Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 83. Bagaimana Caranya Bercerai?

Share

83. Bagaimana Caranya Bercerai?

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2024-09-27 23:00:38

"Huff! Cindy dalam bahaya... Kalau sampai Khan tahu bahwa Cindy adalah istriku, nyawanya bisa terancam setiap saat," gumam Naga Perang dalam hati, pikirannya bergelut dengan rasa cemas. "Aku harus menceraikannya sebelum Khan tiba di Khatulistiwa, tapi bagaimana caranya?"

Di balik pintu, Jessy, yang sejak tadi berusaha menguping pembicaraan Naga Perang dan Selina, semakin kebingungan dengan apa yang ia dengar. Pikiran Jessy penuh dengan spekulasi. Hubungan antara Naga Perang, Selina, dan sekarang Khan, terasa semakin rumit di benaknya.

"Masuklah!" seru Naga Perang tiba-tiba, suaranya tajam memecah kebingungan Jessy. "Kau sudah terlalu lama berdiri di luar pintu... Ada hal yang perlu kutanyakan!"

Jessy terkejut, wajahnya memerah karena ketahuan menguping. Dengan langkah ragu dan malu, ia melangkah masuk ke kamar penthouse yang megah itu, matanya tak berani menatap langsung Naga Perang.

"Ada apa Ketua memanggilku ke sini?" tanyanya, berusaha menyembunyikan kegugupan dalam suaranya.

Naga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   84. Selina dan Khan

    Jessy membuka pintu penthouse dengan langkah cepat, hanya untuk mendapati sosok Selina yang menunggunya di luar, menyandarkan diri pada dinding dengan sikap santai yang penuh percaya diri. Tatapan Jessy langsung mengeras, kemarahannya terselubung di balik wajah dingin.“Apa yang dikatakan Naga Perang?” suara Selina terdengar lembut namun menusuk.Jessy menyipitkan matanya, tatapan matanya penuh ketidakpercayaan. “Apa urusanmu? Ada hal yang pantas kau tanyakan, dan ada yang tidak. Kau paham, Selina?” Nada suaranya tajam, dipenuhi rasa sakit yang jelas meski terbungkus oleh sikap dingin. Sejak mengetahui bahwa Selina membohonginya, Jessy merasa semua kepercayaan yang pernah ia berikan telah musnah.Selina hanya tersenyum, seolah tak terpengaruh. “Kenapa kau marah? Seharusnya kau sudah tahu kalau ceritaku hanyalah karangan saja. Kau kan selalu ada bersama Naga Perang, jadi jelas kau tak tertipu. Marah padaku, bukan solusi.”Kata-kata itu seperti minyak yang disiram ke atas api. Jessy men

    Last Updated : 2024-09-29
  • Kebangkitan Naga Perang   85. Resepsionis Sombong

    Cindy Huang berdiri di depan Menara Naga Perang, jantungnya berdebar tak karuan. Gedung megah itu menjulang tinggi di hadapannya, dengan kaca-kaca berkilauan memantulkan langit kota yang abu-abu. Aura kekuasaan terpancar dari setiap sudutnya, menelan keberaniannya seiring ia menimbang langkah masuk ke dalam. Bayangan kata-kata Katrin masih berputar di kepalanya—250 miliar rupiah untuk Huang Corporation, dan semua itu berkat pengaruh Rendy.Rendy... Suaminya yang lembut dan sederhana, lebih cocok berada di balik meja, bukan bersilat lidah dengan sosok sekelas Naga Perang. Bagaimana mungkin Rendy bisa berurusan dengan figur berkuasa seperti itu? Pikirannya melayang ke Katrin, teman lama Rendy. Apakah melalui Katrin? Lebih masuk akal jika Katrin yang bertindak sebagai perantara. Tapi... kenapa Katrin mau membantunya? Apakah ada permainan licik di balik senyum manis itu, balas dendam karena sikap kasar Cindy saat pertemuan mereka terakhir?"Aku bersikap kasar padanya... Tapi, dia tetap men

