Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 184. Klan Sembilan Naga Sakti

Share

184. Klan Sembilan Naga Sakti

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2024-11-14 17:27:19

Rendy, yang telah memutuskan untuk mencari dukungan kuat melawan ancaman The Immortality, bergegas menghubungi Katrin. Ia tahu, satu-satunya cara untuk menghadapi serangan besar-besaran ini adalah meminta bantuan dari Klan Sembilan Naga Sakti, kumpulan tokoh terkuat dan terpandang di dunia bawah yang mengendalikan berbagai aspek kehidupan mulai dari bisnis hingga seni bertarung. Para anggota Klan ini, dengan kemampuan dan pengaruhnya masing-masing, memiliki kapasitas luar biasa untuk membantu Rendy mempertahankan Kartanesia.

"Halo Kat, tolong kamu hubungi anggota Sembilan Naga Sakti ... aku butuh bantuan mereka sekarang!" kata Rendy begitu tiba di Menara Naga Perang.

"Baik, Ketua!" ucap Katrin dengan penuh tanda tanya, tapi ia tahu sedikit bertanya lebih baik daripada membuat murka Naga Perang.

"Atur juga pertemuanku dengan mereka. Aku tahu, kamu masih bingung karena aku pernah mengatakan tidak akan menemui mereka lagi sejak kejadian di masa lalu itu, tapiaku butuh bantuan mereka seka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   185. Menyusun Rencana

    Setelah pertemuan yang intens di Underground City, Rendy mulai merasa harapan baru tumbuh dalam dirinya. Dengan kekuatan dan pengaruh dari Sembilan Naga Sakti yang kini bersatu, ia merasa lebih siap menghadapi serangan besar dari The Immortality. Namun, setiap langkah mereka harus direncanakan dengan hati-hati, karena ancaman The Immortality bukanlah hal yang bisa dianggap enteng.Rendy, yang kini lebih memahami besarnya skala permainan ini, memimpin diskusi lebih lanjut. Para anggota Klan Sembilan Naga Sakti memberikan berbagai perspektif dan solusi berdasarkan keahlian masing-masing.Naga Hitam Mei Xun memulai dengan memberikan gambaran tentang ancaman logistik yang mungkin terjadi. "The Immortality tidak hanya mengandalkan kekuatan pasukan," katanya. "Mereka memiliki kemampuan untuk merusak ekonomi dan memanipulasi pasar. Jika kita tak mempersiapkan pertahanan ekonomi, mereka bisa memotong suplai dan menguasai jalur perdagangan kita."Naga Emas Zhang Wei mengangguk. "Aku akan menyi

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Naga Perang   186. Serangan The Immortality

    Di markas rahasia The Immortality, para petinggi organisasi yang misterius itu telah menerima laporan dari The Killer tentang perlawanan Rendy Wang dan kesiapannya untuk mempertahankan Kartanesia. Sambil memeriksa laporan-laporan intelijen, salah satu sosok bertopeng dan berjubah ungu, seorang petinggi yang hanya dikenal sebagai Shadow Elder, menghadap pemimpin tertinggi The Immortality, Grandmaster Veyron.“Rendy Wang telah menghubungi Klan Sembilan Naga Sakti,” lapor Shadow Elder dengan suara dingin yang bergetar dengan kebencian. “Pertempuran ini akan menjadi lebih sulit dari perkiraan kita. Wang Industries dan Kartanesia telah siap mempertahankan diri.”Grandmaster Veyron, yang berdiri di balik tirai bayangan, hanya tersenyum tipis. “Sembilan Naga Sakti hanyalah legenda usang. Mereka kuat, tetapi mereka bukan tandingan kekuatan The Infinity, organisasi yang bahkan lebih besar dari The Immortality. Kita hanya perlu menggunakan sedikit pengaruh untuk menghancurkan Rendy dan semua ya

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Naga Perang   187. The Infinity

    Seiring kaburnya Shadow Elder dan sisa Pasukan Abyss, ketegangan di Kartanesia mulai mereda. Namun, rasa kemenangan tidak benar-benar dirasakan oleh Rendy Wang dan Sembilan Naga Sakti. Mereka tahu ancaman yang lebih besar telah dilontarkan, dan dari informasi yang terungkap selama pertempuran, menjadi jelas bahwa The Immortality hanyalah bagian dari kekuatan yang lebih besar, yaitu The Infinity—sebuah organisasi bayangan yang kekuatannya melampaui imajinasi.Di Underground City, Rendy mengumpulkan Sembilan Naga Sakti untuk merumuskan strategi menghadapi The Infinity. Katrin Chow, yang juga hadir, membawa laporan intelijen terbaru yang berhasil dikumpulkan selama pengepungan. Di layar holografis di hadapan mereka, berbagai data intelijen ditampilkan, termasuk jaringan The Infinity yang mencakup berbagai bidang, mulai dari bisnis, teknologi, hingga pemerintahan.Naga Strategis Huo Ming membuka pertemuan dengan peringatan keras. “The Infinity tidak hanya bergerak melalui organisasi krimi

