.
.
.
Byur!!!
Suara keras terdengar setelah Mawar, wanita yang dipanggulnya itu dijatuhkan ke dalam bak mandi yang telah terisi dengan air hangat di rumah itu.
“Awww! Jayden!” Mawar kembali berteriak ketika tubuhnya itu telah mendarat didalam bak air dan seluruh pakaiannya menjadi basah kuyup.
Sedikit melirik ke arah wanita yang sudah nampak kotor itu, Jayden kemudian terlihat menyambar sebuah sepaket botol sabun dan melemparkannya tepat didekat kaki Mawar supaya wanita itu dapat meraihnya dengan mudah.
“Wanita brengsek. Bersihkan badanmu yang bau itu.” Setelah berkata demikian, Jayden kemudian pergi dari sana diikuti oleh si robot buat kecil yang sepertinya sangat takut pada sosoknya. Sedangkan Mawar, masih saja terus mengumpat didalam bak mandi yang masih bisa didengar oleh Jayden yang saat ini terlihat sedang membongkar barang bawaan wanita itu yang sempat dibawanya kabur tadi.
Sekilas, Jayden melihat beberapa perlengkapan make-up disana, barang kewanitaan, dan juga sebuah ponsel! Sekejap, Jayden merasa penasaran apa saja yang telah dilakukan oleh wanita itu selama dirinya beberapa jam kabur darinya sehingga ia kemudian mengutak-atik ponsel itu dan menemukan bahwa tidak ada aktifitas apapun disana.
“Dasar bodoh.” Gumam Jayden kemudian karena mendapati bahwa wanita itu rupanya tidak segera menghubungi seseorang untuk menolongnya, bahkan menghubungi calon suaminya saja tidak. Menggelengkan kepalanya, Jayden sedikit ingat tentang kebodohan hakiki wanita itu di masa lalu.
Cih! Jangankan mengerjakan tugas! Menali sepatu kets-nya sendiri saja, wanita itu tidak bisa! Entah apa yang ada di dalam otak kosong wanita itu selain kata-kata kasar, rasanya tidak ada!
Setelah selesai dengan pemikirannya, Jayden kemudian mengambil barang itu hanya untuk memastikan bahwa wanita brengseknya tidak akan melakukan sesuatu yang macam-macam diluar pengetahuannya nantinya. Hanya untuk berjaga-jaga siapa tahu selama berada dekat dengannya otak wanita itu menjadi sedikit lebih pintar!
Berlalu dari tempatnya duduk, Jayden kemudian berhenti untuk mengamati tas kosong wanita itu. Disana, ia sama sekali tidak melihat pakaian atau semacamnya sehingga ia kemudian terlihat membuka ruang penyimpanan pakaian dan mengambil salah satu kemeja berwarna putih miliknya. Dan juga sebuah boxer, tentu saja. Setelah meletakkan pakaian itu begitu saja, ia kemudian pergi ke lantai satu untuk membaca laporan-laporan yang tadi baru didapatkannya dan setelah itu ia berencana untuk mengutak-atik program yang sedang dikerjakannya.
.
.
.
Beberapa waktu telah berlalu, Jayden kali ini yang telah selesai dengan tugasnya, merasa sedikit penasaran dengan suara dari lantai atas yang tiba-tiba berhenti. Sekilas, kedua matanya mengamati tangga berwarna putih itu seakan-akan dirinya sedang menunggu kehadiran seseorang yang mungkin akan turun dari sana. Dan benar saja, tidak beberapa detik kemudian sesosok wanita berambut panjang yang begitu sexy dengan sebagian besar kulit putihnya yang terpampang, nampak sedang berdiri di ujung tangga itu dengan mengangkat satu kakinya yang telah diperban.
Sekejap, Jayden sempat terlena dengan kecantikan surgawai yang ada dihadapannya itu. Tetapi ia kemudian lekas-lekas menggelengkan kepalanya mencoba untuk mengembalikan fokusnya kembali. Tentu saja, pada titik ini, dirinya tidak boleh jatuh lagi pada pesona iblis wanita itu. Atau kalau tidak, dirinya hanyalah akan di-injak-injak dan dijadikan budak cinta yang akan selalu dipermainkannya. Mengingat semua penderitaannya karena cintanya di masa lalu, Jayden kemudian mengeraskan hatinya kembali. Ia memastikan untuk tidak akan pernah jatuh cinta lagi dengan wanita busuk yang ada disana.
“Jay-“ Wanita itu terdengar hendak memanggil namanya, namun sepertinya ia tidak melanjutkannya karena melihat Jayden yang seakan tidak begitu peduli dengan kehadirannya di atas.
