.
.
.
Di sebuah pulau terpencil yang sangat jauh dari peradaban manusia modern, seorang wanita berkulit putih dan berparas sangat cantik nampak sedang tertidur pulas akibat obat bius yang dihirupnya dengan kedua tangan yang terikat kuat dengan sebuah tali tambang yang cukup besar. Meringkuk di atas kasur besar berukuran king size, wanita itu samar-samar dapat mendengar deburan ombak yang bersahut-sahutan.
Dengan kepala yang agak pening, wanita itu mencoba untuk sayup-sayup membuka kedua matanya yang sangat indah itu yang sepertinya sedikit terheran-heran dengan situasi disekitarnya. Disana, diruangan itu dirinya melihat sebuah kamar kayu yang didesain dengan begitu mewah dan elegan bagai villa milik artis-artis tersohor dunia yang ingin menampilkan kesan etnik didalamnya. Tunggu dimanakah ini?, batinnya di dalam hati sembari mengumpulkan seluruh kesadarannya yang sebelumnya telah menghilang.
Mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, wanita itu berusaha mengingat hal-hal yang dialaminya. Sebelumnya, sepertinya ia ingat dirinya sedang berada disebuah butik baju pengantin untuk mencoba gaun pernikahan yang hendak dipakainya. Saat itu, ia ingat bahwa dirinya telah memilih satu gaun untuk dicobanya di dalam ruang ganti yang telah disediakan.
“Lalu setelah itu apa yang sebenarnya terjadi?” gumamnya seakan sudah lupa dengan seluruh kejadian setelahnya. Terdiam beberapa saat, wanita cantik itu tampaknya memikirkan hal yang terjadi kemudian namun dirinya tidak dapat menemukan jawabannya sampai sebuah suara bariton mengagetkan dirinya.
“Setelah itu, aku menculikmu.” sahut seorang pria bertubuh tinggi besar dengan tubuh atasnya yang terbuka menampilkan otot-otot sixpack yang menghiasi perutnya yang rata itu.
“Apa kau bilang?!” Wanita yang baru tersadar dari obat bius itupun menaikkan alisnya dan memandang tajam kepada pria yang sangat tampan itu seakan sedang mencerna seluruh situasi yang ada disana.
Tunggu! Siapa pria itu?! Jelas itu bukanlah tunangan yang akan dinikahinya satu minggu lagi. Apa yang terjadi padanya sebenarnya?! Dengan wajah yang sepertinya mulai panik, wanita cantik itu kemudian memandang ke arah tangannya yang terasa sedikit perih akibat tali yang mengikatnya. Benar. Saat ini dirinya telah diculik!
“Brengsek!!! Lepaskah aku! Aku akan menikah. Tolong lepaskan aku atau Rasyid akan membawa polisi untuk membunuhmu!” perintah sang wanita sembari mencoba untuk terlepas dari tali yang mengikatnya. Setelah beberapa kali mencobanya, sepertinya usahanya nampak sia-sia karena dirinya saat ini saja sudah mulai kehabisan tenaga.
Keringat dingin mulai membasahi wajah Mawar, wanita yang saat ini tengah diculik itu. Ia tidak mengerti mengapa dirinya diculik oleh seorang pria brengsek yang sangat tampan. Seingatnya, dirinya tidak pernah membuat masalah dengan pria dihadapannya ini. Lalu mengapa pria itu menculiknya?!
“Bukan aku yang brengsek. Tetapi kau Mawar.”, Pria itu berkata sembari tersenyum dengan sinisnya yang seketika memperlihatkan kedua lesung pipi di wajahnya. "Dan Rasyid? Ckck... Aku rasa dia tidak akan pernah bisa menemukanmu." Imbuhnya dengan senyum yang menampilkan kedua lesung pipi tampannya.
Lesung pipi itu begitu dalam dan sangat manis, hanya dengan melihatnya saja, siapapun pasti akan jatuh pada pesonanya. Tetapi hal itu belum berlaku bagi Mawar yang sedang dilanda rasa khawatir karena dia tidak mengenal pria jahat didepannya.
Setelah beberapa saat memandang dalam pada kedua lesung pipi yang nampak familiar itu, Mawar seketika tertegun dan terdiam. Lesung pipi itu dan juga suara yang didengarnya… apakah sama dengan yang dimiliki oleh budaknya di kampus yang dulu yang sempat dipermalukannya?