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Naga Perang   188. Bertemu The Eternal

    Setelah beberapa minggu menunggu, Rendy akhirnya menerima pesan rahasia dari kontaknya bahwa The Infinity menginginkan pertemuan. Lokasinya dirahasiakan dan dijaga dengan ketat, namun Rendy menyadari ini adalah kesempatan untuk bernegosiasi atau, jika diperlukan, mengakhiri konflik ini untuk selamanya.Dengan persetujuan Sembilan Naga Sakti, Rendy memutuskan untuk menghadiri pertemuan ini. Dia membawa beberapa anggota Klan Naga Sakti, termasuk Naga Langit Ryu Ten dan Naga Hitam Mei Xun, untuk memastikan perlindungan maksimal.Ketika mereka tiba di tempat yang dirahasiakan, suasana tegang langsung terasa. Para petinggi The Infinity, berpakaian dalam jubah hitam dan merah tua, berdiri berjajar dengan wajah yang penuh rahasia dan ancaman. Di ujung ruangan yang gelap itu, sosok bertopeng yang diyakini sebagai The Eternal duduk di atas takhta, dikelilingi oleh aura misterius.The Eternal berbicara dengan nada dingin, “Rendy Wang… aku mengagumi keberanianmu. Tapi kau harus tahu, melawan kam

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Naga Perang   189. Panglima The Abyss

    Beberapa hari setelah pertemuan terakhir dengan The Eternal, Kartanesia terasa seperti kota yang menahan napas, tenang namun penuh ketegangan. Rendy Wang dan Sembilan Naga Sakti tidak hanya memperkuat benteng fisik dan pertahanan magis, tetapi juga mengerahkan semua intelijen dan mata-mata mereka untuk memantau setiap pergerakan musuh.Di markas utama, Katrin Chow menatap peta holografis yang memperlihatkan pergerakan dan potensi titik masuk Pasukan Abyss. Dengan jaringan teknologi canggih dari Wang Industries, mereka berhasil melacak konvoi kecil yang diperkirakan membawa anggota-anggota The Infinity.Ryu Ten, dengan tenang namun penuh wibawa, berkata, “The Infinity akan datang dari segala arah. Mereka ingin kita lengah, tetapi kita memiliki kekuatan gabungan yang mereka remehkan.”Rendy mengangguk, memfokuskan pandangannya pada Naga Strategis Huo Ming. “Kita perlu strategi yang bisa memecah pasukan mereka. Serangan mereka harus dihadapi di luar perbatasan Kartanesia. Aku ingin sebag

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Naga Perang   190. Sang Shadow Hunter

    Setelah pertempuran itu, ketenangan di Kartanesia hanyalah ilusi sementara. Di balik kemenangan atas Pasukan Abyss, ancaman besar dari The Infinity terus menghantui pikiran Rendy. Bagi Rendy Wang, kemenangan itu hanya memberi mereka waktu yang sedikit untuk merencanakan langkah berikutnya. Klan Sembilan Naga Sakti berkumpul kembali, dan mereka semua merasakan bahaya yang kian mendekat.Beberapa hari setelah pertempuran, Rendy menerima pesan rahasia dari salah satu informannya di luar negeri. Pesan itu berisi satu nama, sosok yang berbahaya dan menjadi sosok misterius di balik The Infinity: Yin Xi, Sang Shadow Hunter. Sosok ini digambarkan sebagai pemimpin bayangan dari organisasi tersebut, seorang yang memiliki ambisi besar untuk menguasai segala lini ekonomi dan kehidupan manusia. Kabarnya, Yin Xi adalah seorang strategis jenius dan pengguna teknik kultivasi kuno yang memungkinkan dia untuk memanipulasi pikiran orang lain.Rendy, yang tak ingin membuang waktu, memutuskan bahwa mereka

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Naga Perang   191. Sang Petir Abadi

    Setelah berhari-hari berjuang melawan ombak besar dan angin yang menerjang kapal mereka, Rendy, Katrin, dan anggota Sembilan Naga Sakti akhirnya tiba di Pulau Naga. Pulau itu tampak seperti tempat yang terlupakan oleh waktu, terbungkus dalam kabut putih tebal yang membuat langit seakan tak terlihat. Tanah yang dipijak terasa lembab, diselimuti oleh dedaunan basah dan akar pohon yang menghalangi jalan mereka. Hutan belantara yang mereka masuki dipenuhi dengan aroma lembap tanah dan kayu basah, menyatu dengan udara dingin yang meresap ke dalam tubuh mereka. “Waspadalah,” bisik Katrin, suaranya seakan teredam oleh kabut yang mengelilingi mereka. “Tempat ini... ada sesuatu yang aneh di sini.” Rendy memfokuskan pandangannya ke depan, mencoba melihat lebih jauh ke dalam hutan yang tampak seperti dunia lain. Suasana di sekitar mereka semakin terasa suram dan berat, suara gemericik air dari aliran sungai terdekat semakin samar, digantikan oleh suara bisikan halus yang terdengar seperti ka

