Rendy melangkah semakin dalam ke puncak Gunung Kabut Merah. Setiap langkahnya terasa berat bukan karena kelelahan, tetapi karena ketegangan yang mencekik udara di sekelilingnya. Hembusan napasnya membentuk kabut tipis di udara dingin. Suara kerikil yang terinjak di jalan setapak berbatu menggema samar, tertelan dalam keheningan yang menyesakkan. Kabut merah berputar perlahan di sekelilingnya, berbaur dengan aroma tanah basah dan sesuatu yang lebih samar—seperti bau logam yang menyengat. Di tengah kabut yang semakin pekat, sebuah siluet muncul. Di depan altar kuno yang menjulang seperti monumen keabadian, berdiri sesosok pria berjubah hitam dengan sulaman emas berbentuk naga yang tampak seolah hidup di bawah cahaya remang. Patriark Zhu Long. Sorot matanya, tajam seperti kilatan petir di langit malam, menatap Rendy dengan ketenangan seorang dewa yang tak tergoyahkan. Aura yang dipancarkannya begitu menekan, membuat udara seolah bergetar. Rendy menarik napas dalam dan menekan rasa gen
Udara di puncak Gunung Kabut Merah bergetar hebat. Tekanan energi Qi yang terpancar dari tubuh Patriark Zhu Long begitu luar biasa hingga menciptakan pusaran angin yang liar, menghempaskan debu dan batuan ke segala arah. Langit yang semula kelabu kini berpendar merah keemasan, seolah menyaksikan bentrokan dua kekuatan yang tak tertandingi.Rendy berdiri dengan kaki tertanam kuat di tanah yang retak. Napasnya tersengal, tapi tatapannya tetap tajam, penuh tekad. Pakaian yang melekat di tubuhnya berkibar liar, beberapa bagian telah terkoyak oleh badai energi yang berkecamuk. Rasa panas menusuk kulitnya, membuat keringat bercampur dengan darah dari luka-luka kecil yang mulai bermunculan di permukaannya.Tidak ada pilihan lain.Dengan rahang mengatup erat, tangannya meraih Giok Naga Merah yang tergantung di pinggangnya. Jari-jarinya menggenggam erat batu giok itu, merasakan denyut aneh yang bergetar dari dalamnya. Ia tahu risiko dari langkah ini, tetapi keraguan adalah kemewahan yang tak b
Debu dan pecahan batu beterbangan di udara, menciptakan badai serpihan yang berkilauan di bawah cahaya kemerahan senja. Udara terasa panas, sarat dengan sisa energi dahsyat yang masih menggema di antara tebing-tebing Gunung Kabut Merah. Dua sosok itu terhuyung, tubuh mereka terpental ke belakang akibat benturan kekuatan yang luar biasa.Rendy mengatur napasnya yang memburu, dadanya naik turun dengan berat. Lututnya sedikit goyah saat ia menancapkan Pedang Kabut Darah ke tanah, bilahnya bergetar, memantulkan cahaya merah seperti bara yang masih menyala. Tangannya berlumuran darah—entah dari luka sendiri atau dari pertempuran yang baru saja terjadi.Di seberangnya, Patriark Zhu Long berdiri dengan jubah hitam yang terkoyak di beberapa tempat, ujung kainnya berkibar tertiup angin yang mulai mereda. Matanya menyipit, menatap Rendy dengan pandangan tajam yang sulit ditebak. Sejenak, keheningan melingkupi puncak gunung. Hanya ada suara batu-batu kecil yang menggelinding dari tebing, terdoro
Rendy berdiri tegak, matanya membara dengan keyakinan. "Aiden Lee adalah guruku!" suaranya menggema di dalam aula luas tempat mereka berdiri.Patriark Zhu Long, lelaki tua dengan janggut putih panjang yang menjuntai hingga dadanya, terdiam sejenak. Lalu, tiba-tiba ia meledak dalam tawa yang menggema, memenuhi ruangan. Suaranya berat, penuh ejekan. "Jangan mencoba menipuku, anak muda!" katanya sambil mengusap perutnya yang terguncang karena tawa. "Aiden Lee telah lama tiada, bahkan sebelum kau dilahirkan. Mana mungkin ia menjadi gurumu?"Tatapan Rendy tak goyah. Ia menarik napas dalam, lalu berkata dengan nada tegas, "Aku bertemu dengannya di Lembah Kultivator Hantu, tempat di mana Nisan Pedang Spiritual berada." Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap ke dalam benak Zhu Long sebelum melanjutkan, "Aku bisa ke sana berkat patung Jade Dragon yang diberikan ayahku!"Mata Zhu Long menyipit. Keraguan masih membayangi wajahnya, tetapi ada kilatan rasa ingin tahu yang tak bisa ia
Patriark Zhu Long tiba-tiba menghentikan langkahnya, matanya menatap tajam ke arah Rendy Wang. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat mengerut, seperti membaca sesuatu yang luar biasa. "Aku merasakan adanya peningkatan energi Qi yang besar di dalam dirimu, Rendy Wang!" suaranya bergema tegas, menciptakan aura yang berat di sekeliling mereka.Di saat yang sama, Giok Naga Merah di tangan Rendy mulai bergetar hebat, seolah ada sesuatu yang mencoba melarikan diri dari dalamnya. Cahaya merah pekat memancar dari giok itu, menerangi ruangan dengan kilatan-kilatan menyilaukan. Tiba-tiba, seekor naga merah muncul dari dalam giok, mengamuk dengan raungan yang menggema hingga membuat lantai bergetar. Aura panas dan tekanan luar biasa melingkupi sekitarnya, membuat udara terasa berat dan mencekik."Apa yang terjadi? Kenapa Naga Merah mengamuk?" ucap Rendy yang juga mulai merasakan adanya energi besar yang menekan dirinya.Rendy merasakan liontin giok yang dikenakannya mulai memanas, bercahay
Ketika Rendy melangkah melewati portal, hawa panas langsung menyambutnya, menusuk kulit seperti bara api yang tersembunyi di udara. Langit di atas Lembah Roh Kultivator membara, bercampur dengan gumpalan awan hitam yang menggulung seperti pusaran amarah. Aroma logam terbakar bercampur dengan bau anyir menyengat, menusuk hidung dan membuat napasnya berat.Di sekelilingnya, pilar-pilar batu raksasa menjulang seperti penjaga kuno yang telah hancur termakan waktu. Beberapa di antaranya sudah runtuh, menyisakan pecahan yang berserakan di tanah retak. Aura Qi yang suram menguar dari setiap retakan, berdenyut perlahan seperti bisikan dari dunia arwah. Di tengah lembah yang kelam, Nisan Pedang Spiritual berdiri dalam kehancuran. Pedang-pedang besar yang tertancap di sekelilingnya banyak yang telah patah, dan di antara retakan yang merayap di tanah, kegelapan merembes keluar seperti kabut beracun.Rendy mengencangkan rahangnya dan melangkah lebih jauh. Matanya tajam, menyapu setiap sudut denga
Rendy melangkah perlahan, setiap jejak kakinya meninggalkan noda darah di tanah yang dingin dan lembap. Hawa di sekitarnya semakin menyesakkan, udara terasa berat seakan dipenuhi oleh ribuan jiwa yang merintih dalam penderitaan. Angin yang berdesir membawa aroma anyir darah dan kehancuran, membuat bulu kuduknya berdiri. Kabut hitam berputar-putar di sekelilingnya, menggeliat seperti makhluk yang baru terbangun dari tidurnya.Di hadapannya, nisan pedang tua menjulang, menandai tempat di mana Pedang Penakluk Iblis tersegel. Ketika ia mendekat, tanah bergetar hebat, dan dari dalam kabut yang semakin pekat, muncul sesosok bayangan yang dipenuhi aura mengerikan. Mata sosok itu bersinar merah menyala, penuh kebencian dan kehancuran.“Berhenti!” suara itu bergema, berat dan menekan, seperti ribuan pisau yang menghujam langsung ke dalam jiwa. “Kau pikir pedang ini bisa digunakan oleh manusia sepertimu, Rendy Wang?”Rendy mengatur napasnya yang tersengal, tangannya mengepal kuat. Darah mengali
Langit di Gunung Kabut Merah diselimuti kabut tipis yang lembut, membawa aroma dedaunan basah yang menyegarkan. Patriark Zhu Long berdiri di ujung tebing, memandang jauh ke cakrawala yang bersemburat jingga keemasan. Saat langkah Rendy mendekat, deru napas pemuda itu sedikit tersengal, namun senyum puas terpancar di wajahnya.“Kamu tidak apa-apa?” Patriark Zhu Long memandangnya dengan sorot mata penuh perhatian, namun ada garis-garis kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan.“Tidak apa-apa, Patriark! Aku mendapatkan Pedang Penakluk Iblis dari sana!” Rendy mengangkat pedang kuno itu dengan bangga. Kilatan cahaya dingin di bilahnya seperti menari di bawah sinar matahari yang memudar.Namun, seketika ekspresi Zhu Long berubah. Wajahnya pucat seperti kehilangan darah, dan matanya membelalak penuh keterkejutan. “Gawat!” desisnya, hampir tak terdengar namun menggetarkan udara di sekitarnya.Rendy mengerutkan kening, bingung dengan reaksi yang begitu tak terduga. “Ada apa, Patriark? Kenapa
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind
Tanpa ragu, Rendy Wang melangkah maju, tubuhnya masih berlumuran debu pertempuran. Portal dimensi di hadapannya berputar liar, cahaya biru kehijauan berpendar seperti ombak liar. Setelah mengalahkan Zhang Wei dan menyelamatkan Negeri Langit dari kehancuran, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan pulang. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah masuk.Saat portal menutup di belakangnya, kegelapan langsung menyergap. Kesadarannya menghilang.Ketika membuka mata, aroma kayu tua dan udara dingin menyeruak ke hidungnya. Dia mengenali tempat ini—kamar sempit di rumah Keluarga Huang, Paradise Hill, Kota Buitenzorg. Dinding-dinding kayu masih sama, catnya mengelupas di beberapa tempat, dan kasur tipis di bawahnya berderit saat ia bangkit."Sepertinya kamar ini memang gerbang antar dimensi," gumamnya. "Setiap kali kembali ke Khatulistiwa, selalu melalui tempat ini."Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk telinganya."Untuk apa lagi pengangguran itu pulang ke rumah?" suara cemp
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai sutra jendela kamar, mengusap wajah Rendy Wang yang perlahan terbangun. Ia membuka matanya, mendapati ruangan yang begitu akrab—suasana mewah Resort Red Lotus Resort and Club yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Meski begitu, ada keanehan yang menyelinap ke dalam ingatannya, seolah waktu telah mengubah segalanya. Aroma lavender dan kayu manis yang lembut menyatu dengan semilir angin dari balkon, mengiringi kebingungan yang menggelayuti pikirannya.Saat tangannya meraba permukaan lembut sprei sutra, ia mendapati sosok di sampingnya. Punggung putih mulus Renata, istrinya kah? Benar-benar mengundang kehangatan sekaligus teka-teki. Dalam keheningan pagi itu, Renata terbangun dan menatap Rendy dengan tatapan penuh tanya."Kak Rendy, sudah bangun?" suaranya serak namun penuh keakraban, mengisi ruangan dengan nuansa kenangan.Rendy mengerutkan dahi, matanya menyusuri sosok Renata yang kini tampak lebih dewasa, lebih matang. "Renata... kenapa kita di sin