Beberapa waktu menunggu, wanita itu tampaknya tidak melangkahkan kakinya untuk turun dari tangga yang ada disana melainkan memilih kembali ke kamarnya yang tentu saja membuat Jayden mengerutkan alisnya! Cih! Wanita itu sepertinya sedang berusaha merajuk padanya!
Meskipun berusaha untuk tidak ke kamar itu, tetapi entah mengapa hati Jayden sedikit tergelitik. Mungkin saja, selama bersama wanita itu, ia biasa mendengar umpatan-umpatan kasar. Tetapi sekarang, sepertinya suasana rumah yang dua hari ini ramai seketika menjadi sangat sunyi yang membuat hati Jayden merasa sedikit tidak nyaman. Untuk itu, setelah mempertimbangkannya beberapa saat, ia kemudian ikut naik ke lantai atas dan mendapati tubuh wanita itu telah meringkuk di atas kasurnya yang seperti seorang anak kecil yang kedinginan.
Berdiri disamping pintu, Jayden terdiam beberapa waktu untuk memastikan situasi yang ada dihadapannya. Beberapa kali, dirinya berniat mengurungkan niatnya karena dalam pikirannya ia sangat ingin melihat wanita iblis itu menderita sejadi-jadinya. Tetapi hati kecilnya seakan memaksanya untuk berjalan lebih dekat ke arah sana.
Semakin mendekat, Jayden kemudian melihat paras cantik itu tengah tertutupi dengan separuh rambutnya yang sepertinya masih sedikit agak basah. Ah, sudahlah, Jayden merasa ia tidak perlu berlama-lama disana sehingga ia kemudian mencoba melangkahkan kaki jenjangnya untuk keluar dari sana. Namun, sebelum dirinya benar-benar berlalu, samar-samar ia mendengar suara nafas wanita itu yang terdengar tidak beraturan.
Melebarkan pandangannya, Jayden seperti tersentak dari tempatnya berdiri, lalu ia bergegas berbalik dan meletakkan satu punggung tangannya ke atas dahi wanita itu. Panas! Satu kata itu, entah mengapa membuat hati Jayden begitu teremas seakan sebuah rasa sakit melanda seluruh tubuhnya. Ia sangat tidak terima apabila wanita itu sampai sakit, meskipun pada awalnya hal itulah yang sangat diinginkannya.
Menahan emosinya, Jayden mencoba menenangkan kemarahannya sendiri yang tanpa alasan itu dan kemudian melihat luka bekas sobekan pecahan kaca yang ada dikaki Mawar. Perlahan, ia kemudian membuka perban yang ada disana dan mendapati bahwa luka itu telah memerah yang membuat dirinya semakin naik darah.
“Shit!!!” Jayden yang mengetahui bahwa luka itu telah terinfeksi merasa begitu tersulut hingga ia memukul kasur disampingnya dengan kedua tangannya yang mengepal.
Mengetahui kondisi berbahaya itu, Jayden yang sudah terbiasa mengobati luka kemudian mengambil kotak obat miliknya dan bergegas untuk memeriksa luka itu sekali lagi. Dengan teliti ia memberikan obat antiseptic dan mengamati luka itu dengan lebih dekat. Oh! Brengsek! Umpatnya setelah mengetahui bahwa di dalam telapak kaki wanita itu masih ada sedikit pecahan kaca yang menelusup ke dagingnya!
Jayden yang saat ini sedang sangat kesal kemudian mengambil sebuah pinset medis kecil dan dengan hati-hati mengambil pecahan kaca itu yang membuat Mawar sedikit menjerit di alam bawah sadarnya. Bodoh! Wanita itu benar-benar sangat bodoh! Batin Jayden di dalam hatinya setelah mengambil suntikan antibiotic yang telah disiapkannya. Setelah memberi wanita itu sebuah suntikan dan membalut luka itu kembali, Jayden merasa sedikit lebih lega karena paling tidak infeksi itu telah tertangani dengan benar.
Berlalu dari sana, Jayden kemudian berdiri kembali untuk mengambil obat pereda nyeri dan penurun panas lalu menggerusnya menjadi bubuk-bubuk kecil yang ditambahkannya dengan sedikit air. Sepertinya, Jayden harus mencoba memberikan obat itu kepada wanita yang saat ini tengah sedikit mengingau itu.
Bergegas, Jayden mendudukkan tubuh wanita itu, membuka mulutnya dengan paksa dan menyuapkan sesendok obat padanya. Seakan terganggu akan rasa pahit yang baru ditelannya, sekilas, wanita itu sempat sedikit terbangun untuk meneguk air minum dari gelas yang telah ditempelkan ke mulutnya lalu ia tertidur kembali.
