Rendy, yang telah memutuskan untuk mencari dukungan kuat melawan ancaman The Immortality, bergegas menghubungi Katrin. Ia tahu, satu-satunya cara untuk menghadapi serangan besar-besaran ini adalah meminta bantuan dari Klan Sembilan Naga Sakti, kumpulan tokoh terkuat dan terpandang di dunia bawah yang mengendalikan berbagai aspek kehidupan mulai dari bisnis hingga seni bertarung. Para anggota Klan ini, dengan kemampuan dan pengaruhnya masing-masing, memiliki kapasitas luar biasa untuk membantu Rendy mempertahankan Kartanesia."Halo Kat, tolong kamu hubungi anggota Sembilan Naga Sakti ... aku butuh bantuan mereka sekarang!" kata Rendy begitu tiba di Menara Naga Perang."Baik, Ketua!" ucap Katrin dengan penuh tanda tanya, tapi ia tahu sedikit bertanya lebih baik daripada membuat murka Naga Perang."Atur juga pertemuanku dengan mereka. Aku tahu, kamu masih bingung karena aku pernah mengatakan tidak akan menemui mereka lagi sejak kejadian di masa lalu itu, tapiaku butuh bantuan mereka seka
Setelah pertemuan yang intens di Underground City, Rendy mulai merasa harapan baru tumbuh dalam dirinya. Dengan kekuatan dan pengaruh dari Sembilan Naga Sakti yang kini bersatu, ia merasa lebih siap menghadapi serangan besar dari The Immortality. Namun, setiap langkah mereka harus direncanakan dengan hati-hati, karena ancaman The Immortality bukanlah hal yang bisa dianggap enteng.Rendy, yang kini lebih memahami besarnya skala permainan ini, memimpin diskusi lebih lanjut. Para anggota Klan Sembilan Naga Sakti memberikan berbagai perspektif dan solusi berdasarkan keahlian masing-masing.Naga Hitam Mei Xun memulai dengan memberikan gambaran tentang ancaman logistik yang mungkin terjadi. "The Immortality tidak hanya mengandalkan kekuatan pasukan," katanya. "Mereka memiliki kemampuan untuk merusak ekonomi dan memanipulasi pasar. Jika kita tak mempersiapkan pertahanan ekonomi, mereka bisa memotong suplai dan menguasai jalur perdagangan kita."Naga Emas Zhang Wei mengangguk. "Aku akan menyi
Di markas rahasia The Immortality, para petinggi organisasi yang misterius itu telah menerima laporan dari The Killer tentang perlawanan Rendy Wang dan kesiapannya untuk mempertahankan Kartanesia. Sambil memeriksa laporan-laporan intelijen, salah satu sosok bertopeng dan berjubah ungu, seorang petinggi yang hanya dikenal sebagai Shadow Elder, menghadap pemimpin tertinggi The Immortality, Grandmaster Veyron.“Rendy Wang telah menghubungi Klan Sembilan Naga Sakti,” lapor Shadow Elder dengan suara dingin yang bergetar dengan kebencian. “Pertempuran ini akan menjadi lebih sulit dari perkiraan kita. Wang Industries dan Kartanesia telah siap mempertahankan diri.”Grandmaster Veyron, yang berdiri di balik tirai bayangan, hanya tersenyum tipis. “Sembilan Naga Sakti hanyalah legenda usang. Mereka kuat, tetapi mereka bukan tandingan kekuatan The Infinity, organisasi yang bahkan lebih besar dari The Immortality. Kita hanya perlu menggunakan sedikit pengaruh untuk menghancurkan Rendy dan semua ya
Seiring kaburnya Shadow Elder dan sisa Pasukan Abyss, ketegangan di Kartanesia mulai mereda. Namun, rasa kemenangan tidak benar-benar dirasakan oleh Rendy Wang dan Sembilan Naga Sakti. Mereka tahu ancaman yang lebih besar telah dilontarkan, dan dari informasi yang terungkap selama pertempuran, menjadi jelas bahwa The Immortality hanyalah bagian dari kekuatan yang lebih besar, yaitu The Infinity—sebuah organisasi bayangan yang kekuatannya melampaui imajinasi.Di Underground City, Rendy mengumpulkan Sembilan Naga Sakti untuk merumuskan strategi menghadapi The Infinity. Katrin Chow, yang juga hadir, membawa laporan intelijen terbaru yang berhasil dikumpulkan selama pengepungan. Di layar holografis di hadapan mereka, berbagai data intelijen ditampilkan, termasuk jaringan The Infinity yang mencakup berbagai bidang, mulai dari bisnis, teknologi, hingga pemerintahan.Naga Strategis Huo Ming membuka pertemuan dengan peringatan keras. “The Infinity tidak hanya bergerak melalui organisasi krimi
Setelah beberapa minggu menunggu, Rendy akhirnya menerima pesan rahasia dari kontaknya bahwa The Infinity menginginkan pertemuan. Lokasinya dirahasiakan dan dijaga dengan ketat, namun Rendy menyadari ini adalah kesempatan untuk bernegosiasi atau, jika diperlukan, mengakhiri konflik ini untuk selamanya.Dengan persetujuan Sembilan Naga Sakti, Rendy memutuskan untuk menghadiri pertemuan ini. Dia membawa beberapa anggota Klan Naga Sakti, termasuk Naga Langit Ryu Ten dan Naga Hitam Mei Xun, untuk memastikan perlindungan maksimal.Ketika mereka tiba di tempat yang dirahasiakan, suasana tegang langsung terasa. Para petinggi The Infinity, berpakaian dalam jubah hitam dan merah tua, berdiri berjajar dengan wajah yang penuh rahasia dan ancaman. Di ujung ruangan yang gelap itu, sosok bertopeng yang diyakini sebagai The Eternal duduk di atas takhta, dikelilingi oleh aura misterius.The Eternal berbicara dengan nada dingin, “Rendy Wang… aku mengagumi keberanianmu. Tapi kau harus tahu, melawan kam
Beberapa hari setelah pertemuan terakhir dengan The Eternal, Kartanesia terasa seperti kota yang menahan napas, tenang namun penuh ketegangan. Rendy Wang dan Sembilan Naga Sakti tidak hanya memperkuat benteng fisik dan pertahanan magis, tetapi juga mengerahkan semua intelijen dan mata-mata mereka untuk memantau setiap pergerakan musuh.Di markas utama, Katrin Chow menatap peta holografis yang memperlihatkan pergerakan dan potensi titik masuk Pasukan Abyss. Dengan jaringan teknologi canggih dari Wang Industries, mereka berhasil melacak konvoi kecil yang diperkirakan membawa anggota-anggota The Infinity.Ryu Ten, dengan tenang namun penuh wibawa, berkata, “The Infinity akan datang dari segala arah. Mereka ingin kita lengah, tetapi kita memiliki kekuatan gabungan yang mereka remehkan.”Rendy mengangguk, memfokuskan pandangannya pada Naga Strategis Huo Ming. “Kita perlu strategi yang bisa memecah pasukan mereka. Serangan mereka harus dihadapi di luar perbatasan Kartanesia. Aku ingin sebag
Setelah pertempuran itu, ketenangan di Kartanesia hanyalah ilusi sementara. Di balik kemenangan atas Pasukan Abyss, ancaman besar dari The Infinity terus menghantui pikiran Rendy. Bagi Rendy Wang, kemenangan itu hanya memberi mereka waktu yang sedikit untuk merencanakan langkah berikutnya. Klan Sembilan Naga Sakti berkumpul kembali, dan mereka semua merasakan bahaya yang kian mendekat.Beberapa hari setelah pertempuran, Rendy menerima pesan rahasia dari salah satu informannya di luar negeri. Pesan itu berisi satu nama, sosok yang berbahaya dan menjadi sosok misterius di balik The Infinity: Yin Xi, Sang Shadow Hunter. Sosok ini digambarkan sebagai pemimpin bayangan dari organisasi tersebut, seorang yang memiliki ambisi besar untuk menguasai segala lini ekonomi dan kehidupan manusia. Kabarnya, Yin Xi adalah seorang strategis jenius dan pengguna teknik kultivasi kuno yang memungkinkan dia untuk memanipulasi pikiran orang lain.Rendy, yang tak ingin membuang waktu, memutuskan bahwa mereka
