Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 219. Misi di Pegunungan Eterna

Share

219. Misi di Pegunungan Eterna

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 21:08:34

Pegunungan Eterna, Negara Aurora

Salju tebal menyelimuti puncak-puncak Pegunungan Eterna. Rendy, ditemani beberapa pendekar dari Klan Naga Sakti, berjalan dengan hati-hati di antara lereng yang curam. Angin dingin menusuk, tetapi aura energi gelap yang terasa semakin kuat membuat mereka tetap waspada.

Cuaca di Pegunungan Eterna sangat tidak bersahabat sehingga beberapa pasukan pengawal dari Klan Naga Sakti tewas mengenaskan denga pembuluh darah yang pecah akibat dinginnya pegunungan ini serta energi spiritual yang dikenal dengan energi Qi yang mematikaan dari pegunungan ini.

"Bukankah energi Qi itu bagus untuk kultivasi? Kenapa energi Qi di sini sangat mematikan?" tanya Rendy dengan rasa penasaran tapi tidak ada jawaban yang pasti karena para pendekar dari Klan Naga Sakti juga tidak mengetahui dengan jelas energi misterius yang mematikan ini.

Naga Perang juga mengalami tekanan yang besar dari energi spiritual yang hidup dan seakan hendak memakan jiwa mereka semuanya agar tidak dapat m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   220. Tiga Titik Ritual

    Rendy menghantamkan pedangnya ke tanah, menciptakan gelombang energi terakhir yang memusnahkan sisa-sisa bayangan. Tubuh Azhrael runtuh, dan altar kuno itu meledak, memancarkan cahaya terang yang menerangi seluruh pegunungan.Saat keheningan menyelimuti puncak, Rendy berdiri tegak, napasnya berat, tetapi matanya tetap penuh semangat. Dia tahu pertempuran ini belum berakhir sepenuhnya, tetapi untuk saat ini, mereka berhasil menghentikan ritual Serikat Hantu Malam.Jessy dan Katrin segera tiba bersama pendekar lainnya, membantu Rendy yang tampak kelelahan. “Kita berhasil,” kata Jessy dengan senyum lega."Loh, bukankah aku menyuruh kalian ke Hutan Darkarian?" tanya Rendy dengan wajahnya yang keheranan."Kami memutuskan menyusul ke Pegunungan Eterna karena khawaatir dengan jebakan yang dipasang oleh Serikat Hantu Malam kepada Ketua," ujar Katrin."Ya sudah, aku senang kalian datang membantuku ... kita akan ke titik lainnya juga!" jawab Rendy yang tidak mempermasalahkan Elemental Naga-nya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   221. Hutan Gelap Darkarian

    Rendy dan Katrin menggunakan pesawat siluman yang tidak terdeteksi oleh radar Negeri Malam untuk menghindari bertemu dengan Sheila maupun Pewaris Negeri Malam yang masih mengincar Naga Perang.Begitu pesawat sudah berada di atas angkasa Negeri malam tepatnya di atas Hutan Gelap Darkarian, Rendy dan Katrin terjun bebas menggunakan parasut yang bisa dikendalikan dengan remote kontrol, hasil penelitian Renata sebelum ia diculik oleh Serikat Hantu Malam.Berkat parasut ajaib tersebut, maka mereka bisa mendarat dengan mulus di depan Hutan Gelap Darkarian tanpa diketahui oleh siapapun.Rendy dan Katrin berdiri di depan pintu masuk hutan. Pepohonan besar dengan dahan yang menjuntai seperti tangan-tangan kurus melambai menutupi cahaya matahari, membuat hutan itu gelap meskipun masih pagi. Suara burung dan binatang hutan yang biasanya menyambut kedatangan pagi, tidak terdengar sama sekali. Suasana hening—terlalu hening.“Kau merasakan itu?” tanya Katrin, matanya menatap lekat ke dalam hutan.R

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   222. Titik Ritual Ketiga

    Malam tiba di Lembah Senja, membawa kabut tebal yang melayang di antara pepohonan tua dan batu-batu berlumut. Cahaya bulan redup, seakan tahu bahwa keheningan malam ini menyembunyikan bahaya yang lebih besar. Di sinilah titik ritual ketiga dari Serikat Hantu Malam diyakini berada.Ryu Ten, berjalan dengan penuh kewaspadaan, diapit oleh Dion, Ketua Klan Naga Emas dan Rey, Ketua Klan Merak Putih. Mereka membawa sekelompok prajurit dari kedua klan, masing-masing siap menghadapi ancaman yang datang. Keduanya sadar bahwa Serikat Hantu Malam bukan sekadar musuh biasa.Negeri Halimun merupakan negeri yang ramah terhadap pendatang dari Khatulistiwa, sehingga Ryu Ten, Dion, dan Rey bisa dengan mudah memasuki negeri ini tanpa halangan apapun. Demikian juga dengan rombongan anggota Klan Naga Emas dan Klan Merak Putih yang memenuhi pesawat komersil menuju ke negeri ini.Saat mereka mendekati pusat Lembah Senja, energi gelap mulai terasa. Aroma dupa aneh tercium, bercampur dengan desah angin yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   223. Gadis Bertopeng Merah