Menghela nafasnya panjang, Jayden kemudian melihat ke tubuh wanita itu yang telah tereskpos sebagian dan menutupnya dengan selimut tipis supaya wanita itu tidak kedinginan. Menemani wanita itu, Jayden kemudian membaringkan juga tubuh miliknya disana sembari memeluk Mawar dilengan kekar miliknya.
. . . Samar-samar deru nafas sepasang insan disana terdengar saling bersahutan di-iringi deburan ombak dari arah luar serta tiupan angin yang menerabas dedaunan pohon palem didekat balkon kamar itu. Mawar yang saat ini sudah merasa lebih baik dengan suhu tubuh yang mulai normal mulai membuka kedua matanya untuk memandangi jendela kaca terbuka yang memperlihatkan birunya langit sore hati yang dapat dilihatnya dengan sangat gambling. Sejenak, Mawar yang baru saja terbangun itu terdiam hanya untuk menikmati sensasi yang sangat nyaman disekitarnya. Entah mengapa, selama hidupnya, dirinya belum pernah mengalami tidur siang senyaman dan senyenyak itu. Yang ia tahu, setiap kali tidur, ia selalu merasa sangat resah dengan alasan yang tidak jelas, sehingga kerap kali dirinya tidak begitu menikmati tidur siangnya. Tapi kali ini, suasananya sangatlah berbeda. Udara di pulau itu sangat sejuk seakan memberikan ketenangan tersendiri untuknya. Tentu sangat berbandin
. . . “Bos! Berita besar!!!” Salah seorang pria berpakaian adat terlihat tergopoh-gopoh menemui seorang pria gendut tua berkumis tebal yang saat ini tengah duduk di tendanya untuk menanti kedatangan orang suruhan yang telah dibayarnya untuk menyamar itu. “Den... Den... Jayden Bos!” Kata suruhan itu kepada bosnya yang rupanya sudah mengerutkan alisnya karena begitu tidak sabar menanti berita yang akan disampaikan oleh anak buah suruhannya. “Den… Den…” “Iya...?” “Den… Den…” “Aku gebuk kamu ya Kasim!” Tidak sabar dengan ucapan anak buahnya yang tergagap-gagap, orang yang dipanggil bos itu kemudian mengambil sandal dari kakinya sekedar untuk mengancamnya supaya orang suruhan itu bisa berbicara dengan lebih lancar. “Den Jayden tidur sama wanita bos!” Dengan lancar, orang suruhan bertubuh kurus itu kemudian mengutarakan apa yang dia lihat. Benar. Tadi saat dirinya sedang menyamar sebagai seorang masyarakat ada
...Wah! Melihat ruangan yang ada dilantai satu, Mawar begitu terkesima dengan interior yang ada didalamnya. Ruangan itu berdinding kaca yang seakan memperlihatkan semua gemerlap lampu malam yang ada diluar dan juga pemandangan pantai yang begitu mempesona pada petang hari. Oh. Sebelumnya dirinya tidak menyadari bahwa tempat itu begitu mewah. Mungkin karena siang tadi, ia hanya berfokus pada upaya melarikan diri sehingga ia tidak melihat dengan jelas ruangan yang sebetulnya sempat dilewatinya bersama si robot Jali itu.Sekilas, Mawar menyusuri ruangan itu dengan kedua mata indahnya. Lihat saja semua perabotnya, mereka semua terbuat dari bahan-bahan yang sangat mahal dan didekorasi dengan sangat elegan. Lalu lampu-lampu di ruangan itu, semuanya berbentuk asimetris yang sangan modern. Hanya dengan meilhatnya saja, Mawar dapat memastikan bahwa barang-barang itu pastinya tidak mudah ditemukan dipasaran, tetapi pasti sang pemilik telah memesannya disuatu tem
...Di atas sofa berwarna putih, pria yang saat ini tengah duduk bersama robot kecil dibahunya terlihat sedang membuka sebuah program untuk mengaktifkan sebuah tower pemancar yang ada di pulau itu kembali. Beberapa detik setelahya, jangkauan sinyal secepat kilat dapat menembus ke area terpencil itu sehingga Jayden dapat membuka beberapa laporan perusahaan dari email yang telah diterimanya.Ting! Dari beberapa email itu, ada salah satu email dengan sebuah penanda yang tiba-tiba saja menarik perhatian dari pria itu. Perlahan, ia membukanya dan ia dapat membaca sesuatu yang sepertinya mengusik hatinya.From: SusenoAda yang mencari tahu keberadaan wanita itu.Sebuah kalimat yang begitu sederhana namun mampu membuat perasaan Jayden menjadi tidak senang sehingga pria itu kemudian mengakses lokasi dimana seseorang telah berani mencari wanitanya.Klik! Lokasi ditemukan.Jayden yang saat ini tengah memeriksa sebu