    Last Updated : 2024-09-29
  • Kebangkitan Naga Perang   86. Teman Lama Naga Perang

    Cindy melangkah pelan di bawah naungan pohon-pohon rindang di Taman Khatulistiwa, sebuah oasis hijau di tengah gemerlap kota Kartanesia. Gedung-gedung pencakar langit yang biasanya mengelilinginya kini terasa jauh, seolah taman ini menciptakan ruang yang berbeda, menenangkannya untuk sesaat dari hiruk-pikuk kehidupan yang penuh tekanan. Ia duduk di bangku taman panjang, meresapi aroma dedaunan basah dan mendengar desir angin yang berhembus lembut, tapi kegelisahan masih mencengkeram hatinya.Tangan Cindy mencengkeram ponsel dengan kuat, matanya kosong menatap layar. Pikiran tentang Rendy terus menghantui. "Kemana dia? Mengapa dia belum pulang? Apa benar dia pergi bersama Jessy tadi malam?" gumamnya dalam hati. Kabar tentang Rendy yang mengendarai helikopter Super Puma, seperti yang dikatakan oleh James, membuat semuanya semakin tidak masuk akal. Cindy tahu Rendy punya kemampuan luar biasa—mampu menyetir mobil mewah seperti MBenz C-Class dengan keanggunan yang tidak lazim—tapi ini teras

    Last Updated : 2024-09-30
  • Kebangkitan Naga Perang   87. Kecurigaan Cindy

    Resepsionis segera memimpin Cindy kembali, melewati koridor yang dipenuhi lukisan-lukisan seni modern dan patung-patung futuristik, tanda-tanda kekayaan dan kekuasaan yang tak terbantahkan. Setiap sudut ruangan diisi dengan keheningan yang begitu mahal, seolah waktu di dalam menara itu bergerak dengan aturan tersendiri, terpisah dari dunia luar.Sesampainya di lantai atas, pintu ruang kantor Katrin Chow terbuka dengan elegan, dan Cindy bisa melihat Katrin sudah berdiri di balik meja besar berlapis kaca, senyumnya ramah namun tajam, penuh kendali."Selamat datang, Cindy," kata Katrin dengan nada tenang. "Maaf atas kesalahpahaman tadi."Cindy hanya menatap Katrin, mencoba menelaah niat di balik mata tajam wanita itu. Mungkinkah Katrin benar-benar tulus? Atau ini semua hanya permainan di tangan kekuatan besar yang Cindy belum pahami sepenuhnya?“Tak apa,” balas Cindy akhirnya, meski hatinya masih dipenuhi kecurigaan. "Kita punya banyak hal untuk dibicarakan."Katrin mempersilakan Cindy d

    Last Updated : 2024-09-30
  • Kebangkitan Naga Perang   88. Kabar Buruk

    Rendy berdiri di tepi Nirvana Hills, angin sejuk berhembus pelan, menggoyangkan pepohonan yang mengelilingi resor mewah itu. Di kejauhan, kota bersinar di bawah langit senja, namun pikirannya penuh dengan bayang-bayang Khan, musuh lama yang bisa muncul kapan saja. Rubikon miliknya terparkir tak jauh, siap membawanya kembali ke Kota Buitenzorg, tempat segala urusan penting menanti.Jessy berdiri di depannya, wajahnya menunjukkan kecemasan yang sulit disembunyikan. "Apa aku harus mendampingi Ketua ke Buitenzorg?" tanyanya dengan nada khawatir, matanya tak lepas dari Rendy yang bersiap pergi."Tidak perlu," jawab Rendy dingin, tangannya menyentuh permukaan mobil. "Kamu fokus pada Selina. Selidiki apa saja yang dia tahu tentang Khan."Jessy tampak ragu sejenak. "Bagaimana jika aku menemukan sesuatu tentang masa lalu Ketua dengan Selina?" tanyanya, mencoba meraba seberapa jauh Rendy masih terikat dengan masa lalu.Rendy mendesah pelan, memandang jauh ke cakrawala yang mulai memerah. "Aku s

    Last Updated : 2024-10-01
  • Kebangkitan Naga Perang   89. Ayo Kita Cerai!

