Hujan deras di luar gua diabaikan semua murid. Mereka tak menyerah menyerang meski belum bisa melukai hewan buas. Hingga akhirnya perlawanan hewan buas berhasil melukai satu orang dengan ujung ekornya yang tajam. “Hati-hati!” “Ekornya beracun!” Songrui memperingati semua murid saat melihat gumpalan darah berwarna hitam yang keluar dari mulut murid yang terluka. Mendengar hal menakutkan itu, beberapa murid memilih untuk menyerah dengan menghancurkan bola energi di genggaman mereka. Bola energi yang hancur membawa kembali beberapa murid hingga tersisa Songrui dan dua lainnya. “AWAS!” WUSH! TLING! Pedang di tangan Songrui mengayun cepat—menghantam ekor tajam yang hampir menembus tubuh murid lainnya. Peluang ini ternyata digunakan oleh hewan buas untuk melarikan diri. Salah satu ekornya sengaja diputuskan demi memberikan waktu baginya. Kedua murid masih tidak mau menyerah, mereka meninggalkan Songrui sendirian—mengejar hewan buas meski sudah tak terlihat lagi. Sedangkan Songr
(Kau memahamiku?) Songrui tertegun! Hewan buas yang hendak menyerangnya berhenti tepat di depan! DIA? Hewan ini bisa berbicara? Dilihatnya sekeliling. Waktu sepertinya berhenti. Semua orang membatu—tak bergerak sedikitpun. (Tentu saja aku bisa berbicara.) (Tapi hanya orang tertentu yang bisa mendengarku!) Songrui masih terdiam. Pikirannya masih mencoba menerima kenyataan di depan mata. (Semua orang menginginkan kematianku. Apa kau juga tidak?) “Tentu saja! Tujuan kami untuk membawa kembali energimu.” “Tapi….” “Aku sedikit tidak tega!” (Ha ha ha!) Tawa hewan buas bergema! (MENARIK!) “Aku juga pernah berada di posisimu!” Sejak melihat antusias para murid memburu hewan buas hanya demi mendapatkan energinya, hati kecil Songrui mengingatkan kembali bagaimana saat itu ia pernah mengalami hal yang sama. Diburu atas kesalahan yang tak pernah ia lakukan! Dibenci oleh dunia hanya karena dianggap jahat! “Aku tahu selama ini kau yang menekan racun di dalam kolam itu!” “Demi
Ekspresi kepuasan terlihat jelas di wajah semua murid saat mengetahui Songrui juga ikut gagal bersama mereka.Namun bagi Songrui sama sekali tak mengapa, sebab kesempatan masih bisa datang kembali. Ia sedikit lega karena bisa mengalahkan dirinya sendiri.“Tapi….” Guru Kun berucap kembali.“Xiongrui, kau telah berhasil melewati ujianku!”DEG!Songrui tertegun mendengar kalimat itu. Ia sama sekali tidak mengharapkan keputusan yang diambilnya akan memiliki akhir seperti ini.“Ke-kenapa? Bukankah Xiongrui tidak menyelesaikan tugas yang guru berikan?”Semua murid berucap keberatan dengan keputusan guru Kun. Bahkan menganggap guru Kun bersikap pilih kasih.Namun kalimat yang dilontarkan guru Kun berhasil membungkam semua mulut para murid yang berbisik-bisik mengomentari.“Membawa kembali nyawa para saudara seperguruan jauh lebih bermakna dibandingkan membawa energi hewan buas!”“Inilah maksud dari tujuanku memberikan tugas pada kalian.”Guru Kun menjelaskan bahwa sejak awal taha
Bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan berulang kali—memastikan kembali apa yang tertulis di sana. Pedang api yang ia namakan ternyata adalah pedang penghakiman! Pemilik pedang penghakiman cepat atau lambat akan berakhir tragis! Semakin banyak membunuh yang jahat, pemiliknya akan kehilangan kendali dan tak dapat mengontrol kekuatan pedang penghakiman. KLAP! Buku di tangannya ditutup kuat. Tak tahan lagi akan kenyataan tentang pedang pusaka miliknya, Songrui menyimpan kembali buku itu. Ia berdiri. Menarik napas panjang. WUSH! Alis kening Songrui mengerut—menatap pedang kayu di tangannya. Kenapa? “Kenapa kau memilihku?!” Meski mengetahui kebenaran akan pedang pusaka, tapi Songrui tidak mengerti kenapa benda berbahaya seperti itu diserahkan oleh biksu tua padanya. Sementara Songrui tenggelam dalam pikirannya sendiri, seseorang muncul di belakangnya. “Jadi, kau murid yang akan memasuki ujian di bukit kedua?” “Seorang murid dengan pedang kayu?” Songrui membalikkan badan
DEG! Lagi-lagi detak jantung Songrui memukul kuat. Situasi ini mengingatkannya kembali tuduhan yang tak pernah ia lakukan di masa lalu. Namun kali ini Songrui tak mau menyerah pada kenyataan. Ia membantah tuduhan yang tak pernah dilakukannya. “Ini pasti ada kesalahan!” “Pasti ada seseorang yang menjebakku!” “Xiongrui, bukti sudah ada, dan kau juga mengakui sendiri tentang buku yang kau pinjam ini.” Guru Kun memandang geram. Di situasi ini Songrui bersikap tenang dan mencari bukti bahwa dirinya tak bersalah. Ia memungut buku di lantai dan memeriksanya. Mungkin dari sana bisa dia temukan sedikit petunjuk. Dan benar saja! Ia mendapati ada yang kurang dari buku itu. Ada lembaran yang hilang di dalam sana. Tidak mungkin!? Songrui memelototi tanda sobekan di buku. Lembaran yang hilang adalah lembaran pedang penghakiman. Bagaimana ini bisa terjadi? Siapa yang melakukannya? Pikiran Songrui menjadi kacau. Ia tahu jika memberitahukan petunjuk ini pasti keberadaan pedang pusaka
Songrui kembali tersadar setelah proses itu selesai. Suasana menjadi hening. Apalagi saat ia menoleh ke arah guru Kun, hanyalah ekspresi kecewa yang dilihatnya dari lelaki tua itu. “Xiongrui, kau tak bisa berdalih lagi!” “Semua telah menyaksikan perbuatanmu!” ungkap guru Yan. DEG! Ada apa ini? Songrui masih tak mengerti dengan perkataan dan situasi di saat itu, hingga akhirnya ia melihat sendiri gelembung energi yang mengudara. Bentuk tubuh dan wajah menawan itu, Songrui bagai melihat cerminan dirinya sendiri. Ia jelas bingung, sebab apa yang dilihatnya tak pernah ia lakukan. “Aku tidak membunuh Kakak seperguruan!” Dengan lantang suara Songrui terucap. “Kau masih tak mau mengakuinya!—" “Guru Yan,” sela guru Kun menghentikan gerakan tangan guru Yan yang mulai mengudara—bersiap menghajar Songrui sebagai peringatan. “Xiongrui adalah muridku. Sebagai guru, aku harus bertanggungjawab atas perbuatannya.” Betapa terkejutnya Songrui mendengar kalimat guru Kun yang seolah memperc
Kedua tangan Songrui terentang.Tubuhnya bagai tersalib di udara.Sakit yang menusuk hingga sampai ke dalam tulang membuat kesadaran Songrui melemah hingga di menit berikut kilatan petir dari pilar berhenti menyerangnya.BEDUGH!Ia terjatuh ke lantai.Wajah yang menawan itu kini telah pucat.Tatapan tajam tertuju ke arah guru Yan.Ia berusaha mengumpulkan tenaga untuk berdiri.Kedua telapak tangan menumpu ke lantai.Perlahan ia pun mencoba.Meski tubuh yang penuh luka itu terhuyung-huyung, tapi pada akhirnya Songrui berhasil berdiri tegak.Dengan napas tersenggal-senggal ia berucap tegas.“Aku … Xiongrui!”“Tidak membunuh Kakak seperguruan!”ZRRK!Keempat pilar kembali berputar cepat!“Ada apa ini?!”Mata guru Yan melotot melihat keempat pilar kembali aktif.JGER!Sambaran kilat yang menyerupai ayunan cambuk raksasa menuju ke arah guru Yan.Lelaki tua itu tak dapat bergerak sedikitpun untuk menghindar, ia hanya menggunakan kedua tangannya dengan mengeluarkan energi untuk menahan seran
