja, Ash yang kini berpindah di sebelahnya mencoba memberi isyarat untuk tenang. Ash menggeleng sembari menatap Yuu lekat seolah mereka dapat berkomunikasi dengan itu. Sampai kemudian, Ash berteriak sangat keras. "SEKARANG!" Seraya melempar serangan kilat hingga memaksa Aint mengambil langkah mundur meski pendek, tetapi itu cukup mengecoh. Meraih kesempatan, Yuu di sisi lain menerjang dari arah belakang usai menarik langkah memutar. Menyusun rencana dan mengaktifkan gelombang panas yang dihasilkan tubuhnya lantas meluncurkannya tepat ke arah Aint.
"A-ayah?"Rasa-rasanya, Yuu tengah bermimpi buruk sekarang. Mimpi menakutkan yang selalu ingin dia hindari bagaimanapun caranya. Hanya saja, ketika melihat tubuh kaku Ervan jatuh mengenaskan tidak jauh darinya, seolah cukup menyadarkannya bahwa ini bukan ilusi. "Apa yang kau lakukan pada Ayahku?" Yuu berbisik. Suaranya bergetar sementara tubuhnya merosot turun ke tanah. Air mukanya benar-benar terlihat pias. Perpaduan sempurna antara syok dan tak habis pikir. Aint yang melihat keguncangan pemuda itu justru tidak bereaksi seperti yang selalu dia lakukan. Raut wajahnya datar sampai ketika dia bangkit dari posisi duduknya. Lalu dengan kemampuannya, dia memindahkan tubuh kaku Ervan tepat di hadapan Yuu. Pemuda itu lantas melebarkan mata penuh kesedihan. "Bawalah dia dan berhenti terlihat menyedihkan. Lawan aku, Bocah Naga!" ujarnya, tak ada simpati. Napas Yuu berhembus lebih cepat. Keringat dingin membasahi nyaris semua wajah dan lehernya. Bibirnya bergetar saat berkata, "Dia bahkan ti