Di antara semua resor megah yang berjajar di Red Lotus, Resor Naga Perang adalah yang paling memukau. Bangunan megahnya berdiri kokoh, dihiasi dengan patung naga emas yang megah di kedua sisinya, seolah-olah melambangkan kekuatan dan keagungan pemiliknya, Naga Perang.Di tempat inilah, kisah cinta yang singkat namun penuh gejolak antara Naga Perang dan Jessy Liu pernah terjalin. Kisah mereka ditentang keras oleh Katrin Chow, sehingga perselisihan antara dua tokoh besar ini berlanjut hingga kini.Jessy Liu bukanlah berasal dari keluarga kaya atau berpengaruh seperti Katrin Chow. Ia adalah anak jalanan yang tumbuh di tengah kerasnya dunia kriminal. Di sanalah ia pertama kali bertemu Naga Perang, yang saat itu masih seorang remaja berumur 17 tahun, sedang melaksanakan tugasnya menghancurkan organisasi hitam tempat Jessy bernaung.Meskipun Naga Perang telah menghancurkan dunianya, Jessy yang saat itu baru berumur 14 tahun, tak bisa menahan kekagumannya terhadap sosok yang kuat dan tak ter
Katrin Chow melangkah anggun keluar dari mobil B-M-W putih terbaru, yang menderu halus sebelum berhenti di depan Resor Lotus Merah. Mobil sport itu tidak hanya sekadar kendaraan, tetapi sebuah pernyataan, menegaskan kecepatan dan kekuatan yang terbungkus dalam desain yang elegan. Wajah Katrin menampakkan ketegangan, rahangnya sedikit mengeras saat ia memikirkan kembali situasi yang mengganggunya."Apa sebenarnya hubungan antara Ketua dan Jessy? Gadis itu selalu mencoba menarik perhatiannya, padahal dia sudah punya istri," gumamnya, suaranya rendah namun jelas menunjukkan rasa frustrasinya. Langkahnya mantap saat dia memasuki resor, di mana segala sesuatu tampak lebih mewah di bawah pengaruh kehadirannya.Semua mata di resor tertuju padanya, mengagumi sosok Katrin yang tinggi semampai. Kulitnya seakan berkilau di bawah cahaya lampu, dan pakaian kasual rancangan desainer ternama membalut tubuhnya dengan sempurna. Dia berjalan dengan keanggunan yang hanya bisa dimiliki oleh seseorang yan
Rendy melangkah masuk ke lift pribadi yang membawa mereka langsung ke lantai paling atas Menara Naga Perang. Dinding lift yang dilapisi kaca gelap memantulkan bayangan mereka berdua, menciptakan suasana yang tenang namun penuh kekuasaan. Ketika pintu terbuka, mereka disambut oleh pemandangan panorama kota Kartanesia yang menakjubkan, dengan jendela besar yang menampilkan seluruh keagungan kota ini.Lantai tertinggi Menara Naga Perang adalah sebuah oasis mewah yang didesain khusus untuk kenyamanan dan produktivitas. Ruangan yang luas dan terbuka, dengan lantai marmer Italia, perabotan custom buatan tangan, dan karya seni kontemporer yang menghiasi dinding-dindingnya. Sebuah meja panjang dari kayu ebony berkilau mendominasi ruangan, tempat di mana keputusan-keputusan besar sering kali dibuat.Katrin berjalan di depan, membuka pintu menuju ruangan Presiden Direktur, yang dibalut oleh panel kayu mahoni berukir yang menambah nuansa otoritas. Ruangan ini didesain dengan sempurna untuk Rendy