Songrui mengikuti guru Kun menemui guru Yan. Di dalam ruangan kamar, seorang murid terbaring tak bernyawa di atas lantai. Dia?! Mata Songrui terpaku pada wajah pucat yang dikenalinya salah satu dari tiga murid yang pernah bertarung dengannya saat ia berkelana memasuki perguruan-perguruan. “Apa yang sebenarnya terjadi, guru Yan?” Sebelum menjawab, guru Yan menyodorkan selembar kertas bertuliskan pesan sebelum lelaki itu meninggal. Di dalam pesan itu tertulis alasan lelaki itu menjebak Songrui semata-mata hanya karena ingin membalas kematian saudaranya. Lelaki itu mengakhiri nyawanya sendiri karena ia tahu cepat atau lambat perbuatannya itu akan segera diketahui. “Kau mengenalinya, Xiongrui?” tanya guru Kun menyodorkan selembar kertas yang baru ia baca. Songrui pun mengangguk dan menceritakan kejadian di masa lalu. “Jangan khawatir, Xiongrui, meski pembunuhnya telah tiada, tapi ada bukti yang bisa membersihkan nama baikmu dari tuduhan ini,” ujar guru Yan melirik selembar kertas
“Xiongrui?”“Kali ini trik apalagi yang kau gunakan?”Di tengah keheningan, Songrui menjawab dengan suara lantang.“Aku ingin bernegosiasi denganmu!”“Ha ha ha!”“Cih!” pangeran meludah ke samping dengan wajah remeh, “negosiasi katamu?”“Dengan kemampuan pasukanku kau bahkan tak mampu mengalahkanku, Xiongrui!”Songrui terdiam, memberikan jeda bagi pangeran untuk tersenyum hingga situasi menjadi hening.“Sepertinya ingatan pangeran begitu buruk….”Songrui melanjutkan dengan mengeluarkan pedang penghakiman.“Kalau begitu, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya!” lanjutnya santai lalu bersiap mengayunkan pedang.“Baik!” sosor pangeran.Songrui diajaknya mendekat.Di tengah-tengah kerumunan, beberapa prajurit dengan cepat menyediakan tempat duduk lengkap dengan meja yang di atasnya tersedia cangkir dan kendi.Iapun turun dari tunggangan dan dengan berani menerima ajakkan itu.“Aku bisa membantu pangeran kedua belas untuk mendapatkan keinginanmu!”Tawaran Songrui diacuhkan. Pangeran ba
Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana—memandang lautan semut hitam di kejauhan, hingga kedatangan murid pertama dan Haoyun mengalihkan pandangannya.“Apa yang kau pikirkan, Xiongrui?”Songrui menarik napas panjang.“Tidak ada, Kak.”Melihat ekspresi Songrui, murid pertama segera menarik lengannya dan menekankan jari di nadi pergelangan tangan.Usai melepaskan pergelangan tangan Songrui, murid pertama berucap, “Xiongrui, kamu mungkin bisa melawan takdirmu, tapi kamu tak bisa melawan apa yang seharusnya ditakdirkan terjadi.”“Dik Xiongrui, aku sudah mendengarnya dari Kakak pertama,” sambung Haoyun memandang dalam, “jangan khawatir, kamu memiliki kami berdua. Ikuti saja apa kata hatimu yang menurutmu benar.”Melihat Haoyun, Songrui teringat akan bayangan burung legendaris.“Kak Haoyun, kalian berdua menyembunyikan sesuatu dariku?”Kedua kakaknya terdiam sejenak.“Setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan tugasnya masing-masing. Akupun yakin dengan latar belakang kalian berdua pasti m
Kreeek!Baru saja mendengar Xiongrui berucap, pintu gerbang benteng segera terbuka!“Dik Xiongrui!” seru Haoyun berlari keluar dari pintu gerbang.“Dik Xiongrui, Kakak pertama kau?….” Haoyun menatap ke arah murid pertama, “kenapa bisa begini?”“Jangan pedulikan aku, cepat bawa kami masuk!” sela murid pertama mengalihkan situasi.Begitu masuk ke dalam benteng, Haoyun segera membawa mereka menemui jenderal.Namun di depan ruang peristirahatan, mereka dicegat.Pengawal pribadi jenderal keluar dan meminta Songrui dan kedua kakaknya untuk segera menemui jenderal.Sedangkan yang lain menunggu di luar.Begitu masuk ke dalam ruangan, jenderal yang tadinya terbaring segera dipapah pengawal pribadi, duduk di tempat tidurnya.“Pendekar Xiongrui, lama tidak berjumpa! Syukurlah ... kami punya harapan untuk mempertahankan benteng perbatasan!” ucap jenderal tersenyum penuh semangat.“Jenderal, kakakku adalah seorang tabib, biarkan dia memeriksa keadaanmu dulu,” sambung Songrui melirik ke arah murid p
“Pangeran kedua belas kembali menyerang!”“Syukurlah aku bertemu dengan Tuan pendekar, tolonglah kami Tuan!”Songrui menoleh ke arah para guru, ia tahu bahwa perguruan Yuancheng tidak akan mengambil risiko bergabung dalam masalah kerajaan. Tapi karena hal ini berhubungan dengan pangeran kedua belas Songruipun menjelaskan secara singkat.“Pangeran kedua belas memiliki pasukan tak terkalahkan yang sangat persis dengan pasukan yang dikendalikan oleh jiwa jahat.”Semua guru saling melemparkan pandangan satu sama lain.Meski di awal mereka sempat berbisik merundingkan sesuatu, tapi pada akhirnya mereka setuju untuk membantu.“Karena hal ini telah berhubungan dengan jiwa jahat, maka perguruan Yuancheng lebih tak boleh membiarkannya!”Perjalanan dilanjutkan kembali menuju ke benteng perbatasan.Namun belum lama menempuh perjalanan, sekian banyak orang yang terluka terkulai lemah.Mereka yang terluka meminta agar ditinggalkan karena hanya menambah beban, tapi Songrui tidak setuju akan hal itu.
“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar lagi akan pulih.”Sayangnya perkataan Songrui dibantah murid pertama dengan tegas hingga Songrui terbungkam.DEG!Ia kembali mengingat perkataan Bingwen yang tidak selesai.Setiap kata yang terngiang di telinganya membuat perasaan Songrui semakin cemas jika apa yang ia pikirkan ternyata benar.“Kak, apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?” tanya Songrui dengan tatapan kosong.“Pedang yang melukaimu telah diolesi racun milik jiwa jahat!”Sorot mata murid pertama menatap dalam mata Songrui sambil memegang pundaknya.“Xiongrui, aku tidak akan membiarkan kau dimanfaatkan oleh jiwa jahat itu!”Perkataan murid pertama membangkitkan harapan Songrui.Sambil menahan sakit ia tersenyum kecil, “apa Kakak sudah punya solusinya?”Murid pertama terdiam sejenak. Perlahan ia bergerak duduk bersila di depan Songrui.“Masalah sudah seperti ini, mau atau tidak aku tetap harus melakukannya!” tutur murid pertama lalu bersiap melakukan ritual.Kedua tangan murid pertama
“Gu-guru! Bu-bukan aku—”“Kau membunuh guru, Wang Songrui!”Sepasang mata yang berkaca-kaca itu teralihkan ketika melihat bayangan wajah orang lain muncul dari belakang kepala sang guru.Bo Bingwen menatap Songrui dengan senyum puas.Tsk!Lagi tubuh sang guru didorong kuat oleh Bo Bingwen hingga menembus tubuh sendiri.Di saat yang sama sosok bayangan hitam menggunakan kesempatan itu keluar dari dalam tubuh guru Liu Yaoshan dan berhasil melarikan diri.“Aku sudah membantumu melakukan apa yang tak sanggup kau lakukan,” ucap Bingwen dengan suara pelan.“Songrui, bagaimanapun kau sama denganku!”“Tanganmu juga telah tercemar! Kau telah melukai tubuh guru!”“Ha ha ha!”Sreet!Pedang penghakiman ditarik kembali.Bedukh!“Guru!” seru Songrui merangkul tubuh sang guru yang baru terjatuh ke tanah.Sayangnya waktu sangat singkat.Tubuh sang guru menghilang bagai debu dalam rangkulan Songrui.Guru!“Guru!”Teriakkan Songrui pecah memanggil-manggil gurunya.Sepasang mata menyedihkan meratap di ud
