.
.
.
“Bos! Berita besar!!!” Salah seorang pria berpakaian adat terlihat tergopoh-gopoh menemui seorang pria gendut tua berkumis tebal yang saat ini tengah duduk di tendanya untuk menanti kedatangan orang suruhan yang telah dibayarnya untuk menyamar itu.
“Den... Den... Jayden Bos!” Kata suruhan itu kepada bosnya yang rupanya sudah mengerutkan alisnya karena begitu tidak sabar menanti berita yang akan disampaikan oleh anak buah suruhannya.
“Den… Den…”
“Iya...?”
“Den… Den…”
“Aku gebuk kamu ya Kasim!” Tidak sabar dengan ucapan anak buahnya yang tergagap-gagap, orang yang dipanggil bos itu kemudian mengambil sandal dari kakinya sekedar untuk mengancamnya supaya orang suruhan itu bisa berbicara dengan lebih lancar.
“Den Jayden tidur sama wanita bos!” Dengan lancar, orang suruhan bertubuh kurus itu kemudian mengutarakan apa yang dia lihat.
Benar. Tadi saat dirinya sedang menyamar sebagai seorang masyarakat ada
...Wah! Melihat ruangan yang ada dilantai satu, Mawar begitu terkesima dengan interior yang ada didalamnya. Ruangan itu berdinding kaca yang seakan memperlihatkan semua gemerlap lampu malam yang ada diluar dan juga pemandangan pantai yang begitu mempesona pada petang hari. Oh. Sebelumnya dirinya tidak menyadari bahwa tempat itu begitu mewah. Mungkin karena siang tadi, ia hanya berfokus pada upaya melarikan diri sehingga ia tidak melihat dengan jelas ruangan yang sebetulnya sempat dilewatinya bersama si robot Jali itu.Sekilas, Mawar menyusuri ruangan itu dengan kedua mata indahnya. Lihat saja semua perabotnya, mereka semua terbuat dari bahan-bahan yang sangat mahal dan didekorasi dengan sangat elegan. Lalu lampu-lampu di ruangan itu, semuanya berbentuk asimetris yang sangan modern. Hanya dengan meilhatnya saja, Mawar dapat memastikan bahwa barang-barang itu pastinya tidak mudah ditemukan dipasaran, tetapi pasti sang pemilik telah memesannya disuatu tem
...Di atas sofa berwarna putih, pria yang saat ini tengah duduk bersama robot kecil dibahunya terlihat sedang membuka sebuah program untuk mengaktifkan sebuah tower pemancar yang ada di pulau itu kembali. Beberapa detik setelahya, jangkauan sinyal secepat kilat dapat menembus ke area terpencil itu sehingga Jayden dapat membuka beberapa laporan perusahaan dari email yang telah diterimanya.Ting! Dari beberapa email itu, ada salah satu email dengan sebuah penanda yang tiba-tiba saja menarik perhatian dari pria itu. Perlahan, ia membukanya dan ia dapat membaca sesuatu yang sepertinya mengusik hatinya.From: SusenoAda yang mencari tahu keberadaan wanita itu.Sebuah kalimat yang begitu sederhana namun mampu membuat perasaan Jayden menjadi tidak senang sehingga pria itu kemudian mengakses lokasi dimana seseorang telah berani mencari wanitanya.Klik! Lokasi ditemukan.Jayden yang saat ini tengah memeriksa sebu
...Sepiring nasi goreng hitam kembali tersaji di depan pria yang saat ini tengah bersiap untuk meluapkan kejengkelannya itu. Tetapi sayangnya, sebelum pria itu sempat mengumpat wanita yang ada dihadapannya, tiba-tiba saja dari depan pintu rumahnya, ia dapat mendengar suara orang beramai-ramai sedang mengetuk pintu rumahnya berkali-kali.Mawar yang ada dihadapannya tampak menyunggingkan sebuah senyumnya yang langsung dapat ditangkap oleh pria itu. Sepertinya, wanita itu sangat bahagia karena ia berpikir akan ada orang yang menyelamatkannya. Omong kosong!Dengan langkah santai, Jayden kemudian memeluk wanita disampingnya itu dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya yang kekar sembari ia berjalan menuju ke pintu yang ada disana.“Ceklek!” Pintu itupun segera terbuka menampilkan beberapa orang, bukan, mungkin lebih tepatnya belasan orang berpakaian adat Henai sedang membawa oncor dengan kaki yang beralaskan tanah. Hanya dengan melih
. . . “Menikahlah denganku.” Kata seorang pria sembari mengulurkan tangannya ke arah wanita yang saat ini tengah berjuang antara hidup dan mati di tengah lautan lepas dengan ombak yang semakin keras menggulungnya. Bertahan, wanita itu berjuang untuk melawan hantaman ombak yang seakan ingin menenggelamkannya. Tetapi seperinya, dirinya tidak mampu untuk lebih lama lagi mengambil nafasnya ditengan luapan air yang ingin menyeratnya semakin lebih dalam lagi. Di tengah kematian yang semakin dekat hendak menjemputnya, wanita itu teringat bahwa ia tidak bisa mati begitu saja karena mengingat bahwa ada kakek nenek yang begitu mencintainya dan pasti mereka sedang menunggu kedatangannya. Kakek nenek itu adalah milik Mawar satu-satunya setelah dirinya kehilangan kedua orangtuanya ketika masih kecil. Dengan penuh kasih sayang, mereka berdua merawatnya meskipun dalam kepedihan dan kekurangan mereka. Tetapi sekarang, kedua orangtua itu yang belum sempat diba