...Sepiring nasi goreng hitam kembali tersaji di depan pria yang saat ini tengah bersiap untuk meluapkan kejengkelannya itu. Tetapi sayangnya, sebelum pria itu sempat mengumpat wanita yang ada dihadapannya, tiba-tiba saja dari depan pintu rumahnya, ia dapat mendengar suara orang beramai-ramai sedang mengetuk pintu rumahnya berkali-kali.Mawar yang ada dihadapannya tampak menyunggingkan sebuah senyumnya yang langsung dapat ditangkap oleh pria itu. Sepertinya, wanita itu sangat bahagia karena ia berpikir akan ada orang yang menyelamatkannya. Omong kosong!Dengan langkah santai, Jayden kemudian memeluk wanita disampingnya itu dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya yang kekar sembari ia berjalan menuju ke pintu yang ada disana.“Ceklek!” Pintu itupun segera terbuka menampilkan beberapa orang, bukan, mungkin lebih tepatnya belasan orang berpakaian adat Henai sedang membawa oncor dengan kaki yang beralaskan tanah. Hanya dengan melih
. . . “Menikahlah denganku.” Kata seorang pria sembari mengulurkan tangannya ke arah wanita yang saat ini tengah berjuang antara hidup dan mati di tengah lautan lepas dengan ombak yang semakin keras menggulungnya. Bertahan, wanita itu berjuang untuk melawan hantaman ombak yang seakan ingin menenggelamkannya. Tetapi seperinya, dirinya tidak mampu untuk lebih lama lagi mengambil nafasnya ditengan luapan air yang ingin menyeratnya semakin lebih dalam lagi. Di tengah kematian yang semakin dekat hendak menjemputnya, wanita itu teringat bahwa ia tidak bisa mati begitu saja karena mengingat bahwa ada kakek nenek yang begitu mencintainya dan pasti mereka sedang menunggu kedatangannya. Kakek nenek itu adalah milik Mawar satu-satunya setelah dirinya kehilangan kedua orangtuanya ketika masih kecil. Dengan penuh kasih sayang, mereka berdua merawatnya meskipun dalam kepedihan dan kekurangan mereka. Tetapi sekarang, kedua orangtua itu yang belum sempat diba
. . . Memeluk pinggang wanita yang telah ditolongnya itu dengan erat, Jayden yang telah berada di atas kapal tidak bisa berhenti untuk menatap paras cantik milik wanita yang telah menyetujui tawarannya. Mawar. Siapa yang menyangka, jika Mawar akan mau menikah dengannya saat wanita brengsek itu berada diambang kematian! Cih! Rupanya wanita sialan itu masih memiliki logika, paling tidak untuk bertahan hidup! Menyusuri, wajah mulus wanita bak dewi yang saat ini tengah menangis di dadanya, Jayden tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Wanita brengsek itu, sebentar lagi akan menjadi miliknya, hanya miliknya seorang. Ia memastikan, bahwa wanita itu tidak akan mendapatkan kebahagiaan apapun dalam hidupnya! Memandang paras itu beberapa saat, Jayden kemudian menyalakan mesinnya kembali dan melajukan motorboat yang saat ini dinaikinya untuk segera kembali menuju ke pulau Henai. Sebenarnya yang terjadi sebelumnya, Jayden yang sedang menatap layar moni
. . . “AKU MAU!!!!!!!” Suara wanita bersanggul modern itu terdengar menggelegar yang membuat semua orang disana tertawa. “Hahahaha… Astaga Pak Jayden. Calon istri anda sudah tidak tahan rupanya.” “Aduh, pantas saja main culik aja.” “Cepat kawinin Pak.” Suara-suara itu menggelegar di alam bebas yang membuat Mawar ingin menutup kedua telinganya, namun ia tidak bisa. “Bagaimana Pak Jayden, apakah anda sudah siap?” Seorang penghulu telah bersiap untuk menempatkan diri dan semua orang baik pria dan wanita di masyarakat itu sepertinya tengah menantikan kesiapan mereka berdua. Tawa dan canda memenuhi “Panggung” dimana mereka berdua dinikahkan baik secara agama maupun adat. Semua orang berbahagia, tetapi tidak dengan Mawar yang saat ini masih ber-urai air mata disudut tempat dengan meja yang dipenuhi makanan tradisional di pulau itu. Sesekali, ia mengusap air matanya sebelum akhirnya ada seorang ibu yang menghampirinya.
...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap
...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung
...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari
...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans
...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk
...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C
...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa
...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu
. . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri