Sambil membiarkan nada-nada terakhir dari piano menghilang, Rendy bangkit, meninggalkan kesunyian elegan di belakangnya. Langkahnya terhenti di depan dinding kaca yang menghadap ke pemandangan kota di bawah, di mana gedung-gedung tinggi terlihat seperti deretan mainan kecil yang tunduk pada keheningan malam. Dari ketinggian ini, hiruk-pikuk kehidupan kota terasa begitu jauh, seakan ia berada di dunia yang berbeda—dunia yang dirancang untuk kenyamanan dan kemewahan tanpa batas.Rendy menyentuh layar sentuh di dinding, kali ini membuka akses ke sistem rumah pintar. Layar holografis muncul, menampilkan berbagai opsi mulai dari pencahayaan, suhu ruangan, hingga keamanan. Ia menggeser jari ke salah satu menu, dan ruangan perlahan meredupkan cahayanya. Suhu udara sedikit meningkat, membuatnya nyaman, seolah penthouse ini beradaptasi dengan keinginannya. Dengan gerakan cepat, Rendy memeriksa sistem keamanan yang begitu canggih, layar menampilkan sudut-sudut ruangan dan pintu masuk, memastika
Rendy tiba di depan Menara Naga Perang, dan Katrin sudah menunggunya dengan sikap tenang namun tegas. Ia menghampirinya, pandangan matanya tajam namun penuh pengertian."Aku akan mengenalkan Ketua sebagai CEO Wang Industries kepada para dewan. Dengan begitu, Ketua bisa mengendalikan mereka dengan mudah," ujar Katrin sambil membetulkan dasi dan pakaian Rendy dengan hati-hati, memastikan penampilan sang Naga Perang sempurna.Rendy tersenyum tipis, menghela napas sejenak. "Kamu memang yang terbaik, Kat. Aku tak tahu bagaimana jadinya tanpa kamu yang mengendalikan semua perusahaan ini saat aku harus menyamar menjadi menantu tak berguna di keluarga Huang."Katrin hanya menanggapi pujian itu dengan senyum kecil. Meskipun ia menyimpan perasaan terhadap Rendy, profesionalitas selalu menjadi prioritasnya. Dalam benaknya, urusan perusahaan selalu berada di depan segalanya."Apa Ketua sudah siap?" tanyanya, sambil menyodorkan lengannya, bersiap menggandeng sang Naga Perang menuju dunia bisnis ya
Rendy merenung sejenak saat lift bergerak naik. Divisi ini sangat penting untuk masa depan perusahaannya, tapi juga untuk misinya yang lebih besar: memastikan keamanan dirinya dan orang-orang terdekatnya dari ancaman yang tidak terlihat. Teknologi semacam ini bisa menjadi kunci utama dalam melindungi mereka dari musuh yang mungkin bersembunyi di balik bayangan.Saat pintu lift terbuka, Rendy disambut oleh pemandangan yang futuristik dan canggih. Lantai 88 dipenuhi oleh dinding-dinding kaca yang menampilkan layar digital raksasa. Tim divisi startup dan teknologi informasi, terdiri dari beberapa pakar yang diboyong dari berbagai negara, tengah bekerja dengan intensif di meja mereka, memantau sistem keamanan dan teknologi yang sedang dikembangkan.Katrin memandu Rendy menuju ruang presentasi khusus, tempat prototype teknologi terbaru yang akan diuji. Di sana, beberapa perangkat canggih sudah ditata rapi di atas meja, siap dipresentasikan kepada Rendy. "Ini, Ketua. Kami sudah menyiapkan p