. . . Memeluk pinggang wanita yang telah ditolongnya itu dengan erat, Jayden yang telah berada di atas kapal tidak bisa berhenti untuk menatap paras cantik milik wanita yang telah menyetujui tawarannya. Mawar. Siapa yang menyangka, jika Mawar akan mau menikah dengannya saat wanita brengsek itu berada diambang kematian! Cih! Rupanya wanita sialan itu masih memiliki logika, paling tidak untuk bertahan hidup! Menyusuri, wajah mulus wanita bak dewi yang saat ini tengah menangis di dadanya, Jayden tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Wanita brengsek itu, sebentar lagi akan menjadi miliknya, hanya miliknya seorang. Ia memastikan, bahwa wanita itu tidak akan mendapatkan kebahagiaan apapun dalam hidupnya! Memandang paras itu beberapa saat, Jayden kemudian menyalakan mesinnya kembali dan melajukan motorboat yang saat ini dinaikinya untuk segera kembali menuju ke pulau Henai. Sebenarnya yang terjadi sebelumnya, Jayden yang sedang menatap layar moni
. . . “AKU MAU!!!!!!!” Suara wanita bersanggul modern itu terdengar menggelegar yang membuat semua orang disana tertawa. “Hahahaha… Astaga Pak Jayden. Calon istri anda sudah tidak tahan rupanya.” “Aduh, pantas saja main culik aja.” “Cepat kawinin Pak.” Suara-suara itu menggelegar di alam bebas yang membuat Mawar ingin menutup kedua telinganya, namun ia tidak bisa. “Bagaimana Pak Jayden, apakah anda sudah siap?” Seorang penghulu telah bersiap untuk menempatkan diri dan semua orang baik pria dan wanita di masyarakat itu sepertinya tengah menantikan kesiapan mereka berdua. Tawa dan canda memenuhi “Panggung” dimana mereka berdua dinikahkan baik secara agama maupun adat. Semua orang berbahagia, tetapi tidak dengan Mawar yang saat ini masih ber-urai air mata disudut tempat dengan meja yang dipenuhi makanan tradisional di pulau itu. Sesekali, ia mengusap air matanya sebelum akhirnya ada seorang ibu yang menghampirinya.
. . . “Nak. Apa yang baru saja kau lamunkan?” Ibu tua yang memakai ikat kepala dari bulu domba itu kemudian menepuk bahu Mawar yang membuat Mawar tersadar dari lamunannya. “Hem? Oh. Tidak ada apa-apa. Aku hanya melamunkan sedikit kisah dimasa lalu.” Sahutnya yang membuat ibu tua disampingnya merasa lega, karena sepertinya Mawar telah berhenti menangis. Mengambil sedikit makanan yang ada di atas daun talas, ibu itu kemudian menyuapkannya kepada Mawar yang sepertinya sedikit enggan untuk memakannya. “Ayo makanlah sedikit Nak.” Rayu ibu itu yang membuat Mawar sedikit tidak enak dan akhirnya membuka mulutnya untuk menerima suapan dari ibu tua yang beberapa menit yang lalu telah menjadi teman pertamanya di pulau terpencil itu. “Eh?! Enak. Aku mau lagi.” Kata Mawar setelah mencicipi rasa masakan tradisional yang ada disana. Ternyata, rasanya benar-benar diluar dugaannya. “Apakah aku bisa mencoba yang lainnya?” Tanya Mawar seakan tela
. . . Siang hari telah berganti malam di Pulau Heina, suara yang sebelumnya cukup riuh di tengah pulau itu kini telah berganti dengan suara deburan ombak ditengah kesunyian yang begitu terasa disana. Menghayati kesunyian itu, Mawar yang saat ini sedang duduk termenung diantara pasir putih itu terlihat memandang langit hitam yang dipenuhi oleh kilauan cahaya dari bintang-bintang yang bergemerlapan. Wah. Sungguh indah! Batinnya dengan perasaan tidak menentu didalam hatinya. “Rasyid! Bagaimana kabarmu sekarang? Apakah kau mencariku? Dengan masih mengenakan baju pengantinnya yang dikenakannya tadi siang, Mawar bergumam lirih sambil menghela nafasnya dengan sangat panjang. Benar. Rasyid. Adalah satu-satunya pria yang Mawar kenal karena dari kecil dirinya telah dijodohkan dengan pria itu. Tetapi sayangnya, Rasyid yang seorang pekerja keras itu begitu sangat sibuk sehingga ia bahkan tidak sempat untuk bersama atau bahkan berkencan dengan Mawa
...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap
...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung
...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari
...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans
...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk
...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C
...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa
...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu
. . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri