Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 216. Naga Perang vs Zhao Kien

Share

216. Naga Perang vs Zhao Kien

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 21:58:47

Di luar kuil, Jessy dan timnya bertarung mati-matian melawan pasukan Zhao Kien. Makhluk-makhluk itu tampaknya tidak ada habisnya, dan setiap kali satu berhasil dikalahkan, dua lagi muncul menggantikannya.

Jessy menggunakan teknik bela diri tingkat tinggi untuk mengatasi lawannya, sementara anggota Klan lainnya mencoba melindungi pintu masuk kuil. Namun, mereka tahu bahwa pertahanan mereka tidak akan bertahan lama.

Di dalam kolam, Rendy berjuang melawan rasa sakit dan suara-suara yang berbisik di kepalanya. Suara-suara itu mencoba meyakinkannya untuk menyerah, menawarkan kekuatan yang tak terbatas jika ia menerima energi Relik sepenuhnya.

“Aku bukan budakmu,” gumam Rendy dengan gigi terkatup, memfokuskan seluruh energinya untuk melawan.

Simbol di tangannya akhirnya mulai memudar, dan rasa sakit itu perlahan mereda. Namun, sebelum proses selesai, Zhao Kien muncul di pintu masuk kuil, berhasil menembus pertahanan Jessy dan timnya.

“Berhenti!” teriak Zhao Kien, melangkah ke arah kolam.

Re
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   217. Rahasia Puncak Arathos

    Waktu berlalu cepat di Paradise Hill, Buitenzorg tetapi luka akibat pertempuran dengan Serikat Hantu Malam masih terasa. Setiap sudut kota Buitenzorg menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Terlihat puing-puing bangunan yang hancur kini mulai digantikan dengan struktur baru yang lebih kokoh. Namun, suasana hati para penduduk masih diliputi kewaspadaan.sayangnya, Kristin masih belum berhasil dilacak keberadaannya. Renata yang telah kembali juga dikabarkan kembali menghilang. Rendy sangat menyesali keputusannya menyerahkan keamanan Renata kepada Loksa, yang juga turut menghilang.Di tengah hiruk-pikuk pembangunan, Rendy Wang kembali ke kantor pusat Wang Industries. Bersama Jessy Liu dan Katrin Chow, ia mengadakan rapat dengan para eksekutif terdekatnya untuk membahas langkah ke depan. Mereka sepakat bahwa meski Serikat Hantu Malam telah dihancurkan, organisasi besar seperti itu tidak mungkin lenyap tanpa meninggalkan sisa.“Serikat Hantu Malam mungkin telah tumbang, tetapi cabang-cabang mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   218. Serangan Mao Zheng

    Tanpa peringatan, Mao Zheng meluncur ke arah mereka dengan kecepatan yang tidak terduga. Tangannya memancarkan energi hitam pekat yang membentuk bilah bayangan tajam. Jessy bergerak cepat, menggunakan Ilmu Meringankan Tubuh untuk menghindari serangan itu, sementara Katrin membentuk perisai energi cahaya untuk melindungi mereka.Rendy mengerahkan Teknik Naga Surgawi, tangannya memancarkan aura biru yang membentuk naga raksasa dari energi murni. Naga itu berputar di udara, menabrak Mao Zheng dengan kekuatan besar, tetapi Mao Zheng hanya mundur beberapa langkah sebelum kembali menyerang."Jangan remehkan kekuatan kegelapan ini!" teriak Mao Zheng, bilah bayangannya menyapu udara, menciptakan gelombang energi yang memotong dinding gua menjadi serpihan.Jessy melompat ke belakang Mao Zheng, menggunakan kecepatan supernya untuk menyerang titik lemah di punggungnya. Namun, Mao Zheng seolah-olah telah membaca gerakannya. Dia berbalik cepat, menangkap tangan Jessy dan melemparkannya ke dinding

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   219. Misi di Pegunungan Eterna

    Pegunungan Eterna, Negara AuroraSalju tebal menyelimuti puncak-puncak Pegunungan Eterna. Rendy, ditemani beberapa pendekar dari Klan Naga Sakti, berjalan dengan hati-hati di antara lereng yang curam. Angin dingin menusuk, tetapi aura energi gelap yang terasa semakin kuat membuat mereka tetap waspada.Cuaca di Pegunungan Eterna sangat tidak bersahabat sehingga beberapa pasukan pengawal dari Klan Naga Sakti tewas mengenaskan denga pembuluh darah yang pecah akibat dinginnya pegunungan ini serta energi spiritual yang dikenal dengan energi Qi yang mematikaan dari pegunungan ini."Bukankah energi Qi itu bagus untuk kultivasi? Kenapa energi Qi di sini sangat mematikan?" tanya Rendy dengan rasa penasaran tapi tidak ada jawaban yang pasti karena para pendekar dari Klan Naga Sakti juga tidak mengetahui dengan jelas energi misterius yang mematikan ini.Naga Perang juga mengalami tekanan yang besar dari energi spiritual yang hidup dan seakan hendak memakan jiwa mereka semuanya agar tidak dapat m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   220. Tiga Titik Ritual

    Rendy menghantamkan pedangnya ke tanah, menciptakan gelombang energi terakhir yang memusnahkan sisa-sisa bayangan. Tubuh Azhrael runtuh, dan altar kuno itu meledak, memancarkan cahaya terang yang menerangi seluruh pegunungan.Saat keheningan menyelimuti puncak, Rendy berdiri tegak, napasnya berat, tetapi matanya tetap penuh semangat. Dia tahu pertempuran ini belum berakhir sepenuhnya, tetapi untuk saat ini, mereka berhasil menghentikan ritual Serikat Hantu Malam.Jessy dan Katrin segera tiba bersama pendekar lainnya, membantu Rendy yang tampak kelelahan. “Kita berhasil,” kata Jessy dengan senyum lega."Loh, bukankah aku menyuruh kalian ke Hutan Darkarian?" tanya Rendy dengan wajahnya yang keheranan."Kami memutuskan menyusul ke Pegunungan Eterna karena khawaatir dengan jebakan yang dipasang oleh Serikat Hantu Malam kepada Ketua," ujar Katrin."Ya sudah, aku senang kalian datang membantuku ... kita akan ke titik lainnya juga!" jawab Rendy yang tidak mempermasalahkan Elemental Naga-nya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   221. Hutan Gelap Darkarian

    Rendy dan Katrin menggunakan pesawat siluman yang tidak terdeteksi oleh radar Negeri Malam untuk menghindari bertemu dengan Sheila maupun Pewaris Negeri Malam yang masih mengincar Naga Perang.Begitu pesawat sudah berada di atas angkasa Negeri malam tepatnya di atas Hutan Gelap Darkarian, Rendy dan Katrin terjun bebas menggunakan parasut yang bisa dikendalikan dengan remote kontrol, hasil penelitian Renata sebelum ia diculik oleh Serikat Hantu Malam.Berkat parasut ajaib tersebut, maka mereka bisa mendarat dengan mulus di depan Hutan Gelap Darkarian tanpa diketahui oleh siapapun.Rendy dan Katrin berdiri di depan pintu masuk hutan. Pepohonan besar dengan dahan yang menjuntai seperti tangan-tangan kurus melambai menutupi cahaya matahari, membuat hutan itu gelap meskipun masih pagi. Suara burung dan binatang hutan yang biasanya menyambut kedatangan pagi, tidak terdengar sama sekali. Suasana hening—terlalu hening.“Kau merasakan itu?” tanya Katrin, matanya menatap lekat ke dalam hutan.R

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   222. Titik Ritual Ketiga

    Malam tiba di Lembah Senja, membawa kabut tebal yang melayang di antara pepohonan tua dan batu-batu berlumut. Cahaya bulan redup, seakan tahu bahwa keheningan malam ini menyembunyikan bahaya yang lebih besar. Di sinilah titik ritual ketiga dari Serikat Hantu Malam diyakini berada.Ryu Ten, berjalan dengan penuh kewaspadaan, diapit oleh Dion, Ketua Klan Naga Emas dan Rey, Ketua Klan Merak Putih. Mereka membawa sekelompok prajurit dari kedua klan, masing-masing siap menghadapi ancaman yang datang. Keduanya sadar bahwa Serikat Hantu Malam bukan sekadar musuh biasa.Negeri Halimun merupakan negeri yang ramah terhadap pendatang dari Khatulistiwa, sehingga Ryu Ten, Dion, dan Rey bisa dengan mudah memasuki negeri ini tanpa halangan apapun. Demikian juga dengan rombongan anggota Klan Naga Emas dan Klan Merak Putih yang memenuhi pesawat komersil menuju ke negeri ini.Saat mereka mendekati pusat Lembah Senja, energi gelap mulai terasa. Aroma dupa aneh tercium, bercampur dengan desah angin yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   223. Gadis Bertopeng Merah

    Ryu Ten, Dion, dan Rey—yang kini terikat dan dijaga oleh prajurit Klan Naga Emas—bergerak menuju altar batu di tengah Lembah Senja. Meskipun pengkhianatan Rey telah mengguncang kepercayaan di antara kedua klan, mereka tidak punya waktu untuk menyelesaikan masalah itu sekarang. Aura gelap semakin kuat, menandakan bahwa ritual sudah hampir mencapai puncaknya.Saat mereka mendekati altar, sebuah gemuruh terdengar dari dalam tanah. Batu-batu altar mulai bersinar dengan cahaya merah darah, dan simbol-simbol kuno yang diukir di atasnya mulai bergerak seolah hidup. Ryu Ten berhenti sejenak, merasakan kehadiran kekuatan jahat yang begitu murni dan purba.“Kita harus menghancurkan altar ini sebelum mereka memanggil entitas dari dunia lain,” kata Ryu Ten dengan suara tegas.Dion mengangguk, meskipun luka di bahunya membuat gerakannya terbatas. “Tapi bagaimana? Energi pelindung di sekitar altar ini terlalu kuat.”Ryu Ten menatap altar dengan mata tajam. Ia mengangkat tangannya, memusatkan energi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   224. Nexus Khatulistiwa

    Setelah kemenangan tipis di Hutan Gelap Darkarian, Rendy Wang dan Katrin kembali ke Kartanesia dengan tubuh letih namun semangat tetap membara. Namun, sesampainya di kota, mereka disambut oleh pemandangan yang mengerikan. Langit yang biasanya dipenuhi cahaya neon dari gedung-gedung pencakar langit kini berubah menjadi merah kelam, seolah-olah kota itu berada di ambang kiamat.Katrin menatap langit dengan cemas. “Ini bukan hal yang alamiah. Ini efek dari ritual yang nyaris selesai tadi. Mereka memang gagal sepenuhnya, tapi mereka sudah cukup jauh untuk meninggalkan dampaknya di sini.”Rendy menghela napas panjang, matanya tajam mengamati ke sekeliling. “Serikat Hantu Malam telah merencanakan ini selama bertahun-tahun. Bahkan setelah pemimpin mereka kita kalahkan, mereka masih punya rencana cadangan. Kita harus menemukan sumber kekuatan ini sebelum kota tenggelam dalam kekacauan.”"Tinggal satu titik ritual lagi yang harus kita hancurkan, Ketua! Sayangnya, titik keempat ini akan sulit k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status