Rendy keluar dari Menara Naga Perang dengan berjalan kaki agar tidak terlalu menarik perhatian musuh yang mungkin sedang mengawasinya. ia menghindari bertemu Cindy sesuai janjinya sebelumnya karena merasakan bahaya yang besar apabila ia terlihat bersama Cindy Huang sekarang.Tanpa Rendy sadari ada satu sosok yang terus mengikutinya sejak ia keluar dari Menara Naga Perang, mengikuti Naga Perang ini dari kejauhan.Rendy yang awalnya tidak menyadari kehadiran penguntit dirinya akhirnya mulai merasakan kalau ada yang mengikutinya. Sengaja ia berjalan masuk ke gang sempit di Kota Kartanesia ini untuk memancing penguntitnya muncul secara terang-terangan atau ia bisa menjebak penguntitnya ini."Tidak perlu memanggil bala bantuan untuk saat ini karena penguntit ini hanya satu orang tapi kekuatannya luar biasa," pikir Rendy. Energi yang besar dirasakan oleh Rendy yang terus menekan dirinya dari jarak jauh.Namun,kekuatan yang didapatkannya membuat Naga Perang ini bisa bertahan oleh kekuataan b
"Kat, pesankan aku tiket First Class menuju Negara Aurora dengan maskapai penerbangan terbaik!" kata Naga Perang lewat ponselnya setelah kepergian wanita misterius tadi. Wanita misterius ini sangat hebat dan hanya berpura-pura terlihat kalah, padahal kekuatannya jauh di atas Naga Perang, "Siapa sebenarnya wanita misterius itu? Kenapa kekuatannya besar sekali? Ahli Bela Diri terhebat pun tidak memiliki kekuatan sebesar itu, sepertinya wanita misterius itu bukan berasal dari dunia ini," pikir Rendy yang masih penasaran dengan kemunculan wanita yang memiliki kekuatan yang sangat hebat itu."Ketua, apa Ketua tidak naik private jet milik Ketua saja? Kenapa harus naik penerbangan komersil?" tanya Katrin dari balik ponsel. "Aku akan mengutus Ardi untuk menjemput Ketua dan mengantar Ketua ke bandara pribadi di pinggiran Kota Kartanesia ini.Ardi adalah salah satu pengawal pribadi andalan Katrin yang telah menjaganya selama beberapa tahun belakangan ini. Kesetiaannya sangat terjamin sehingga
Rendy teringat dengan jelas peringatan Bram, teman bisnisnya yang menyebutkan sosok misterius yang disebut sebagai Penguasa Buitenzorg. Namun, selama tiga tahun ia menetap di kota itu, nama tersebut tak pernah muncul dalam pembicaraan. Siapa sebenarnya Penguasa yang begitu ditakuti Bram? Mengapa Bram terlihat begitu gelisah hanya dengan menyebut namanya? Rendy memikirkan kemungkinan bahwa Penguasa ini mungkin terkait dengan Sang Pewaris, tokoh yang tengah ia kejar. Atau mungkin, ada sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan?"Ayo kita ke Kafe Kupi di Buitenzorg," kata Rendy tiba-tiba, masuk ke dalam mobil yang pintunya telah dibukakan oleh Ardi dengan cekatan."Siap, Ketua!" sahut Ardi sambil menyalakan mesin dengan bunyi lembut tapi mantap, deruman mobil mewah yang menyatu dengan malam dingin kota.Sepanjang perjalanan, pikiran Rendy berkecamuk. Awalnya, ia tidak terlalu mengindahkan ucapan Bram tentang Penguasa Buitenzorg. Baginya, itu hanyalah salah satu dari ceri
Brawijaya mendekat dengan langkah tenang, sorot matanya dingin menelusuri suasana yang kini penuh ketegangan. Dari jauh, dia sudah bisa melihat kerumunan petugas keamanan yang mengerumuni Ardi, dan dari sikap mereka yang tegang, dia tahu bahwa masalah serius sedang terjadi. Namun, ekspresi wajahnya tidak berubah sedikit pun, menunjukkan betapa kuat kontrolnya terhadap emosinya.Ardi, yang masih berdiri dengan angkuh di tengah kerumunan, tersenyum sinis begitu melihat Brawijaya mendekat. Dia tahu ini momen penting, tapi dia tetap tenang seperti biasanya. Tatapan matanya tak lepas dari sosok pria berjas itu, menunggu reaksi yang akan muncul."Brawijaya," sapa Ardi dengan nada dingin, tak ada basa-basi. "Aku sudah menunggumu."Brawijaya berhenti beberapa langkah di depan Ardi, menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan. “Aku dengar kau mencari-cari masalah di sini,” katanya tanpa emosi. Nadanya tegas, tapi tidak ada amarah di sana. Dia memandang sekilas ke arah para petugas keamanan di s