“Jali?! Apakah itu adalah kau?” Mawar memanggilnya dengan sedikit ragu-ragu.
Apakah benar pria itu adalah Jali si jelek yang dulu menjadi budaknya semasa kuliah?! Dahulu Mawar mengingat jelas bahwa Jali, budak yang selalu dibullinya adalah pria kurus berkaca-mata tebal dengan rambut klimis belah tengah ala Charlie Caplin. Tetapi pria yang ada dihadapannya kali ini begitu sempurna dan sangatlah berbeda!
Sedikit menyipitkan kedua matanya, Mawar menatap kedua manik mata pria itu dengan tatapan yang sangat tajam. Benar, itu pasti dia si kucluk itu. Mawar sangat yakin di dalam hatinya. Tetapi kenapa pria itu sekarang berubah drastis dan menculiknya?! Dalam kemarahannya yang mulai meluap, Mawar, yang terbiasa tampil arogan itu kemudian berteriak dengan keras.
“Jali! Brengsek! Lepaskan aku! Kucluk!!! Lepas!!!!" serunya sambil menendang-nendangkan kedua kakinya di atas ranjang besar yang sepertinya tidak bisa merubah apapun disana.
Semakin mendekat, pria itu kemudian memegang dagu lancip milik wanita itu dan tanpa aba-aba langsung menyesap bibir jahat itu dengan paksa.
“Emm! Emm!!” Dengan wajah yang merah padam, gadis itu berupaya untuk memberontak namun sepertinya usahanya hanyalah sebuah kesia-siaan karena punggungnya telah dihimpit pada sandaran kasur dibelakangnya oleh tubuh pria itu dengan kuatnya.
Beberapa waktu, ciuman itu berlangsung dengan sangat panas dan bahkan pria itu terlihat memagut dan menggigit bibir itu hanya untuk membalas dendam. Meskipun sebenarnya jantungnya juga ikut berdebar, tetapi pria itu kembali menggunakan logika untuk mematikan seluruh perasaan yang pernah ada di dalam dirinya. Setelah merasa cukup puas, pria itu kemudian melepaskan tautan bibir mereka dan menyeka mulut wanita itu yang sedikit berdarah.
“Itu adalah hukuman untuk mulutmu yang kotor itu.”
Benar meskipun bibir mungil itu terasa sangat manis, tetapi bibir itu pula yang sudah menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang laki-laki. Tentu, dirinya, harus memberikan hukuman kepada mulut arogan dihadapannya.
Sedangkan Mawar, yang saat ini baru saja merasakan ciuman pertamanya, hatinya begitu terpukul! Apalagi, dirinya telah dicium oleh pria brengsek yang dulu sangatlah jelek itu.
“Arrkkk! Kau benar-benar brengsek!! Kucluk sialan! Awas kau, aku akan membunuhmu! Arkkkk!” teriak Mawar dengan bibir bawahnya yang terasa sangat sakit karena ulah pria itu.
Tidak! Mawar tidak bisa menerima semua kenyataan ini sehingga dirinya hanya bisa menangis dalam ketidak-berdayaannya sambil sesekali berteriak untuk meluapkan kekesalannya. Andaikan ia tahu hal ini akan terjadi, mungkin dahulu ia akan melenyapkan pria itu saja, batinnya.
Mawar, saat ini sungguh tidak menyangka jika adik tingkat yang dahulu selalu dikerjainya telah berani memperlakukannya dengan sangat memalukan seperti ini. Dengan air mata yang telah membanjiri kedua pipinya, Mawar menangis sembari terus mengumpat pria brengsek yang saat ini terlihat sama sekali tidak menggubris teriakannya dan bahkan seakan sedang menikmati pemandangan diluar sana.
“Arkkkk! Brengsek!!!” Mawar begitu kesal dan bahkan sangat kesal! Dengan asal, ia menendang seluruh bantal guling yang ada disana hanya untuk menyalurkan emosinya tersebut.
Sedikit melirik ke arah wanita cantik dengan baju yang sudah sedikit terbuka, senyum mengejek pria itu kemudian mengembang. Cih! Mawar, wanita itu dahulu begitu kejamnya telah menindas, memanfaatkan dan bahkan mempermalukannya di depan umum setelah semua pengorbanan cinta yang ia lakukan.
