Share

Delapan Belas

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, mata Mas Aksa masih fokus pada jalanan, sedikit pun ia tidak bersuara apalagi menoleh padaku. Sungguh takut dengan kemarahannya yang seperti ini, aku lebih memilih dicerewetinya sepanjang hari.

Mas Aksa membanting pintu mobil saat ia turun, berjalan cepat membuka kunci rumah. Sedang aku masih berdiam di dalamnya, berpikir ulang untuk ikut turun, menunggu sampai emosinya mereda.

Tanpa kusadari Mas Aksa ternyata sudah ada di balik pintu mobil, menggedornya dengan keras karena aku menguncinya dari dalam.

“Turun!” teriaknya.

Penuh rasa takut, aku membuka pintu mobil perlahan, Mas Aksa cepat membukanya lebar, lalu tanpa basa-basi membopong tubuhku masuk ke dalam rumah.

Ia menjatuhkannya di atas kasur, aku ketakutan dan meringkuk di dekatan sandaran ranjang. Melihatku yang ketakutakan Mas Aksa meremas rambutnya dan meraung-raung kencang. Aku hanya bisa menelan ludah menyaksikan itu.

“Bagaimana kamu bahkan tidak bisa membela dirimu sendiri Hilya!” bentak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status