    "Aku tidak akan meninggalkan Khatulistiwa!" tegas Cindy. Matanya menatap Rendy tajam, menuntut jawaban tentang siapa The Killer sebenarnya dan apa hubungannya dengan masa lalu Rendy.Rendy menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. "Situasi di Khatulistiwa sangat berbahaya, Cin! Percayalah padaku. Aku janji akan menjelaskan semuanya setelah kamu aman, setelah kamu kembali ke sini."Namun, Cindy tidak bergeming. “Aku tahu kamu sedang berusaha melindungiku, Ren. Tapi aku tidak akan lari begitu saja.”Rendy frustrasi. "The Killer tidak akan pernah berhenti, Cin! Kalau kamu tetap di sini, dia akan mencarimu. Kamu harus pergi!"Dalam hati, Rendy menyesal tidak menghentikan The Killer dulu. "Sial... seharusnya aku habisi dia ketika ada kesempatan. Apakah hilangnya Clara ada hubungannya dengan dirinya?" batinnya bergejolak.Cindy menggeleng tegas. "Aku akan tetap di Khatulistiwa. Kalau aku pergi, mama akan menghabiskan pinjaman dari Wang Industries. Kau tahu sendiri, mama tidak bisa mengen

    Last Updated : 2024-10-02
  • Kebangkitan Naga Perang   90. Insiden di Parkiran Kafe Kupi

    Rendy berjalan menjauh tanpa menoleh sedikit pun, meninggalkan Cindy di belakangnya. Ada beban berat yang menekan dadanya, sebuah rasa hampa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Apa aku benar-benar jatuh cinta pada Cindy?" gumamnya dalam hati, berusaha meraba perasaannya yang teraduk-aduk.Tak terasa, skuter bututnya mengarungi jalanan hingga berhenti di depan Kafe Kupi, sebuah kafe terkenal di Kota Buitenzorg. Nama kafe itu sederhana, hanya mengganti huruf ‘o’ pada kopi menjadi ‘u.’ Rendy datang dengan satu tujuan ... meredakan keresahan hatinya sebelum kembali ke Resor Lotus Merah di Underground City.Begitu memasuki halaman Kafe Kupi, pandangan tak ramah segera menyambutnya. Halaman luas itu penuh dengan mobil-mobil mewah yang terparkir rapi, seolah-olah kafe ini hanya terbuka bagi mereka yang mampu berkendara dengan mobil mahal. Tak ada ruang untuk skuter tua seperti milik Rendy, yang terlihat bagaikan benda asing di tengah parade kemewahan."Kenapa kaf

    Last Updated : 2024-10-03
  • Kebangkitan Naga Perang   91. Tuan Brawijaya Chang

    Suasana di halaman Kafe Kupi berubah tegang. Petugas keamanan yang tersisa saling melirik, tidak yakin harus bertindak seperti apa. Mereka baru saja menyaksikan satu dari mereka roboh dengan satu pukulan, dan kini pria yang berdiri di depan mereka memancarkan aura yang tak biasa—lebih dari sekadar tamu yang marah. Rendy berdiri tegak, dengan tatapan yang kini lebih tajam dan dingin. Hawa di sekitar terasa berat, menekan, seolah udara di tempat itu menjadi sulit dihirup.Salah seorang petugas memberanikan diri melangkah maju, meskipun ragu. "Kau pasti orang gila! Beraninya kau buat kekacauan di sini! Kami akan lapor pada Tuan Brawijaya, dan dia takkan memaafkanmu!" serunya, meski ada getar ketakutan di suaranya.Baru kali ini petugas keamanan merasakan nyawa mereka terancam walaupun mereka unggul dalam jumlah apabila terjadi pertarungan dengan Rendy.Rendy tak menanggapi. Ia hanya mendengus pelan sambil memandangi pria itu dengan tatapan seperti elang mengi

    Last Updated : 2024-10-03

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status