Brawijaya terkejut. Wajahnya pucat, dan ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Namun, tak ada gunanya. Mata Rendy, penuh dengan kecerdikan, menangkap setiap detil perubahan pada ekspresinya. Dia tahu, Brawijaya ketakutan.Brawijaya sama sekali tidak menyangka kalau Naga Perang bisa mengerikan seperti ini. Bahkan petugas keamanan tidak ada yang berani bergerak untuk menolongnya."Kalian kerja apa saja? Cepat bereskan dua pengacau ini!" perintahnya mencoba untuk lolos dari cengkraman Naga Perang, walaupun Bram tahu kalau mustahil untuk lolos kali ini. "Berani maju selangkah saja kalian akan aku kirim ke alam baka! Silahkan mencoba kalau tak percaya! Untuk apa kalian membela penghianat ini ... kalau masih sayang dengan pekerjaan kalian, lebih baik kalian diam dan tidak ikut campur urusan kami!" ancam Ardi.Rendy melanjutkan, “Kafe Kupi ini? Ini hanya salah satu masalah kecil. Kau tidak mengerti bahwa ini tentang kepercayaan yang kau hancurkan. Kau harus menebusnya sekarang.”Suasan
Di balik kerlip lampu dan gemerlap modernitas Red Lotus Club and Resort, Rendy melangkah dengan penuh ketegasan, namun di balik mata dinginnya tersimpan segudang kenangan. Di tengah kekacauan hidupnya—konflik dengan Cindy dan keputusannya untuk mencari kebenaran tentang ibunya—hanya satu hal yang selalu ia rindukan yaitu kehadiran Jessy Liu.Jessy, wanita yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, kini duduk di sebuah ruangan rahasia di balik dinding resort yang mewah. Di sana, di antara deretan monitor dan kode-kode digital yang menari, ia mungkin bisa menyusun petunjuk-petunjuk yang akan membongkar rahasia Kekuatan Tertinggi. Setiap detik tanpa Rendy terasa begitu lama baginya. Rindu yang selama ini tersembunyi di balik ketenangan profesional kini terpancar jelas saat ia melihat pintu terbuka perlahan."Ketua," panggilnya dengan nada lembut penuh harap, suaranya seakan melunakkan segala kegamangan. Saat Rendy melangkah mendekat, hatinya sejenak luluh oleh kehadiran wanita yang ta
Rendy tidak lagi menghiraukan Vera Huang. Wanita itu baginya bukan lagi seorang mertua, melainkan hanya semut yang bisa ia injak kapan saja jika ia mau. Matanya menatap kosong ke depan, tapi pikirannya dipenuhi kemarahan yang mendidih. Hatinya telah beku. Jika Cindy lebih memilih ibunya, maka ia akan pergi—mereka akan bercerai. Sesederhana itu."Masih ada hal yang lebih penting daripada mengurusi seorang mertua yang tidak berarti!" gumamnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. "Aku harus mencari tahu di mana ibuku yang ditahan oleh Kekuatan Tertinggi."Ia melangkah menuju gudang garasi, membuka pintu dengan sedikit tenaga. Derit engsel yang berkarat memenuhi udara, menyambutnya dengan suasana yang muram. Di dalam, skuter bututnya masih berdiri dengan setia, lapisan debu tipis menyelimutinya. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin tua itu, suara bisingnya langsung menggema di seantero garasi.Baru saja ia hendak memutar gas, suara langkah kaki yang terburu-buru menghentikannya."Ren...!"