Tidak! Tentu saja dirinya tidak akan membiarkan wanita itu bahagia begitu mudahnya. Ia akan memastikan bahwa wanita itu akan menerima karma dari seluruh perbuatannya yang semena-mena itu. Saat ini, roda kehidupan telah berbalik, ia bukanlah dirinya yang dulu lagi. Untuk itu mulai sekarang jangan panggil dia Jali karena itu hanya akan mengingatkannya kepada nama sebutan pemberian dari wanita jahat yang telah diculiknya.
Kembali memandang pantai berwarna biru yang ada disana, Jayden yang saat ini mengenakan sebuah kemeja transparan berwarna putih yang terbuka memilih untuk menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang berasal dari laut biru sembari mengenang masa lalunya beberapa waktu silam.
Masih terasa segar di-ingatannya, beberapa tahun yang lalu...
Waktu itu adalah hari kelulusan Mawar. Dan tentu, itu adalah kesempatan besar baginya untuk menyatakan cintanya secara langsung kepada sang pujaan hati. Menyusuri taman yang sudah dipenuhi oleh banyak orang, dengan tubuhnya yang sakit, ia berjalan terus sampai ia menemukan wanita yang dicintainya.
“Kak Mawar…” Sapanya kepada wanita yang malah memandang sinis ke arahnya.
“Kucluk, aku tidak menyuruhmu datang. Mengapa kau bisa kemari? Hah?! Sana pulang saja!”, kata wanita itu seakan merasa terganggu dengan kehadirannya ke gedung wisuda itu.
“Mawar. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku menyukaimu." Ungkapnya secara tiba-tiba dengan kedua tangannya yang telah menyodorkan sebuket bunga kepada Mawar yang telah mengernyitkan kedua alisnya.
Sontak, ungkapan cinta itu seketika menarik perhatian semua orang yang mulai tertawa, berbisik-bisik, dan bahkan ada yang menyoraki tindakannya yang dinilai cukup berani itu.
“Aduh si jelek menyatakan cinta.. cie…”
"Lihat itu kucluk lagi termehek-mehek…”
“Huuu! Dasar tidak tahu diri! Kalau jelek ke laut aja!”
“Gila, berani sekali ya si kutu buku.”
Sorakan demi sorakan hingga membuat nyalinya sedikit menciut. Namun ia tidak begitu memperdulikannya karena baginya yang terpenting adalah pendapat dari Mawar.
Beberapa detik, ia terdiam untuk menunggu jawaban dari Mawar, tetapi sepertinya wanita itu tidak kunjung bersuara sehingga ia memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya yang sebelumnya menunduk itu hanya untuk mendapati sebuah senyuman sinis yang keluar dari bibir mungil wanita yang dicintainya.
“Cih! Kucluk. Apa kau tidak pernah berkaca?” Sontak kata-kata Mawar disambut riuh oleh orang-orang disana yang semakin keras mengeluarkan cibiran baginya.
Bagi orang-orang yang menonton disana, tentu ini adalah sebuah drama romansa bercampur tragedy yang sangat konyol. Bagaimana mungkin itik buruk rupa bisa menyatakan cinta kepada sang primadona?! Sehingga dengan semena-mena mereka semua mengeluarkan kata-kata cemoohan yang bahkan diantaranya terdengar sedikit agak kasar.
“Kucluk. Kau dengar kata-kata mereka kan?! Kau tidak pantas buatku. Selama ini aku hanya memanfaatkanmu saja. Jadi sekarang, enyahlah!” Mawar menambahkan perkataannya lagi yang membuat hatinya semakin hancur berkeping-keping. Ia tidak pernah menyangka bahwa Mawar akan mengusir dan mempermalukan dirinya di depan umum. Bukankah selama ini ia telah rela menjadi budak dari wanita itu?!
Dengan tubuh bergetar karena flu berat yang dideritanya, ia lalu hendak bertanya kepada wanitau itu. Sayangnya, sebelum kata-katanya sempat terucap, ia terlebih dahulu melihat kedatangan seorang pemuda dari arah lain yang langsung memeluk tubuh Mawar dengan begitu erat dan posesifnya.
“Mawar..”, kata pemuda tampan itu sembari masih memegang pinggang Mawar di tangan kekarnya seakan-akan ia sudah terbiasa melakukannya.
“Oh. Kak Rasyid sayangku.”, sahut Mawar kemudian yang sepertinya sengaja mencium kedua pipi milik pemuda itu dengan begitu leluasanya.
Terkejut! ia merasa terhantam dengan sikap manja Mawar yang begitu manis kepada pria yang dipanggilnya Rasyid itu. Selama ini, ia mengira bahwa Mawar hanyalah menyukai dirinya seorang sehingga Mawar selalu saja menyuruhnya atas nama cinta. Tetapi sekarang apa yang sebenarnya terjadi?!
“Kak Ma- ma- war. Siapa dia?”, ucapnya dengan suara terbata-bata yang membuat Mawar seketika melepaskan pelukannya dan menyuruh pemuda itu untuk menunggu di dalam mobil.
“Kucluk. Aku sudah menerima cinta dari pria lain. Jadi pergilah.”, kata Mawar hendak meninggalkan tempat itu dengan segera. Sayangnya, pergerakan Mawar terhenti karena Jayden terlebih dahulu meraih tangan lentiknya sembari duduk bersimpuh.
“Mawar. Kau tau aku sudah mencintaimu dari lama. Apakah kau ingat? Dulu ketika kecil kau pernah menolongku dan semenjak itu aku mencintaimu. Bahkan aku rela menjadi budakmu. Aku kira kau menyukaiku... ”
“Haha.... Oh Kucluk, si Jali budakku. Lupakanlah rasa cintamu karena selain kau jelek, aku juga tidak tertarik untuk jatuh cinta pada berondong sepertimu meskipun kau berganti rupa sekalipun.”, ucapnya dengan pilihan kata yang begitu menusuk ke dalam hati pemuda yang telah bersimpuh di depannya.
Setelah Mawar merasa puas dengan perkataannya, bergegas ia kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi menyusul Rasyid yang telah sedikit lama menunggunya. Namun, sebelum dirinya benar-benar pergi, mendadak segerombolan pemuda datang menghampiri wanita itu.
Orang-orang itu….
Yang satu adalah orang yang suka memukuli pria itu, yang lainnya adalah para preman yang selalu memerasnya, dan yang lainnya lagi bahkan pernah memberikan permen karet bekas ke kepalanya yang membuatnya harus menggunduli rambutnya, dan juga ada diantara mereka juga ada yang pernah menyetrumnya!
Tidak! Tidak! Tidak mungkin!!! Sembari memegang kepalanya yang sudah mulai pening akibat demam tinggi sekaligus keterkejutannya, ia hendak menyangkal semua memori kejam yang mendadak terlintas begitu saja dikepalanya.
“Mawar!!!! Apakah kau yang selama ini menyuruh mereka semua untuk menyiksaku, hah?!”, dengan gigi yang bergemeretak dan emosi yang memuncak, ia mencoba berdiri di kakinya sendiri namun ia kembali terjatuh bahkan kali ini wajahnya sempat berbenturan dengan tanah becek yang membuat wajahnya nampak lebih kotor dari sebelumnya.
Dalam kondisinya itu, ia bisa mendengar suara-suara yang menertawakan dan meneriakinya seolah-olah dirinya adalah seekor monyet yang sedang berada dalam pertunjukan.
Sejak saat itu, ia bersumpah bahwa dia tidak akan melepaskan wanita iblis itu dengan mudah! Jadi jangan salahkan dirinya jika saat ini dia menculik wanita busuk itu!
. . . Malam telah berganti pagi di pulau Henai, wanita yang sebelumnya terus berteriak itu saat ini kembali terbangun dengan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Sayup-sayup, sekilas wanita itu mulai membuka kedua matanya dengan sangat perlahan. Sejujurnya saat ini, dirinya berharap bahwa semua yang terjadi padanya kemarin hanyalah sebuah mimpi atau sekedar ilusi. Sayangnya, harapannya hanyalah sebuah angan-angan belaka karena ternyata ia mendapati dirinya masih berada di ruangan terkutuk itu. Membayangkan kejadian kemarin, hati Mawar seketika tersayat. Ia tidak bisa membayangkan bahwa si kucluk yang dulu jelek itu bisa menculiknya begitu saja dan bahkan telah berani menciumnya! Tidak! Mawar merasa tidak boleh terus berada disana lebih lama lagi, atau kalau tidak, dia akan mengalami hal-hal yang lebih buruk dari yang diterimanya kemarin. Dengan pemikiran itu, Mawar bergegas bangkit dari tidurnya dan berpikir sebentar untuk mencari jalan keluar.
. . . Satu jam telah berlalu, Mawar yang sebelumnya menangis, saat ini sudah menghentikan tangisannya itu karena kedua bola matanya sudah mulai membengkak karena menangis terlalu lama. Mawar, dengan rambutnya yang sudah acak-acakan dan dengan baju yang dua hari ini belum digantinya, benar-benar terlihat sangat mengenaskan. Dalam hati, tentu Mawar ingin merutuki pria brengsek itu. Tetapi hanya untuk merutuki saja, nampaknya dirinya sudah tidak memiiki tenaga lagi mengingat sudah dua hari semenjak dirinya diculik, ia tidak makan sesuap nasipun. Mungkin, jika kondisinya terus berlanjut seperti ini, Mawar yakin bahwa dirinya akan segera mati. Dalam halusinya, Mawar melihat ada seorang… bukan, tapi lebih tepatnya adalah sebuah malaikat kecil yang mendatanginya. Perlahan, malaikat kecil itu berjalan dengan bunyi “Nging….” yang samar-samar mengalun lembut ditelinganya. Mendekat dan semakin mendekat, malaikat berbentuk kecil bulat dan berwarna hitam itu kemud
. . . Dari kejauhan, di pantai itu, Mawar bisa melihat seorang pria sedang dipeluk mesra oleh seorang wanita berpakaian Sabrina dengan bahu yang terbuka lebar. Hanya dengan melihatnya saja, Mawar bisa memastikan bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Dalam hati, Mawar tidak bisa untuk menahan umpatannya karena pria muda disana adalah adik junior yang telah menculiknya. Benar. Pria yang sedang berada di anjungan pantai itu adalah Jayden yang sedang bersama wanita lain. Beribu pertayaan tentu menghinggapi pikiran Mawar yang tidak habis pikir dengan tindakan pria yang ada disana. Lagipula, kalau pria itu memiliki kekasih, mengapa dia masih menculiknya?! Sekelebat rasa marah seketika menelusuk di dalam hati Mawar karena pria brengsek itu kemarin telah merenggut ciuman pertamanya. Cih! Pria brengsek! Hidung belang, tidak tahu diri! Gerutu Mawar yang mendapatkan kedipan lampu hijau oleh Jali, si robot. Merasa
. . . “Yuhu!!! Jali, kemana kita pergi?” Mawar yang tengah mengendarai motor ATV itu bertanya kepada si robot kecil yang hanya mengedipkan lampu merahnya. “Ah, dasar robot kecil. Begitu saja tidak tahu. Kalau begitu, aku yang akan memimpin jalan ya.” Mawar terus mengendarai motor beroda empat itu dijalan beraspal yang tampak sangat halus disana seakan-akan hanya Mawarlah yang pertama kali mencoba untuk menyusuri jalan itu untuk pertama kalinya. Berbelok kekanan dan kekiri, Mawar mencoba melalui jalan disana yang sepertinya hanya searah saja. Tetapi menuju kemanakah jalan itu? Mawar sendiri tidak tahu, apalagi Jali, si robot itu. Setelah beberapa waktu menyetir, sepertinya mereka berdua tidak menemukan apapun disana selain hanya pemandangan indah dipesisir pantai yang sangat menawan. Sejenak, Mawar menghentikan motornya hanya untuk memikirkan langkah apa yang seharusnya dia ambil. Sambil mengusap-usap dagunya, ia nampaknya sedang berpik
. . . Sementara itu di rumah keluarga Mawar, seorang nenek berambut putih nampak mondar-mandir di ruang tamu mereka seakan menunggu kedatangan sang cucu yang belum kunjung pulang selama dua hari ini. Awalnya neneknya itu mengira bahwa Mawar akan pergi untuk mencoba baju pengantin yang sudah dipilihnya sebelumnya. Tetapi sampai hari ini, Mawar, cucunya itu belum juga pulang ke rumah. Padahal beberapa hari lagi adalah hari pernikahannya, tentu sang nenek merasa sangat khawatir apabila terjadi apa-apa kepada cucu perempuan tunggalnya itu. Apalagi, dalam masyarakat tradisional, orang-orang generasi tua sepertinya sangat mempercayai adanya cobaan yang biasanya datang menjelang hari pernikahan. Sehingga nenek itu sampai tidak bisa tidur karena memikirkan keberadaan cucunya. “Pak, bagaimana ini? Mengapa sudah dua hari Mawar belum pulang juga?”Nenek itu sudah tidak tahan lagi sehingga dirinya kemudian sedikit mendesak sang suami yang sepertinya masih terlihat
. . . Byur!!! Suara keras terdengar setelah Mawar, wanita yang dipanggulnya itu dijatuhkan ke dalam bak mandi yang telah terisi dengan air hangat di rumah itu. “Awww! Jayden!” Mawar kembali berteriak ketika tubuhnya itu telah mendarat didalam bak air dan seluruh pakaiannya menjadi basah kuyup. Sedikit melirik ke arah wanita yang sudah nampak kotor itu, Jayden kemudian terlihat menyambar sebuah sepaket botol sabun dan melemparkannya tepat didekat kaki Mawar supaya wanita itu dapat meraihnya dengan mudah. “Wanita brengsek. Bersihkan badanmu yang bau itu.” Setelah berkata demikian, Jayden kemudian pergi dari sana diikuti oleh si robot buat kecil yang sepertinya sangat takut pada sosoknya. Sedangkan Mawar, masih saja terus mengumpat didalam bak mandi yang masih bisa didengar oleh Jayden yang saat ini terlihat sedang membongkar barang bawaan wanita itu yang sempat dibawanya kabur tadi. Sekilas, Jayden melihat beberapa perlen
. . . Samar-samar deru nafas sepasang insan disana terdengar saling bersahutan di-iringi deburan ombak dari arah luar serta tiupan angin yang menerabas dedaunan pohon palem didekat balkon kamar itu. Mawar yang saat ini sudah merasa lebih baik dengan suhu tubuh yang mulai normal mulai membuka kedua matanya untuk memandangi jendela kaca terbuka yang memperlihatkan birunya langit sore hati yang dapat dilihatnya dengan sangat gambling. Sejenak, Mawar yang baru saja terbangun itu terdiam hanya untuk menikmati sensasi yang sangat nyaman disekitarnya. Entah mengapa, selama hidupnya, dirinya belum pernah mengalami tidur siang senyaman dan senyenyak itu. Yang ia tahu, setiap kali tidur, ia selalu merasa sangat resah dengan alasan yang tidak jelas, sehingga kerap kali dirinya tidak begitu menikmati tidur siangnya. Tapi kali ini, suasananya sangatlah berbeda. Udara di pulau itu sangat sejuk seakan memberikan ketenangan tersendiri untuknya. Tentu sangat berbandin
. . . “Bos! Berita besar!!!” Salah seorang pria berpakaian adat terlihat tergopoh-gopoh menemui seorang pria gendut tua berkumis tebal yang saat ini tengah duduk di tendanya untuk menanti kedatangan orang suruhan yang telah dibayarnya untuk menyamar itu. “Den... Den... Jayden Bos!” Kata suruhan itu kepada bosnya yang rupanya sudah mengerutkan alisnya karena begitu tidak sabar menanti berita yang akan disampaikan oleh anak buah suruhannya. “Den… Den…” “Iya...?” “Den… Den…” “Aku gebuk kamu ya Kasim!” Tidak sabar dengan ucapan anak buahnya yang tergagap-gagap, orang yang dipanggil bos itu kemudian mengambil sandal dari kakinya sekedar untuk mengancamnya supaya orang suruhan itu bisa berbicara dengan lebih lancar. “Den Jayden tidur sama wanita bos!” Dengan lancar, orang suruhan bertubuh kurus itu kemudian mengutarakan apa yang dia lihat. Benar. Tadi saat dirinya sedang menyamar sebagai seorang masyarakat ada
...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap
...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung
...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari
...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans
...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk
...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C
...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa
...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu
. . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri