Beberapa saat kemudian, Jenny kembali memasuki Ruang Prioritas dengan senyum profesional yang tak pernah pudar dari wajahnya, ciri khas dari layanan kelas atas Bank Bumi Khatulistiwa. Namun, ada ketegangan yang masih terasa yang membuat suasana yang tak nyaman."Jadi, apakah cek ini bisa dicairkan hari ini?" Vera bertanya, suaranya sedikit meninggi, mengisyaratkan ketidaksabarannya. Pikiran Vera sudah melayang ke bayangan gemerlap Casino Island, tempat mewah di mana ia bisa bersantai sambil bermain di meja judi favoritnya.Namun, jawaban dari Jenny membuyarkan semua impiannya.Jenny, dengan nada tetap ramah namun tegas, menjawab, "Maaf, Bu Vera. Pimpinan kami telah memastikan bahwa hanya Ibu Cindy yang berwenang untuk menarik dana perusahaan. Kami sangat menyarankan agar Ibu Vera menghubungi Ibu Cindy terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan. Biasanya kami yang akan mengurus konfirmasi, tapi karena Ibu Vera adalah pelanggan prioritas kami, kami ingin memberikan kesempatan bagi Ib
Malam itu, Vera duduk di ruang tamunya yang mewah, lampu-lampu kristal berkilauan di langit-langit apartemen penthouse-nya yang menghadap gemerlap kota Kartanesia. Kota itu tidak pernah tidur—gedung-gedung pencakar langit memantulkan kemegahan urban yang tiada henti. Vera menyesap segelas anggur merahnya dengan perlahan, sambil memutar ponselnya di tangan.Selain memiliki rumah di Buitenzorg, Vera juga memiliki apartemen mewah di Kartanesia yang bisa mempermudah dirinya untuk pulang-pergi ke kantornya yang berada di pusat kota Kartanesia."Aku tidak butuh bantuanmu, Cindy," gumamnya pada dirinya sendiri. "Aku bisa lakukan ini sendiri."Dengan satu gerakan cepat, Vera menghubungi kontak lama yang sudah lama dia lupakan—seorang kenalan di Qing Development yang tahu betul bagaimana permainan bisnis abu-abu berjalan. Qing Development mungkin bukan perusahaan terkenal, tapi mereka memiliki koneksi yang cukup kuat untuk memuluskan jalannya.Percakapan singkat di telepon itu terasa seperti s
"Ma... mama yakin ngambil duit perusahaan? Bukannya Qing Development yang ngeluarin dana bantuan kita?" Cindy nanya, matanya ngeluarin sinar curiga kayak detektif nyari bukti.Vera langsung panik kayak kucing ngeliat air. Rahasia yang sudah dia simpan rapat-rapat selama ini mau ketahuan. "Si jalang itu? Kenapa dia bisa tau kalau aku yang nyuri duit perusahaan, bahkan kamu aja nggak tau!" batinnya, sambil berusaha nutupin rasa bersalahnya."Nggak mungkin kamu nuduh Mama cuma gara-gara omongan perempuan jalang itu!" Vera ngomong dengan nada meyakinkan, padahal dalem hatinya udah gemeteran."Cewek yang mama bilang jalang itu adalah Katrin Huang, CEO utama Wang Industries yang ngatur semua perusahaan multinasional ini!" Cindy ngomong dengan nada sedih. Dia bingung banget sama situasi ini. Kalau kata Katrin bener, berarti Rendy udah bantu dia selama ini? Tapi nggak mungkin juga, mungkin Katrin cuma mau naikin derajat Rendy di mata mamanya.Cindy lebih milih nggak percaya sama Katrin daripa
"Apa yang dilakukan oleh suamimu di sana, Cin? Belagak kaya padahal kere! Pasti dia disupport oleh perempuan jalang itu!"Vera memendam kekesalan karena Katrin telah membongkar korupsi yang dilakukannya dan hendak menyelidikinya. Bahkan sekarang dia mengajak menantu sampahnya duduk berdampingan ditemani gadis muda yang sangat mempesona dengan lekuk tubuh yang indah.Cindy yang biasanya cuek mulai terbakar api cemburu, apalagi Rendy terlihat bahagia sekali bersenda gurau dengan gadis yang bersamanya.James Chung yang tak tahu malu perlahan mendekati bodyguard yang menjaga sekeliling meja bertaplak emas yang berjumlah 5 meja ini."Pak, kami juga memiliki Undangan Emas ... hanya saja undangan kami tertinggal di rumah! Apa kami boleh masuk?" tanyanya sambil berusaha menyogok para bodyguard ini."Mohon Tuan simpan uang Tuan ini dan menjauh dari Jamuan Makan Malam dengan Undangan Emas ini! Kami tidak segan-segan bertindak kasar apabila Tuan masih nekad untuk masuk!" tegur salah satu bodygua
Kristin Chen melangkah masuk ke aula megah yang dipenuhi cahaya lampu kristal, setiap langkahnya memantulkan kilauan dari gaun pesta berlapis berlian yang ia kenakan. Kilauannya tidak hanya memikat mata, tetapi juga membungkam bisikan-bisikan di sekitarnya. Bahkan Katrin Chow, yang biasanya mendominasi dengan penampilan modis dan elegannya, tampak memudar di samping kemewahan yang dibawa Kristin malam itu. Sentuhan glamor dunia mereka terasa nyata, seperti denyut kota yang sibuk di malam hari, penuh pesona dan kuasa.Kristin bukan sekadar sosok biasa. Ia adalah putri tunggal Setiawan Chen, seorang konglomerat besar yang memiliki kerajaan bisnis di berbagai sektor strategis—minyak, gas, kertas, hingga tembakau. Namanya terukir kuat di dunia korporat, namun bukan itu yang membuat Kristin bersinar. Ia adalah sosok militer yang dihormati, tegas dan tak tergoyahkan, yang menduduki posisi tertinggi di Tentara Khatulistiwa, menggantikan Jenderal Wang alias Naga Perang setelah pengunduran dir
“Apa Ketua tidak merasakan ada yang kurang?" tanya Katrin dengan nada yang mengandung misteri.Kristin, yang baru saja menikmati suasana pesta mewah, merasa bingung. Sementara Jessy tersenyum tipis, memahami maksud tersembunyi di balik kata-kata Katrin. Berbeda dengan Kristin, yang meskipun merupakan salah satu dari Elemental Naga, dia tidak pernah terlalu dekat dengan Katrin, Jessy, atau Renata. Dia tidak tahu bahwa yang dimaksud Katrin adalah Renata, satu-satunya Elemental Naga yang belum terlihat hadir di acara Jamuan Makan Malam Naga Perang ini.Rendy, dengan senyumnya yang penuh teka-teki, berpura-pura tidak paham. "Kurang apa maksudmu?" tanyanya.Jessy terkekeh pelan. "Ketua sudah lupa atau memang sengaja pura-pura lupa?" ucapnya, menatap Rendy sambil sedikit meledek.Katrin melirik Jessy tajam, memberikan peringatan dengan suara rendah. "Hati-hati, Jessy.""Ada apa sih? Kenapa kalian berdua berbicara seolah aku tidak ada di sini?" Kristin menyela, semakin bingung dengan suasana
"Tidak ada yang boleh meninggalkanku begitu saja!" James menggeram, harga dirinya hancur oleh sikap dingin Renata yang seolah mengabaikannya sepenuhnya. Dalam sekejap, tanpa berpikir panjang, ia meraih tangan Renata, mencoba menghentikannya.BUGH!Sebuah tendangan keras menghantam tubuh James, membuatnya terlempar mundur beberapa meter. Napasnya tersengal ketika ia menyadari bahwa sosok tegap Loksa, penjaga Renata, telah berdiri di hadapannya dengan ekspresi beringas."Beraninya kau menyentuh Tuan Putri! Ingin mati, hah?!" suara Loksa menggema, penuh amarah.Renata hanya menoleh sebentar, tatapannya tak lebih dari sekilas, sebelum melanjutkan langkahnya masuk ke Restoran Equator Sunrise, tak memperdulikan James yang meringis kesakitan di tanah.“Tunggu! Kenapa kau memukulku?” teriak James, kedua tangannya memegang erat perut yang baru saja dihantam tendangan Loksa.Loksa mendekat, mengangkat tangan seakan bersiap menyerang lagi. "Aku bukan cuma akan memukulmu, tapi aku akan membunuhmu
"Ketua yakin masih ingin menyamar?" tanya Katrin Chow, tatapannya tajam, suaranya terukur namun tegas. Di sebelahnya, Jessy dan Kristin mengangguk setuju, menyuarakan kecemasan yang sama. Pertanyaan yang tidak berani ditanyakan sebelumnya telah terwakili oleh keberanian Katrin menanyakannya.Jika Naga Perang tetap bersembunyi di balik penyamarannya, tamu-tamu yang memegang Undangan Perak, Merah, dan Putih akan merasa dikecewakan. Tidak seperti pemegang Undangan Emas yang dapat berinteraksi langsung dengan Naga Perang, mereka hanya bisa menatap dari kejauhan. Kehadiran Ketua sangat dinantikan, namun ketiadaannya hanya akan menggores kekecewaan yang mendalam. Terasa sia-sia kedatangan mereka dengan harapan bisa mengenal lebih dekat sosok Naga Perang yang melegenda di seantero Khatulistiwa itu.Wajah asli Naga Perang hanya dikenal oleh segelintir orang – Klan Sembilan Naga Sakti, Empat Elemental Naga, beberapa konglomerat kelas atas, dan para Ketua Serikat Dagang. Sisanya hanya tahu nama