Rendy berdiri di dekat jendela kaca besar di lantai 100 Menara Naga Perang yang merupakan Ruang Presiden Direktur yang luas, tatapannya terpaku pada keramaian kota di bawahnya. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, kendaraan-kendaraan mewah yang melintas di jalanan tampak sangat kecil bahkan hampir tak terlihat, semuanya mencerminkan kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki. Namun, di balik kilauan itu, ada sesuatu yang menggantung di benaknya. "Kita punya Divisi Teknik Sipil dan Arsitektur?" tanyanya tiba-tiba, nada suaranya penuh antusiasme.Katrin, yang berdiri di sampingnya, memandang Rendy dengan tatapan terkejut dan sedikit bingung. "Ketua sendiri yang mengusulkannya beberapa tahun lalu," ujarnya, suaranya dingin namun penuh heran, seolah tak percaya Rendy bisa melupakan hal sebesar itu.Divisi Teknik Sipil dan Arsitektur yang mereka bicarakan adalah jantung kreatif teknik konstruksi perusahaan, menempati lima lantai di dalam gedung megah yang menjulang setinggi langit. Dar
"Bagaimana, Ketua? Apa kita perlu meninjau divisi Arsitektur?," ucap Katrin setelah Rendy keluar dari ruangan Teknik Sipil. Katrin Chow sudah menunggunya di luar ruangan sambil tersenyum."Tidak perlu! Tempatkan saja aku di divisi Teknik Sipil ini di bagian estimasi biaya dan desain struktur!" tegas Naga Perang.Katrin ingin membantah lagi karena bagian yang diinginkan oleh Naga Perang hampir mustahil dikerjakan tanpa mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, tapi mengingat aura gelap Naga Perang sebelumnya membuatnya mengurungkan diri untuk membantah keputusan Naga Perang."Baiklah, aku akan mengaturnya, Ketua!" ucapnya dengan singkat dan jelas. Urusan bisa beradaptasi atau tidak di bidang yang dipilihnya merupakan resiko Naga Pearng itu sendiri."Apa ada hal lain lagi?" tanya Naga Perang."Kita sedang membangun jaringan start up baru yang bisa mengguncang dunia, Ketua. Apa Ketua ingin membahasnya sekarang?" tanya Katrin."Jaringan start up seperti apa yang kita bicarakan?" tanya Na
Di tengah gemerlapnya Negeri Khatulistiwa, Underground City berdiri sebagai jantung dari kehidupan urban yang tak pernah tidur. Kota ini bukan sekadar tempat tinggal—ini adalah destinasi wisata bagi penduduk yang haus akan kemewahan dan hiburan tanpa batas. Dari jalan-jalan yang dipenuhi lampu neon hingga toko-toko yang memamerkan brand-brand ternama, semuanya tersedia di sini. Pusat hiburan dan pertokoan tak pernah tutup, menawarkan kesenangan dan kemewahan 24 jam sehari. Di sini, waktu seolah kehilangan makna-siang dan malam berbaur menjadi satu di bawah gemerlap lampu-lampu kota.Sebuah mobil Mbenz putih mengkilap berhenti di depan sebuah toko pakaian lokal yang elegan. Meski desainer lokal merancang gaun-gaunnya dengan kualitas tinggi, harganya tetap terjangkau dibandingkan butik-butik mewah yang memajang gaun-gaun berlabel internasional seperti Channel. Cindy melangkah keluar dari mobil, suaranya terdengar penuh percaya diri saat berbicara, "Aku akan mengembalikan uang temanmu ka
Cindy Huang akhirnya menuruti pilihan Rendy dengan membeli gaun long dress hitam buatan desainer Grammy Lawalata. Selain itu Cindy juga membeli beberapa merek lokal tapi cukup bagus buatannya.Berbeda dengan Butik Channel yang memiliki pelayan khusus yang meklayani pembelian pakaian mereka, - di toko pakaian ini tidak ada pelayanan khusus ... semua serba swalayan dan sendiri.Tas belanjaan yang memuat pakaian yag dibeli di toko pakaian ini sudah hampir penuh. Namun, mata Rendy menjadi terkejut saat melihat potongan lingerie berwarna merah jambu yang transparan ada di dalam tas belanja Cindy."Sejak kapan, Cindy memakai lingerie untuk tidur?" pikirnya.Sudah tiga tahun menikah, Rendy belum menyentuh Cindy sama sekali. Istrinya ini selalu menolak dengan alasan tidak memiliki mood untuk berhubungan intim dengannya. Seingat Rendy, tidak pernah sekalipun Cindy mengenakan lingerie bahakan istrinya tidak memiliki lingerie sama sekali. Jadi, untuk siapa lingerie berwarna merah jambu ini?Unt
Senyum tipis terlukis di wajah kasir, senyum yang tampak ramah namun sarat dengan nada buatan, saat dia melayani pelanggan yang menumpuk pakaian bermerek di atas meja kasir. "Selamat siang, Bu. Silakan taruh semua belanjaannya di sini. Saya yang akan urus semuanya," sapanya dengan nada sopan yang terlatih. Namun, ketika pandangan kasir itu jatuh pada Rendy, matanya menyipit, seakan menilai setiap helai pakaian yang dia kenakan. Jaket kulit coklat yang mulai pudar, kaos oblong yang sudah terlalu sering dicuci, dan tas selempang usang di bahunya—semua itu membuat Rendy tampak seperti mahasiswa perantauan yang hidup dengan uang saku yang pas-pasan. Dalam diam, kasir itu menilai Rendy tak lebih dari seorang yang tak pantas berada di toko ini, apalagi mampu membayar barang-barang mewah di hadapannya. "Yakin kamu bisa bayar semuanya? Jangan bikin aku malu di depan kasir yang sudah melihatmu dengan sebelah mata," bisik Cindy, menahan suaranya agar tak terdengar oleh orang lain. Wajahnya
Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Rendy melesat ke depan seperti kilatan petir yang menyambar langit. Pedang Penakluk Iblis di tangannya bergetar, memancarkan cahaya merah menyala yang menebarkan hawa kematian di sekelilingnya. Dalam satu tebasan, gelombang energi memancar deras, menggetarkan udara dan menciptakan pusaran angin yang menghantam para praktisi keluarga Zhao dengan kekuatan dahsyat."Kalian yang mencari kematian kalian sendiri! Aku telah memberi kalian kesempatan untuk hidup! Kini, kesempatan itu telah hilang!" teriak Rendy yang bergerak dengan sangat cepat sehingga tidak kelihatan oleh mata biasa.Wuuusssh!Clash!Jeritan kesakitan menggema saat beberapa dari mereka terpental ke belakang, menghantam dinding dengan keras hingga retakan besar terbentuk di sekitarnya. Sementara itu, yang lain bahkan tak sempat menghindar—hanya ada kilatan merah yang membelah tubuh mereka, meninggalkan sisa-sisa tubuh yang jatuh dengan suara berdebum ke tanah."Apa ini? Dasar iblis! Ti
Malam itu, kediaman Keluarga Besar Zhao dipenuhi ketegangan yang merayap di setiap sudut benteng megah mereka. Cahaya lentera berkelap-kelip, memantulkan bayangan tajam dari para kultivator dan praktisi bela diri yang berjaga. Mata mereka tajam, napas tertahan, tangan menggenggam erat senjata seolah bersiap menghadapi bahaya yang sewaktu-waktu bisa menerjang.Di tengah ruang utama yang dipenuhi aroma dupa, seorang pria tua duduk di singgasananya dengan tenang. Rambut dan janggut putihnya tergerai panjang, namun tubuhnya yang bercahaya menunjukkan bahwa usia bukanlah batasan bagi kekuatannya. Zhao Tiangxin, pemimpin Keluarga Besar Zhao, menatap tajam ke arah seorang pengintai yang baru saja kembali dari misi penyelidikan."Siapa yang cukup kejam menghancurkan Keluarga Besar Xie?" Suaranya berat, penuh wibawa, bergema di seluruh ruangan.Kultivator pengintai itu menelan ludah sebelum menjawab, tubuhnya sedikit gemetar. "Lapor, Tuan Besar! Pembunuh Patriark Xie adalah seorang pemuda yang
Rendy Wang berdiri tegap, tubuhnya dikelilingi aura merah dan emas yang berkobar liar, seolah mencerminkan amarah yang membakar dalam dirinya. Luka di bahunya menghangat, darah menetes perlahan, tetapi tatapannya tetap dingin, penuh determinasi.Xie Wu Jie, terhuyung di atas tanah yang retak, mencengkeram dadanya yang kini tercabik oleh tebasan Pedang Penakluk Iblis. Napasnya berat, tetapi di balik wajahnya yang penuh luka, senyum tipis terukir. "Kau pikir ini sudah berakhir?" suaranya parau, tapi penuh kepastian.Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar hebat. Gelombang energi hitam membuncah dari tubuh Xie Wu Jie, menyelimuti langit malam yang semakin kelam. Bayangan-bayangan pekat menjulur dari tanah, berputar-putar seperti tentakel yang mencari mangsa."Roh Pembalasan... Bangkitlah!"Teriakan Xie Wu Jie menggema, dan dari balik bayangan, sesosok entitas raksasa mulai terbentuk. Wujudnya menyerupai iblis bertaring dengan mata merah menyala dan tanduk berliku. Udara menjadi semak
Langit malam membentang kelam, hanya dihiasi bulan pucat yang menggantung dingin di antara gumpalan awan gelap. Udara terasa berat, dipenuhi ketegangan yang nyaris tak tertahankan. Energi bertabrakan di udara, menggetarkan tanah dan membuat dedaunan berdesir liar seakan gemetar ketakutan. Aroma besi yang samar tercium, bercampur dengan hawa panas dari pertarungan yang akan segera meletus.Rendy Wang berdiri dengan kedua kakinya tertanam kokoh di tanah yang mulai retak akibat tekanan kekuatan mereka. Kedua tangannya menggenggam senjata masing-masing—Pedang Kabut Darah yang memancarkan aura merah pekat di tangan kiri, dan Pedang Penakluk Iblis yang berpendar keemasan di tangan kanan. Matanya menyala tajam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Xie Wu Jie melangkah maju, auranya semakin pekat, seperti kabut hitam yang siap melahap segala yang mendekat. Ia memegang tombak hitam dengan ukiran naga yang melilit sepanjang gagangnya, sementara tangan satunya menggenggam tong
Angin malam berembus liar, menggugurkan dedaunan kering yang beterbangan di antara dua sosok yang berdiri berhadapan. Mata Rendy Wang menyala tajam, kilatan emas berpendar di irisnya, sementara Xie Wu Jie berdiri tegap dengan senyum meremehkan. Tidak tampak rasa takut sedikit pun terhadap Naga Perang padahal Rendy telah berhasil menghancurkan segel kunonya yaitu Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit yang membuat kediaman Keluarga Xie terbuka untuk umum.Tanpa aba-aba, Rendy mengayunkan Pedang Penakluk Iblisnya. Kilatan keemasan membelah udara, meledak ke arah lawannya seperti ombak yang mengamuk. Gelombang energi yang ia lepaskan begitu kuat hingga tanah di bawahnya retak, menciptakan pola pecahan yang berpusat di kakinya.Namun, Xie Wu Jie tetap bergeming. Dengan satu tangan, ia membentuk segel aneh di udara, menciptakan perisai energi transparan yang menyerap serangan itu seakan tidak berarti."Hah!" Xie Wu Jie terkekeh meremehkan. "Pedangmu memang legendaris, tapi kekuatanmu masih belum
Langkah Rendy menggema di sepanjang jalan berbatu menuju kediaman Keluarga Xie. Setiap derap kakinya terasa berat, namun tak ada keraguan dalam sorot matanya. Cahaya bulan menggantung pucat di langit, memantulkan bayangan tubuhnya yang berlumuran darah—bukan darahnya, melainkan darah para lawan yang telah ia tumbangkan. Aroma anyir masih melekat di bajunya yang terkoyak, namun itu tak menghambat langkahnya.Udara malam dipenuhi kesunyian yang menyesakkan, seolah alam pun menahan napas, menyaksikan kehadiran seorang lelaki yang datang membawa badai. Di halaman luas kediaman Xie, bayangan manusia mulai bergerak. Satu per satu, para praktisi bela diri Keluarga Xie bermunculan dari kegelapan, mengenakan jubah hitam bersulam lambang keluarga mereka. Mata mereka, penuh dengan kilatan kebencian yang telah mengendap bertahun-tahun, menatapnya tanpa sedikit pun rasa gentar.Seorang lelaki bertubuh tegap melangkah ke depan, wajahnya dipenuhi bekas luka yang menandakan pengalaman tempurnya. Suar
Langit malam tampak seperti sobekan tinta hitam yang dilumuri cahaya merah menyala. Pusaran energi iblis berputar di atas kepala Rendy, menciptakan tekanan dahsyat yang membuat tanah di sekitarnya retak dan bergetar. Dari dalam pusaran itu, tujuh sosok berjubah gelap turun perlahan, tubuh mereka diselimuti kabut pekat yang berdenyut dengan kekuatan jahat.Mata mereka bersinar merah seperti bara neraka, menatap Rendy dengan pandangan yang penuh kebencian. Setiap langkah mereka meninggalkan bekas hitam di tanah, seolah bumi sendiri menolak keberadaan mereka. Angin berdesir, membawa aroma darah dan kematian."Kami adalah Penjaga Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit," suara salah satu dari mereka bergema, seakan berasal dari kedalaman jurang tak berdasar. "Jika kau ingin menghancurkan formasi ini, kau harus melewati kami lebih dulu."Rendy menggenggam pedangnya erat, merasakan energi spiritualnya berputar liar di dalam meridian. Jubahnya berkibar diterpa badai energi yang berkecamuk. Dari keja
Guardian mengangkat wajahnya, menatap langit yang kini berdenyut dengan energi gelap. Cahaya ungu berputar-putar di atas mereka, membentuk lingkaran raksasa dengan simbol-simbol kuno yang berpendar di setiap sisinya. Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit mulai aktif sepenuhnya.Rendy mengeratkan genggamannya pada pedang, tubuhnya masih dipenuhi luka dari bentrokan sebelumnya. Namun, semangatnya tidak redup sedikit pun. Sebaliknya, auranya semakin menggelegar, menyelimuti sekelilingnya dengan tekanan luar biasa. Ia menatap Guardian dengan penuh keteguhan."Jika aku tidak menghancurkan formasi ini sekarang, kehancuran akan menelan dunia ini," gumamnya.Guardian berdiri perlahan, tubuhnya gemetar karena luka yang ia derita. Namun, tatapan matanya masih menyala dengan tekad. "Kau memang luar biasa, Rendy. Tapi aku belum mengeluarkan seluruh kekuatanku."Sekelebat, Guardian mengangkat kedua tangannya ke atas. Energi hitam berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran yang semakin membesar. Dari p
Kilatan energi saling beradu di udara, menciptakan letupan-letupan yang mengguncang bumi. Rendy merasakan tekanan yang luar biasa dari serangan Guardian, namun ia tidak mundur. Mata tajamnya terus mengunci pergerakan lawan, mencari celah di balik serbuan yang brutal.Guardian mengangkat tangannya, membentuk lingkaran dengan aura kegelapan yang berputar cepat di telapak tangannya. Dari pusat pusaran itu, sebuah tombak raksasa tercipta, dipenuhi energi hitam yang menyala liar. Dengan satu gerakan, ia melesatkan tombak itu ke arah Rendy.Rendy melompat ke belakang, namun kecepatan tombak itu jauh di luar dugaannya. Ia memutar tubuh di udara, mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan. Saat bilah pedang bertemu dengan tombak hitam, ledakan besar terjadi. Energi liar menghambur ke segala arah, meretakkan tanah dan menghancurkan batu-batu besar di sekitar mereka.Dari balik ledakan, Guardian telah kembali menyerang. Ia menembus kepulan asap dengan kecepatan mengerikan, menciptakan bayan