Langit masih bergetar hebat setelah kehancuran Zhang Wen. Namun, sebelum Rendy Wang sempat bernapas lega, Negeri Langit bergetar kembali. Dari reruntuhan medan perang, aura kegelapan yang lebih kelam muncul. Udara di sekeliling membeku, dan langit yang sebelumnya mulai cerah kembali diselimuti awan hitam pekat."Tidak... Ini tidak mungkin..." gumam Rendy, merasakan tekanan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan yang ditimbulkan oleh Zhang Wen.Dari balik kabut hitam, muncul sosok berbalut jubah gelap dengan mata merah menyala. Energinya begitu besar hingga membuat tanah di sekelilingnya merekah. Sosok itu tertawa kecil, suaranya menggema seperti berasal dari dunia lain."Rendy Wang... kau mungkin telah mengalahkan Zhang Wen, tapi kegelapan sejati tak akan pernah bisa dihancurkan oleh cahaya sekecil milikmu. Aku adalah Kegelapan Abadi, pemilik sejati kegelapan di alam semesta ini!"Rendy menggertakkan giginya. Ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran melawan Zhang Wen,
Dalam ledakan energi yang membelah langit, Rendy Wang melayang di udara, tubuhnya bersinar dengan cahaya Qi murni yang membentuk bayangan naga raksasa di belakangnya. Zhang Wen, dengan tawa menggema, menyambutnya dengan tangan terangkat tinggi, menyerap energi dari Kuburan Pedang Iblis yang mulai bergetar ganas."Hahaha! Lihatlah! Inilah kekuatan kegelapan sejati!" Zhang Wen berteriak. Dari tanah di sekitarnya, ribuan pedang terkutuk melesat ke langit, membentuk pusaran kematian yang berputar mengelilinginya.Rendy Wang menghunuskan tangan kanannya ke depan, mengumpulkan energi Qi yang menyatu dengan semangat naga di dalam tubuhnya. "Naga Surgawi Penghancur Langit!" Dengan raungan naga yang mengguncang alam, sebuah serangan berbentuk naga merah meluncur, menghantam pusaran pedang Zhang Wen dengan kekuatan dahsyat.Ledakan terjadi! Cahaya merah dan hitam bertabrakan, membentuk gelombang kejut yang menghancurkan pegunungan di sekeliling. Para pasukan iblis dan kultivator pemberontak ter
Di bawah langit malam yang semakin gelap, suara dentuman pertempuran memecah keheningan. Angin menderu kencang, membawa aroma tanah basah dan darah, sementara kilatan petir menerangi cakrawala, seolah langit sendiri murka atas pertumpahan darah yang terjadi.Di puncak Gunung Tian Zen, Zhang Wei menutup matanya sejenak, merasakan denyut Hati Bumi yang bergetar di telapak tangannya. Energi hangat mengalir dari artefak itu, menyatu dengan detak jantungnya. Namun, waktu untuk merenung tak banyak. Dari balik kabut tebal yang menyelimuti puncak gunung, sosok Zhang Wen muncul, matanya menyala dengan kebencian yang mendalam. Di belakangnya, pasukan iblis dengan taring dan cakar tajam siap menerkam."Serahkan Hati Bumi itu padaku, Zhang Wei!" teriak Zhang Wen, suaranya menggema di antara tebing-tebing. "Dengan artefak itu, kekuatanku akan sempurna, dan aku akan menjadi penguasa sejati Negeri Langit!"Zhang Wei menggenggam Hati Bumi lebih erat, merasakan denyutnya yang seirama dengan detak jant
Di bawah langit yang kelam, nasib Negeri Langit kini tersulam dalam anyaman takdir yang rumit dan mendebarkan. Di puncak Gunung Tian Zen, Zhang Wei yang tengah bersembunyi di dalam reruntuhan kuil kuno menemukan sebuah gulungan berisi ramalan tentang “Hati Bumi” – artefak sakti yang mampu menetralisir kekuatan Qi Iblis. Dengan tekad yang menggelora, ia sadar bahwa hanya dengan mendapatkan Hati Bumi keseimbangan antara cahaya dan kegelapan dapat dipulihkan, sekaligus membuka jalan untuk menumpas ambisi Zhang Wen dan menghentikan kekacauan yang disebabkan oleh sosok yang dikenal sebagai Naga Perang.“Zhang Wen, kekuasaanmu sebentar lagi akan berakhir!” serunya dengan tekad yang membaja. “Bagaimana dengan ramalan akan datangnya Naga Perang yang berasal dari Dunia Lain?”Namun, Naga Perang bukanlah seekor makhluk mitos yang buas ... julukan itu melekat pada Rendy Wang, seorang kultivator luar biasa dari Dunia Lain yang kini tengah mengacaukan tatanan Negeri Langit.Sementara itu, di dalam