    Ryu Ten, Dion, dan Rey—yang kini terikat dan dijaga oleh prajurit Klan Naga Emas—bergerak menuju altar batu di tengah Lembah Senja. Meskipun pengkhianatan Rey telah mengguncang kepercayaan di antara kedua klan, mereka tidak punya waktu untuk menyelesaikan masalah itu sekarang. Aura gelap semakin kuat, menandakan bahwa ritual sudah hampir mencapai puncaknya.Saat mereka mendekati altar, sebuah gemuruh terdengar dari dalam tanah. Batu-batu altar mulai bersinar dengan cahaya merah darah, dan simbol-simbol kuno yang diukir di atasnya mulai bergerak seolah hidup. Ryu Ten berhenti sejenak, merasakan kehadiran kekuatan jahat yang begitu murni dan purba.“Kita harus menghancurkan altar ini sebelum mereka memanggil entitas dari dunia lain,” kata Ryu Ten dengan suara tegas.Dion mengangguk, meskipun luka di bahunya membuat gerakannya terbatas. “Tapi bagaimana? Energi pelindung di sekitar altar ini terlalu kuat.”Ryu Ten menatap altar dengan mata tajam. Ia mengangkat tangannya, memusatkan energi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   224. Nexus Khatulistiwa

    Setelah kemenangan tipis di Hutan Gelap Darkarian, Rendy Wang dan Katrin kembali ke Kartanesia dengan tubuh letih namun semangat tetap membara. Namun, sesampainya di kota, mereka disambut oleh pemandangan yang mengerikan. Langit yang biasanya dipenuhi cahaya neon dari gedung-gedung pencakar langit kini berubah menjadi merah kelam, seolah-olah kota itu berada di ambang kiamat.Katrin menatap langit dengan cemas. “Ini bukan hal yang alamiah. Ini efek dari ritual yang nyaris selesai tadi. Mereka memang gagal sepenuhnya, tapi mereka sudah cukup jauh untuk meninggalkan dampaknya di sini.”Rendy menghela napas panjang, matanya tajam mengamati ke sekeliling. “Serikat Hantu Malam telah merencanakan ini selama bertahun-tahun. Bahkan setelah pemimpin mereka kita kalahkan, mereka masih punya rencana cadangan. Kita harus menemukan sumber kekuatan ini sebelum kota tenggelam dalam kekacauan.”"Tinggal satu titik ritual lagi yang harus kita hancurkan, Ketua! Sayangnya, titik keempat ini akan sulit k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   225. Jejak Renata dan Kristin

    Di tengah perjalanan, mereka menemukan jejak Renata dan Kristin—potongan kain yang dikenali Rendy dari pakaian Kristin. “Mereka ada di sini...” Rendy bergumam, mencengkeram kain itu dengan erat.Katrin menepuk pundaknya. “Kita akan menemukan mereka, Rendy. Tapi kita harus tetap fokus.”Langkah mereka membawa mereka ke ruang inti Nexus, sebuah ruangan luas dengan kubah yang dipenuhi simbol-simbol kuno. Di tengahnya, Renata dan Kristin terbaring tak sadarkan diri, tubuh mereka diselimuti lingkaran energi gelap yang mengikat Nexus.Zhao Kien, salah satu petinggi Serikat Hantu Malam yang sebelumnya dianggap tewas, berdiri di tengah-tengah mereka. “Kalian datang terlambat. Nexus akan menjadi milik kami, dan dengan kekuatannya, kami akan memulai era baru di bawah kekuasaan Serikat Hantu Malam!”Rendy memandang tajam ke arah . “Tidak akan kubiarkan!”Pertempuran terakhir dimulai. Zhao Kien melancarkan serangan bayangan yang menguasai seluruh ruangan. Katrin, Jessy, Ryu Ten, dan Rendy bersatu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kebangkitan Naga Perang   226. Reuni Sekolah

    Rendy Wang menghela napas panjang saat langkah kakinya menginjak tanah Khatulistiwa yang kini terlihat damai. Setelah kehancuran Serikat Hantu Malam, situasi di negeri itu berangsur kembali normal. Kehidupan di ibu kota Kartanesia kembali seperti semula, seolah-olah ancaman besar yang baru saja melanda tidak pernah terjadi.Presiden Khatulistiwa akhirnya muncul dari persembunyiannya, memberikan pidato yang menenangkan publik dan menyatakan bahwa ancaman telah "diatasi dengan baik berkat kolaborasi berbagai pihak." Tidak ada yang menyebutkan nama Rendy, Jessy, atau Klan Naga Sakti—sebuah tanda bahwa pemerintah ingin melupakan kejadian tersebut secepat mungkin dan memulai lembaran baru.Namun, bagi Rendy, kedamaian itu terasa seperti fatamorgana. Ia tahu bahwa musuh-musuhnya, meskipun telah dikalahkan, mungkin masih menyusun rencana dari bayang-bayang. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk sementara waktu kembali ke Keluarga Huang di Paradise Hill, memastikan semuanya benar-benar aman se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Kebangkitan Naga Perang   227. Keanehan di Acara Reuni

    Saat ia dan Cindy berjalan melewati kerumunan, matanya menangkap sosok misterius di sudut ruangan: seorang wanita dengan gaun merah berkilauan, wajahnya tersembunyi di balik topeng setengah wajah yang anggun namun menyeramkan. Tatapannya tajam, langsung tertuju pada Rendy.“Cindy,” Rendy berbisik, suaranya pelan namun tegas. “Siapa wanita itu?”Cindy mengerutkan kening. “Wanita mana?”Rendy menoleh ke arah sosok tersebut, namun wanita itu telah menghilang di tengah kerumunan. Kegelisahannya semakin bertambah.Beberapa saat kemudian, pelayan mendekat dan menyerahkan sebuah amplop hitam kepada Rendy. Tanpa nama pengirim, hanya tertulis: "Untuk Rendy Wang."Rendy membuka amplop tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat secarik kertas dengan tulisan tangan yang tegas:Kau pikir ini sudah berakhir? Kau salah. Aku akan kembali, dan aku akan mengambil segalanya. — Z.K.Rendy merasakan darahnya mendidih. Zhao Kien. Mungkinkah dia masih hidup? Ataukah ini hanya seseorang yang mencoba mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status