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind
Tanpa ragu, Rendy Wang melangkah maju, tubuhnya masih berlumuran debu pertempuran. Portal dimensi di hadapannya berputar liar, cahaya biru kehijauan berpendar seperti ombak liar. Setelah mengalahkan Zhang Wei dan menyelamatkan Negeri Langit dari kehancuran, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan pulang. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah masuk.Saat portal menutup di belakangnya, kegelapan langsung menyergap. Kesadarannya menghilang.Ketika membuka mata, aroma kayu tua dan udara dingin menyeruak ke hidungnya. Dia mengenali tempat ini—kamar sempit di rumah Keluarga Huang, Paradise Hill, Kota Buitenzorg. Dinding-dinding kayu masih sama, catnya mengelupas di beberapa tempat, dan kasur tipis di bawahnya berderit saat ia bangkit."Sepertinya kamar ini memang gerbang antar dimensi," gumamnya. "Setiap kali kembali ke Khatulistiwa, selalu melalui tempat ini."Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk telinganya."Untuk apa lagi pengangguran itu pulang ke rumah?" suara cemp
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai sutra jendela kamar, mengusap wajah Rendy Wang yang perlahan terbangun. Ia membuka matanya, mendapati ruangan yang begitu akrab—suasana mewah Resort Red Lotus Resort and Club yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Meski begitu, ada keanehan yang menyelinap ke dalam ingatannya, seolah waktu telah mengubah segalanya. Aroma lavender dan kayu manis yang lembut menyatu dengan semilir angin dari balkon, mengiringi kebingungan yang menggelayuti pikirannya.Saat tangannya meraba permukaan lembut sprei sutra, ia mendapati sosok di sampingnya. Punggung putih mulus Renata, istrinya kah? Benar-benar mengundang kehangatan sekaligus teka-teki. Dalam keheningan pagi itu, Renata terbangun dan menatap Rendy dengan tatapan penuh tanya."Kak Rendy, sudah bangun?" suaranya serak namun penuh keakraban, mengisi ruangan dengan nuansa kenangan.Rendy mengerutkan dahi, matanya menyusuri sosok Renata yang kini tampak lebih dewasa, lebih matang. "Renata... kenapa kita di sin
Langit masih bergetar hebat setelah kehancuran Zhang Wen. Namun, sebelum Rendy Wang sempat bernapas lega, Negeri Langit bergetar kembali. Dari reruntuhan medan perang, aura kegelapan yang lebih kelam muncul. Udara di sekeliling membeku, dan langit yang sebelumnya mulai cerah kembali diselimuti awan hitam pekat."Tidak... Ini tidak mungkin..." gumam Rendy, merasakan tekanan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan yang ditimbulkan oleh Zhang Wen.Dari balik kabut hitam, muncul sosok berbalut jubah gelap dengan mata merah menyala. Energinya begitu besar hingga membuat tanah di sekelilingnya merekah. Sosok itu tertawa kecil, suaranya menggema seperti berasal dari dunia lain."Rendy Wang... kau mungkin telah mengalahkan Zhang Wen, tapi kegelapan sejati tak akan pernah bisa dihancurkan oleh cahaya sekecil milikmu. Aku adalah Kegelapan Abadi, pemilik sejati kegelapan di alam semesta ini!"Rendy menggertakkan giginya. Ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran melawan Zhang Wen,
Dalam ledakan energi yang membelah langit, Rendy Wang melayang di udara, tubuhnya bersinar dengan cahaya Qi murni yang membentuk bayangan naga raksasa di belakangnya. Zhang Wen, dengan tawa menggema, menyambutnya dengan tangan terangkat tinggi, menyerap energi dari Kuburan Pedang Iblis yang mulai bergetar ganas."Hahaha! Lihatlah! Inilah kekuatan kegelapan sejati!" Zhang Wen berteriak. Dari tanah di sekitarnya, ribuan pedang terkutuk melesat ke langit, membentuk pusaran kematian yang berputar mengelilinginya.Rendy Wang menghunuskan tangan kanannya ke depan, mengumpulkan energi Qi yang menyatu dengan semangat naga di dalam tubuhnya. "Naga Surgawi Penghancur Langit!" Dengan raungan naga yang mengguncang alam, sebuah serangan berbentuk naga merah meluncur, menghantam pusaran pedang Zhang Wen dengan kekuatan dahsyat.Ledakan terjadi! Cahaya merah dan hitam bertabrakan, membentuk gelombang kejut yang menghancurkan pegunungan di sekeliling. Para pasukan iblis dan kultivator pemberontak ter