Setelah berhari-hari berjuang melawan ombak besar dan angin yang menerjang kapal mereka, Rendy, Katrin, dan anggota Sembilan Naga Sakti akhirnya tiba di Pulau Naga. Pulau itu tampak seperti tempat yang terlupakan oleh waktu, terbungkus dalam kabut putih tebal yang membuat langit seakan tak terlihat. Tanah yang dipijak terasa lembab, diselimuti oleh dedaunan basah dan akar pohon yang menghalangi jalan mereka. Hutan belantara yang mereka masuki dipenuhi dengan aroma lembap tanah dan kayu basah, menyatu dengan udara dingin yang meresap ke dalam tubuh mereka. “Waspadalah,” bisik Katrin, suaranya seakan teredam oleh kabut yang mengelilingi mereka. “Tempat ini... ada sesuatu yang aneh di sini.” Rendy memfokuskan pandangannya ke depan, mencoba melihat lebih jauh ke dalam hutan yang tampak seperti dunia lain. Suasana di sekitar mereka semakin terasa suram dan berat, suara gemericik air dari aliran sungai terdekat semakin samar, digantikan oleh suara bisikan halus yang terdengar seperti ka
Angin menderu tanpa ampun, menerjang wajah Rendy dengan suhu yang menusuk, seakan ribuan jarum es menyusup ke dalam kulitnya. Di sekelilingnya, salju menari liar, berputar-putar membentuk pusaran putih yang seakan ingin menelan segala sesuatu yang berada di lintasan badai. Di tengah kekacauan itu, dua sosok prajurit es meluncur bak bayangan, melangkah tanpa jejak di atas permukaan salju yang telah membeku kaku.Rendy, yang tengah berlari menyusuri medan yang terselimuti badai, tiba-tiba mengayunkan tubuhnya ke samping. Tepat di saat itulah, sebuah pedang es berkilauan meluncur mendekat, hampir saja menyapu bahunya dengan kecepatan yang mematikan. Udara di sekitar pedang itu bergetar, menampakkan efek membekukan yang menyeramkan pada setiap hal yang disentuhnya."Dekat sekali!" seru Rendy dengan nada terkejut, namun ia tak sempat mengeluh. Dalam satu gerakan refleks, ia memutar badannya dan melayangkan tendangan ke arah bayang-bayang prajurit itu. Namun, tendangannya hanya menyentuh ke
Di balik tirai salju tebal yang menutupi setiap sudut Pegunungan Es Abadi, dunia terlihat seperti lukisan sunyi yang menyimpan keindahan dan kematian sekaligus. Namun, Rendy, dengan tatapan waspada dan langkah yang terukur, tahu bahwa di balik pesona dingin itu tersimpan jebakan mematikan yang dirancang oleh Keluarga Besar Bai. Setiap langkah yang diambilnya terasa bagai melangkah di atas kristal pecah; dingin yang menusuk hingga ke dalam tulang, diiringi oleh ketidakpastian medan yang licin dan berbahaya. Angin kencang menyusup lewat celah-celah antara puncak gunung, mendesis seperti bisikan kematian. Butiran es kecil yang tersapu angin menghantam wajahnya, meninggalkan rasa perih yang membakar, sementara jubah hitamnya menari liar di tengah pusaran salju, kontras dengan hamparan putih yang tak berujung. Rendy menatap sekeliling dengan mata tajam, menyusuri setiap bayangan dan jejak samar yang tertutup salju. Tiba-tiba, ia berhenti. Di bawah langkahnya, ada sebuah bekas jejak yang
