Pria tua itu melangkah maju, jubah lusuhnya berkibar tertiup angin malam yang dingin. Keriput di wajahnya mencerminkan kebijaksanaan, tetapi sorot matanya tajam dan penuh kewaspadaan. Suara seraknya terdengar jelas di antara keheningan yang mencekam."Rendy, pedang itu lebih dari sekadar senjata. Ia adalah kunci sekaligus penjara. Jika kau tidak mampu mengendalikannya, dunia ini—dan semua yang kau kenal—akan musnah. Mereka yang menginginkan Pedang Naga Dewa paham satu hal: untuk memilikinya, mereka harus melalui ujian sejati. Sebuah ujian yang akan menguji hati dan jiwa pemegangnya."Udara di sekitar mereka mendadak bergetar, seakan waktu sendiri menahan napas. Dari kegelapan yang pekat, muncul makhluk-makhluk bayangan. Mereka tidak seperti manusia biasa—tubuh mereka berbalut kabut hitam pekat, matanya bersinar merah membara, dan tangan mereka panjang, berayun dengan selaput energi hitam yang merayap seperti akar-akar hidup. Langkah mereka tanpa suara, tetapi tekanan yang mereka bawa
Rendy Wang berdiri tegak di tengah kehampaan yang mencekam. Angin dingin berembus, membawa bisikan yang terdengar seperti ratapan jiwa-jiwa tersesat. Cahaya bulan yang seharusnya menerangi langit tampak tersedot ke dalam pusaran gelap yang mengelilingi Penyihir Kegelapan di hadapannya. Sosok berjubah hitam itu tampak lebih mengerikan dari yang pernah ia bayangkan—matanya bagai dua bara api yang menyala dari kegelapan, jubahnya berkibar-kibar seiring dengan energi hitam yang berdenyut liar di sekelilingnya.Rendy merasakan tekanan luar biasa menghantam dadanya, seperti ada tangan tak kasat mata yang mencengkeram jantungnya, mencoba meremukkannya. Namun, ia menepis rasa takut yang merayap di benaknya. Nafasnya ia tarik dalam-dalam, menggantikan keraguan dengan tekad yang mengakar kuat."Penyihir Kegelapan," suaranya menggema, tegas dan penuh keyakinan, "Aku tidak akan membiarkan kalian menguasai dunia ini. Aku akan melindunginya, dengan segala yang aku miliki."Tawa meledak dari Penyihi
Rendy menggertakkan giginya, rahangnya mengeras saat mendengar kata-kata yang berusaha menggoyahkan tekadnya. Napasnya memburu, dadanya naik turun, tetapi matanya tetap tajam, membara dengan api yang tak bisa dipadamkan. Tanpa ragu, ia mengalirkan energi naga ke dalam pedangnya. Getaran hebat menjalar dari gagang pedang ke seluruh tubuhnya, seolah bilah itu hidup dan merespons panggilan tuannya."Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini," suaranya bergema, penuh kepastian. "Pedang Naga Dewa adalah milikku, dan aku yang akan menentukan takdirnya."Kilatan cahaya emas melesat dari bilah pedangnya saat ia melompat ke udara, tubuhnya seperti meteor yang melesat menuju Penyihir Kegelapan. Angin berputar liar di sekelilingnya, menciptakan pusaran energi yang berderak di udara. Pada saat yang sama, Penyihir Kegelapan mengangkat kedua tangannya, membentuk pusaran energi gelap yang meliuk-liuk seperti ular raksasa. Dengan satu gerakan tangan, ia melemparkan bola kegelapan itu ke ara
Langit di atas Rendy Wang dipenuhi pusaran awan kelam yang bergolak, seperti luka terbuka di angkasa. Aroma logam dan abu menyelimuti udara, menusuk indra penciumannya. Tanah di bawahnya retak, mengeluarkan uap panas yang naik perlahan, menciptakan bayang-bayang menari di sekitar kakinya. Di tangannya, Pedang Naga Dewa bersinar redup, pancaran cahaya emasnya seperti lilin yang berusaha melawan gelap yang terus merayap. Rendy berdiri tegak, napasnya masih berat akibat pertempuran yang baru saja berakhir. Keringat mengalir di pelipisnya, bercampur dengan darah yang bukan hanya miliknya. Sorot matanya menelusuri kehampaan yang kini menggantung di hadapannya. Dunia ini seharusnya terasa lebih ringan setelah kehancuran Penyihir Kegelapan, tetapi justru sebaliknya—sebuah kehadiran yang lebih mengerikan muncul dari balik dimensi yang seharusnya telah musnah. Sebuah bayangan perlahan muncul, awalnya hanya kabut gelap yang melayang, lalu berubah menjadi siluet yang tinggi dan tegap. Udara di
Rendy menggenggam Pedang Naga Dewa lebih erat, merasakan panas yang membakar dari energi naga yang kini semakin bergejolak di dalamnya. Urat-urat di lengannya menegang saat kekuatan itu mengalir liar, seperti naga yang mengaum di dalam dadanya, siap melepaskan amarahnya. Mata Rendy berkilat tajam, menatap Azrael yang berdiri di seberangnya dengan senyum yang tak tergoyahkan. Angin di sekitar mereka berputar semakin kencang, membawa serta serpihan tanah dan debu yang beterbangan liar. Udara terasa berat, penuh dengan aura kejahatan yang menyelimuti arena. Rendy tahu, Azrael bukan hanya sekadar musuh biasa. Dia adalah kegelapan yang mengancam menelan dunia ini dalam kehancuran abadi. Jika ia gagal, tak akan ada lagi cahaya, tak akan ada lagi harapan. "Jika itu yang kau inginkan..." suara Rendy terdengar dingin, tegas, seolah melawan guntur yang menggelegar di kejauhan. "Aku akan menghentikanmu, Azrael. Aku akan menghalangi setiap langkahmu, meski harus menghancurkan dunia ini sendir
Ledakan energi mengguncang dimensi itu, menciptakan gelombang kejut yang merobek ruang di sekelilingnya. Dua kekuatan bertabrakan dalam pertarungan yang akan menentukan nasib dunia—cahaya yang mulai meredup melawan kegelapan yang kian menelan segalanya. Udara bergetar, seakan merasakan ketegangan yang membelit langit dan tanah.Rendy Wang berdiri tegak, tubuhnya gemetar bukan karena ketakutan, tetapi karena intensitas energi yang mengalir di sekitarnya. Pedang Naga Dewa dalam genggamannya berdenyut, memancarkan cahaya keemasan yang membakar kegelapan di sekelilingnya. Kilatan naga surgawi menari di bilah pedangnya, menyisakan jejak api yang menyala dalam kehampaan dimensi ini.Di hadapannya, Azrael, Penguasa Kegelapan, melayang di udara dengan aura mengerikan yang meresap hingga ke dalam tulang. Jubah hitamnya berkibar, seakan terbuat dari bayangan yang hidup. Mata merahnya berkilat tajam, seperti bara neraka yang siap melumat segalanya. Dari kedua tangannya, energi hitam mengalir, be
Angin dingin menyapu reruntuhan tempat pertarungan berlangsung, membawa aroma tanah basah bercampur darah yang membeku. Rendy berdiri di tengah-tengah medan itu, telapak tangannya yang gemetar menggenggam erat Pedang Naga Dewa. Mata cokelat gelapnya memandang ke arah Azrael, musuh bebuyutannya, yang tampak berdiri kokoh meski aura kegelapan di sekelilingnya mulai memudar. Tiba-tiba, suara dari dalam pedang kembali berbisik, lembut namun penuh wibawa."Jangan takut, anak muda," suara itu menggema langsung ke dalam jiwanya. "Kegelapan yang ia bawa hanyalah salah satu sisi dari energi kosmik. Pedang Naga Dewa memiliki kekuatan untuk menyeimbangkan kedua kutub ini. Yang perlu kau lakukan adalah mengarahkan niatmu pada kesempurnaan—bukan hanya sekadar kekuatan."Rendy tertegun. Suara itu seperti melahirkan keberanian baru dalam dirinya. Dadanya mulai berdenyut dengan ritme yang serasa sejalan dengan detak kehidupan di sekitar. Cahaya lembut mulai muncul dari pedang, mengalirkan energi yang
Setelah menghancurkan kegelapan yang hampir menelan dunia, Rendy Wang kembali ke dunia yang ia kenal. Namun, meski dunia ini tampak utuh, ada ketenangan yang tak bisa ia rasakan sepenuhnya. Ada keheningan yang mengganggu, seolah dunia ini sedang menunggu untuk menerima tugas baru yang lebih besar lagi—tugas yang tidak akan selesai hanya dengan mengalahkan satu musuh.Namun, di tengah kesunyian, suara angin yang berbisik menyambutnya. Pria tua yang telah muncul saat pertarungannya melawan Alan Smith kini berdiri di hadapannya, dengan wajah yang penuh kebijaksanaan dan tangan yang memegang pedang tua yang tampak sudah lusuh, namun penuh dengan aura kekuatan yang sangat besar."Rendy Wang," kata pria tua itu dengan suara yang dalam dan penuh kekuatan, "kau telah melampaui banyak ujian, namun perjalananmu baru dimulai. Dunia ini lebih luas daripada yang kau kira. Dan untuk melindunginya, kau harus menguasai kekuatan yang lebih besar lagi. Kekuatan yang tak hanya bergantung pada satu pedan
Di balik kerlip lampu dan gemerlap modernitas Red Lotus Club and Resort, Rendy melangkah dengan penuh ketegasan, namun di balik mata dinginnya tersimpan segudang kenangan. Di tengah kekacauan hidupnya—konflik dengan Cindy dan keputusannya untuk mencari kebenaran tentang ibunya—hanya satu hal yang selalu ia rindukan yaitu kehadiran Jessy Liu.Jessy, wanita yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, kini duduk di sebuah ruangan rahasia di balik dinding resort yang mewah. Di sana, di antara deretan monitor dan kode-kode digital yang menari, ia mungkin bisa menyusun petunjuk-petunjuk yang akan membongkar rahasia Kekuatan Tertinggi. Setiap detik tanpa Rendy terasa begitu lama baginya. Rindu yang selama ini tersembunyi di balik ketenangan profesional kini terpancar jelas saat ia melihat pintu terbuka perlahan."Ketua," panggilnya dengan nada lembut penuh harap, suaranya seakan melunakkan segala kegamangan. Saat Rendy melangkah mendekat, hatinya sejenak luluh oleh kehadiran wanita yang ta
Rendy tidak lagi menghiraukan Vera Huang. Wanita itu baginya bukan lagi seorang mertua, melainkan hanya semut yang bisa ia injak kapan saja jika ia mau. Matanya menatap kosong ke depan, tapi pikirannya dipenuhi kemarahan yang mendidih. Hatinya telah beku. Jika Cindy lebih memilih ibunya, maka ia akan pergi—mereka akan bercerai. Sesederhana itu."Masih ada hal yang lebih penting daripada mengurusi seorang mertua yang tidak berarti!" gumamnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. "Aku harus mencari tahu di mana ibuku yang ditahan oleh Kekuatan Tertinggi."Ia melangkah menuju gudang garasi, membuka pintu dengan sedikit tenaga. Derit engsel yang berkarat memenuhi udara, menyambutnya dengan suasana yang muram. Di dalam, skuter bututnya masih berdiri dengan setia, lapisan debu tipis menyelimutinya. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin tua itu, suara bisingnya langsung menggema di seantero garasi.Baru saja ia hendak memutar gas, suara langkah kaki yang terburu-buru menghentikannya."Ren...!"
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind
Tanpa ragu, Rendy Wang melangkah maju, tubuhnya masih berlumuran debu pertempuran. Portal dimensi di hadapannya berputar liar, cahaya biru kehijauan berpendar seperti ombak liar. Setelah mengalahkan Zhang Wei dan menyelamatkan Negeri Langit dari kehancuran, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan pulang. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah masuk.Saat portal menutup di belakangnya, kegelapan langsung menyergap. Kesadarannya menghilang.Ketika membuka mata, aroma kayu tua dan udara dingin menyeruak ke hidungnya. Dia mengenali tempat ini—kamar sempit di rumah Keluarga Huang, Paradise Hill, Kota Buitenzorg. Dinding-dinding kayu masih sama, catnya mengelupas di beberapa tempat, dan kasur tipis di bawahnya berderit saat ia bangkit."Sepertinya kamar ini memang gerbang antar dimensi," gumamnya. "Setiap kali kembali ke Khatulistiwa, selalu melalui tempat ini."Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk telinganya."Untuk apa lagi pengangguran itu pulang ke rumah?" suara cemp
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai sutra jendela kamar, mengusap wajah Rendy Wang yang perlahan terbangun. Ia membuka matanya, mendapati ruangan yang begitu akrab—suasana mewah Resort Red Lotus Resort and Club yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Meski begitu, ada keanehan yang menyelinap ke dalam ingatannya, seolah waktu telah mengubah segalanya. Aroma lavender dan kayu manis yang lembut menyatu dengan semilir angin dari balkon, mengiringi kebingungan yang menggelayuti pikirannya.Saat tangannya meraba permukaan lembut sprei sutra, ia mendapati sosok di sampingnya. Punggung putih mulus Renata, istrinya kah? Benar-benar mengundang kehangatan sekaligus teka-teki. Dalam keheningan pagi itu, Renata terbangun dan menatap Rendy dengan tatapan penuh tanya."Kak Rendy, sudah bangun?" suaranya serak namun penuh keakraban, mengisi ruangan dengan nuansa kenangan.Rendy mengerutkan dahi, matanya menyusuri sosok Renata yang kini tampak lebih dewasa, lebih matang. "Renata... kenapa kita di sin
Langit masih bergetar hebat setelah kehancuran Zhang Wen. Namun, sebelum Rendy Wang sempat bernapas lega, Negeri Langit bergetar kembali. Dari reruntuhan medan perang, aura kegelapan yang lebih kelam muncul. Udara di sekeliling membeku, dan langit yang sebelumnya mulai cerah kembali diselimuti awan hitam pekat."Tidak... Ini tidak mungkin..." gumam Rendy, merasakan tekanan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan yang ditimbulkan oleh Zhang Wen.Dari balik kabut hitam, muncul sosok berbalut jubah gelap dengan mata merah menyala. Energinya begitu besar hingga membuat tanah di sekelilingnya merekah. Sosok itu tertawa kecil, suaranya menggema seperti berasal dari dunia lain."Rendy Wang... kau mungkin telah mengalahkan Zhang Wen, tapi kegelapan sejati tak akan pernah bisa dihancurkan oleh cahaya sekecil milikmu. Aku adalah Kegelapan Abadi, pemilik sejati kegelapan di alam semesta ini!"Rendy menggertakkan giginya. Ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran melawan Zhang Wen,
Dalam ledakan energi yang membelah langit, Rendy Wang melayang di udara, tubuhnya bersinar dengan cahaya Qi murni yang membentuk bayangan naga raksasa di belakangnya. Zhang Wen, dengan tawa menggema, menyambutnya dengan tangan terangkat tinggi, menyerap energi dari Kuburan Pedang Iblis yang mulai bergetar ganas."Hahaha! Lihatlah! Inilah kekuatan kegelapan sejati!" Zhang Wen berteriak. Dari tanah di sekitarnya, ribuan pedang terkutuk melesat ke langit, membentuk pusaran kematian yang berputar mengelilinginya.Rendy Wang menghunuskan tangan kanannya ke depan, mengumpulkan energi Qi yang menyatu dengan semangat naga di dalam tubuhnya. "Naga Surgawi Penghancur Langit!" Dengan raungan naga yang mengguncang alam, sebuah serangan berbentuk naga merah meluncur, menghantam pusaran pedang Zhang Wen dengan kekuatan dahsyat.Ledakan terjadi! Cahaya merah dan hitam bertabrakan, membentuk gelombang kejut yang menghancurkan pegunungan di sekeliling. Para pasukan iblis dan kultivator pemberontak ter