“Ternyata biksu tua bodoh itu masih belum menyerah!”“Setelah ketiga muridnya yang sama bodoh dengannya gagal melenyapkanku, ia malah memilihmu?!”DEG!Songrui tertegun.Sekilas ia mengingat pertempuran besar yang diperlihatkan ketiga guru padanya.Ternyata saat itu yang dilawan ketiga guru adalah jiwa jahat yang masuk di tubuh fana guru Liu Yaoshan.Tapi apa maksud dari perkataannya?Jiwa jahat melanjutkan pembicaraannya ketika melihat Songrui hanya terdiam.Setelah pertempuran dahsyat itu ia tidak lenyap, melainkan sisa jiwanya berkeliaran mencari sebuah tempat untuk mempertahankan kehidupan kecilnya.Tak menyangka ia tertangkap oleh guru Liu Yaoshan dan berakhir disegel di dalam ruang kesunyian.Setelah sekian lama mencari cara untuk terbebas, ia akhirnya menemukan sebuah jalan.Aura kebencian yang sangat besar di dalam tubuh Bo Bingwen menarik perhatiannya.Hanya dengan memanfaatkan kebencian di hati Bo Bingwen, rencananya baru berhasil.“Kau!” sela Bo Bingwen dengan wajah geram se
Syuut!Entah serangan yang muncul dari arah mana melukai lengan Songrui.“Songrui!”“Terimalah nasibmu!”Syuut!Tsk!Ujung pedang tajam menembus tubuh Songrui dari belakang!“Setelah masuk di dalam sini, kau tidak akan bisa keluar kecuali mati!”Luka tusukkan di tubuhnya mengingatkan kembali perkataan murid pertama.Ia berupaya menggunakan pedang penghakiman.Menebaskan ke dinding pusaran berkali-kali.Namun hal itu justru membuatnya merasakan keanehan pada telapak tangan yang memegang gagang pedang.“Akh!” ia meringis kesakitan setelah menyimpan pedang penghakiman.Kenapa bisa begini?Apa yang terjadi?Songrui terdiam menatap telapak tangannya yang terluka seperti baru saja terbakar.“Tidak ada gunanya, Songrui!”Suara Bingwen terdengar.“Pedang penghakiman, tidak akan berguna bagimu!”Songrui terdiam mendengar perkataan Bingwen.Ia menyadari bahwa hal aneh yang terjadi pasti ada hubungannya dengan Bingwen.Syuut!Sebilah pedang keluar dari dinding pusaran energi dengan cepat.Namun b
Krezzz!Peluh di dahi perlahan membeku!Beriring hawa dingin mengalir keluar dari lengan.Energi api dan es kini berada di telapak tangan Songrui.Secara serentak ia menghantamkannya ke atas.Buuum!Dinding energi penyerapan hancur!Senyuman kecil terukir di bibir.Ia berhasil menghancurkan dinding energi penyerapan.“Tidak mungkin!” tutur Bingwen membulatkan kedua matanya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Ekspresi yang sama juga dialami oleh para guru saat menyaksikan tindakan Songrui.“Kekuatan seperti ini….”“Hanya seorang dewa yang bisa memilikinya!” tutur guru Yan memandang takjub.Sosok Songrui yang memunggungi para guru memancarkan dua energi berlawanan dari tubuhnya.Dalam keheningan Songrui tersenyum puas melihat ke arah Bingwen yang terpaku menatapnya.Jika bukan karena terdesak akan situasi ia tidak dapat memahami kemampuan diri sendiri.Penderitaannya di masa lalu untuk mendapatkan kembali kehidupan tidaklah sia-sia.“Bo Bingwen, apa kau mengakui semua d