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Naga Perang   192. Sang Pengendali Ilusi

    Penjaga kedua, Mei Huan, Sang Pengendali Ilusi, menunggu mereka di lembah yang penuh kabut. Kabut di lembah itu tebal dan pekat, seolah-olah memiliki nyawa, bergerak melingkari Rendy dan kelompoknya seperti tirai hantu yang menyusup ke dalam pikiran. Rasa dingin merayap di kulit mereka, menusuk hingga ke tulang, tetapi itu bukan sekadar dingin biasa—melainkan dingin dari kebimbangan dan keraguan yang ditanamkan Mei Huan, Sang Pengendali Ilusi. Anggota kelompok saling memandang dengan waspada, mata mereka penuh rasa curiga dan ketakutan yang tumbuh seiring dengan kabut yang semakin padat.Di tengah kabut, Rendy mulai merasakan bayangan masa lalunya kembali menghantuinya. Ia melihat sosok dirinya yang lebih muda, seorang pemuda yang tenggelam dalam ketidakberdayaan dan rasa kecewa yang begitu mendalam. Kenangan akan kegagalannya dulu berkelebat di sekitarnya seperti bayangan-bayangan gelap yang siap melahapnya.“Untuk apa kau berusaha?” suara Mei Huan berbisik, lembut namun mematikan,

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   518. Hasrat Sang Elemental Naga

    Udara di apartemen terasa berat, hampir pekat, seolah setiap molekul udara merapat, menahan napas mereka dalam pusaran hasrat yang menggetarkan. Di antara gemuruh jantung yang berdetak terlalu keras, tubuh Rendy dan Sheila melebur dalam tarikan naluriah—sebuah pencarian yang tak membutuhkan kata, hanya desakan naluri yang tak terbantahkan.Sheila, dengan mata berkilat dalam cahaya remang, meraih tangan Rendy. Genggamannya kecil, namun panasnya menembus kulit hingga ke nadi. Tanpa sepatah kata pun, ia menariknya melewati ruang tamu menuju kamar tidur.Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan luas dengan jendela kaca setinggi langit-langit, menghadap langsung ke hamparan Dark City yang bermandikan cahaya malam. Lampu-lampu kota berkedip seperti bintang patah yang jatuh ke bumi, menciptakan lukisan malam yang sendu sekaligus memabukkan.Langkah-langkah mereka terhenti di tepi ranjang. Sheila berbalik perlahan. Rambut hitamnya berkilau di bawah lampu gantung, mengalir seperti ti

  • Kebangkitan Naga Perang   517. Godaan Sheila

    Mata Sheila menyipit, bibirnya membentuk senyum penuh misteri. "Oh begitu? Jadi... kamu sudah tahu semua tentang tubuhku, ya?" Nadanya melengking manis, tapi ada sesuatu yang membuat udara di antara mereka mendadak terasa lebih panas. "Apa kita pernah... bercinta di sana?"Uhuk!Rendy tersedak kopi, buru-buru menahan batuknya dengan tisu. Wajahnya memerah, entah karena panas kopi atau pertanyaan lugas yang sama sekali tidak ia duga."Hihihi..." Sheila terkikik geli, menatapnya dengan tatapan jahil. Ia menyender santai di sofa, memperlihatkan leher jenjangnya dengan sangat disengaja. "Kenapa? Kaget mendengar pertanyaanku? Bukankah aku... kekasihmu?" godanya dengan suara manja, hampir berbisik."A-aku..." Rendy berusaha menguasai diri, tapi lidahnya terasa kelu. Matanya berusaha fokus ke cangkir di tangan, tidak berani menatap langsung ke mata Sheila yang berbinar penuh rasa ingin tahu.Melihat Rendy gugup justru membuat Sheila semakin bersemangat. Ia mendekat sedikit, memperkecil jarak

  • Kebangkitan Naga Perang   516. Hadiah Kecil Sheila

    Gemuruh sorak-sorai membahana di seluruh penjuru Dark City. Malam itu, langit Negeri Malam seolah terbakar oleh kembang api yang menghujam ke udara, meledak dalam semburat warna merah darah dan biru keunguan. Udara dipenuhi aroma manis dari bunga-bunga yang dihiasi sepanjang jalan, bercampur dengan bau hangat makanan yang dibakar di setiap sudut festival.Kemenangan atas Azerith — Sang Pewaris Malam yang selama ini menjadi duri dalam upaya Sheila untuk membangun negeri ini — terasa seperti beban besar yang akhirnya terangkat dari dada semua orang. Negeri Malam, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, merasakan apa itu kebebasan.Renata dan Jessy berdiri di tengah kerumunan, senyum mereka merekah di bawah cahaya lentera. Kilatan kebahagiaan di mata mereka membuat keduanya tampak lebih muda dari biasanya. Rencana untuk kembali ke Negeri Khatulistiwa pun mereka tangguhkan tanpa ragu, terpikat oleh atmosfer penuh sukacita ini.“Aku rasa... kita memang harus tinggal lebih lama,” ujar Je

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status