Rendy melangkah mantap ke utara, angin dingin menerpa wajahnya, membawa serta butiran salju yang berkilauan di bawah cahaya rembulan. Hembusan napasnya mengepul, seiring dengan tekad yang semakin menguat di dalam dadanya. Ia harus menemui Keluarga Besar Bai secara langsung. Tiga kultivator Bai yang ia biarkan hidup telah menyampaikan pesannya, tetapi ia ragu pesan itu cukup kuat untuk menghentikan mereka."Aku harus memastikan mereka tidak menggangguku saat berhadapan dengan Zhang Wen," gumamnya, kedua matanya menatap lurus ke depan, penuh determinasi.Dalam perjalanannya, Rendy menyadari satu hal: ia telah melewatkan kesempatan menanyakan keberadaan ayahnya kepada Keluarga Xie dan Zhao. Pertarungan sengit dengan mereka telah menyita seluruh perhatiannya, dan kini, hanya Keluarga Besar Bai yang mungkin memiliki jawaban.Pegunungan Es Abadi membentang di hadapannya, rumah bagi Keluarga Besar Bai. Sebuah perkampungan luas tersembunyi di balik lapisan pertahanan berlapis, dengan formasi
Rendy Wang berdiri tegak di antara puing-puing kediaman keluarga Zhao. Angin malam berdesir, membawa aroma debu dan darah yang masih hangat. Kedua pedangnya—Pedang Kabut Darah dan Pedang Penakluk Iblis—berkilauan tajam di bawah cahaya bulan. Di hadapannya, Zhao Tiangxin menatap tajam, jubah patriarknya berkibar ditiup energi qi yang bergetar di sekelilingnya."Naga Perang!" suara Zhao Tiangxin bergema seperti guntur. "Aku akan menunjukkan padamu mengapa aku disebut sebagai Patriark Zhao!"Tangannya terangkat tinggi, telapak tangannya bersinar emas. Dengan satu gerakan sigil tangan, ia menarik energi langit dan bumi. "Formasi Penghancur Langit!"Awan di atas mereka bergolak, berputar membentuk pusaran yang menyedot kekuatan dari sekelilingnya. Udara bergetar, dan dalam sekejap, ratusan tombak qi berwarna emas terbentuk di langit, melayang dengan ujungnya mengarah lurus ke tubuh Rendy.Rendy mengangkat satu alis. "Begitu? Kau pikir formasi ini bisa menghentikanku?"Dengan satu hentakan
Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Rendy melesat ke depan seperti kilatan petir yang menyambar langit. Pedang Penakluk Iblis di tangannya bergetar, memancarkan cahaya merah menyala yang menebarkan hawa kematian di sekelilingnya. Dalam satu tebasan, gelombang energi memancar deras, menggetarkan udara dan menciptakan pusaran angin yang menghantam para praktisi keluarga Zhao dengan kekuatan dahsyat."Kalian yang mencari kematian kalian sendiri! Aku telah memberi kalian kesempatan untuk hidup! Kini, kesempatan itu telah hilang!" teriak Rendy yang bergerak dengan sangat cepat sehingga tidak kelihatan oleh mata biasa.Wuuusssh!Clash!Jeritan kesakitan menggema saat beberapa dari mereka terpental ke belakang, menghantam dinding dengan keras hingga retakan besar terbentuk di sekitarnya. Sementara itu, yang lain bahkan tak sempat menghindar—hanya ada kilatan merah yang membelah tubuh mereka, meninggalkan sisa-sisa tubuh yang jatuh dengan suara berdebum ke tanah."Apa ini? Dasar iblis! Ti
Malam itu, kediaman Keluarga Besar Zhao dipenuhi ketegangan yang merayap di setiap sudut benteng megah mereka. Cahaya lentera berkelap-kelip, memantulkan bayangan tajam dari para kultivator dan praktisi bela diri yang berjaga. Mata mereka tajam, napas tertahan, tangan menggenggam erat senjata seolah bersiap menghadapi bahaya yang sewaktu-waktu bisa menerjang.Di tengah ruang utama yang dipenuhi aroma dupa, seorang pria tua duduk di singgasananya dengan tenang. Rambut dan janggut putihnya tergerai panjang, namun tubuhnya yang bercahaya menunjukkan bahwa usia bukanlah batasan bagi kekuatannya. Zhao Tiangxin, pemimpin Keluarga Besar Zhao, menatap tajam ke arah seorang pengintai yang baru saja kembali dari misi penyelidikan."Siapa yang cukup kejam menghancurkan Keluarga Besar Xie?" Suaranya berat, penuh wibawa, bergema di seluruh ruangan.Kultivator pengintai itu menelan ludah sebelum menjawab, tubuhnya sedikit gemetar. "Lapor, Tuan Besar! Pembunuh Patriark Xie adalah seorang pemuda yang
Rendy Wang berdiri tegap, tubuhnya dikelilingi aura merah dan emas yang berkobar liar, seolah mencerminkan amarah yang membakar dalam dirinya. Luka di bahunya menghangat, darah menetes perlahan, tetapi tatapannya tetap dingin, penuh determinasi.Xie Wu Jie, terhuyung di atas tanah yang retak, mencengkeram dadanya yang kini tercabik oleh tebasan Pedang Penakluk Iblis. Napasnya berat, tetapi di balik wajahnya yang penuh luka, senyum tipis terukir. "Kau pikir ini sudah berakhir?" suaranya parau, tapi penuh kepastian.Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar hebat. Gelombang energi hitam membuncah dari tubuh Xie Wu Jie, menyelimuti langit malam yang semakin kelam. Bayangan-bayangan pekat menjulur dari tanah, berputar-putar seperti tentakel yang mencari mangsa."Roh Pembalasan... Bangkitlah!"Teriakan Xie Wu Jie menggema, dan dari balik bayangan, sesosok entitas raksasa mulai terbentuk. Wujudnya menyerupai iblis bertaring dengan mata merah menyala dan tanduk berliku. Udara menjadi semak
Langit malam membentang kelam, hanya dihiasi bulan pucat yang menggantung dingin di antara gumpalan awan gelap. Udara terasa berat, dipenuhi ketegangan yang nyaris tak tertahankan. Energi bertabrakan di udara, menggetarkan tanah dan membuat dedaunan berdesir liar seakan gemetar ketakutan. Aroma besi yang samar tercium, bercampur dengan hawa panas dari pertarungan yang akan segera meletus.Rendy Wang berdiri dengan kedua kakinya tertanam kokoh di tanah yang mulai retak akibat tekanan kekuatan mereka. Kedua tangannya menggenggam senjata masing-masing—Pedang Kabut Darah yang memancarkan aura merah pekat di tangan kiri, dan Pedang Penakluk Iblis yang berpendar keemasan di tangan kanan. Matanya menyala tajam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Xie Wu Jie melangkah maju, auranya semakin pekat, seperti kabut hitam yang siap melahap segala yang mendekat. Ia memegang tombak hitam dengan ukiran naga yang melilit sepanjang gagangnya, sementara tangan satunya menggenggam tong
Angin malam berembus liar, menggugurkan dedaunan kering yang beterbangan di antara dua sosok yang berdiri berhadapan. Mata Rendy Wang menyala tajam, kilatan emas berpendar di irisnya, sementara Xie Wu Jie berdiri tegap dengan senyum meremehkan. Tidak tampak rasa takut sedikit pun terhadap Naga Perang padahal Rendy telah berhasil menghancurkan segel kunonya yaitu Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit yang membuat kediaman Keluarga Xie terbuka untuk umum.Tanpa aba-aba, Rendy mengayunkan Pedang Penakluk Iblisnya. Kilatan keemasan membelah udara, meledak ke arah lawannya seperti ombak yang mengamuk. Gelombang energi yang ia lepaskan begitu kuat hingga tanah di bawahnya retak, menciptakan pola pecahan yang berpusat di kakinya.Namun, Xie Wu Jie tetap bergeming. Dengan satu tangan, ia membentuk segel aneh di udara, menciptakan perisai energi transparan yang menyerap serangan itu seakan tidak berarti."Hah!" Xie Wu Jie terkekeh meremehkan. "Pedangmu memang legendaris, tapi kekuatanmu masih belum