.
.
.
“Nak. Apa yang baru saja kau lamunkan?” Ibu tua yang memakai ikat kepala dari bulu domba itu kemudian menepuk bahu Mawar yang membuat Mawar tersadar dari lamunannya.
“Hem? Oh. Tidak ada apa-apa. Aku hanya melamunkan sedikit kisah dimasa lalu.” Sahutnya yang membuat ibu tua disampingnya merasa lega, karena sepertinya Mawar telah berhenti menangis.
Mengambil sedikit makanan yang ada di atas daun talas, ibu itu kemudian menyuapkannya kepada Mawar yang sepertinya sedikit enggan untuk memakannya. “Ayo makanlah sedikit Nak.” Rayu ibu itu yang membuat Mawar sedikit tidak enak dan akhirnya membuka mulutnya untuk menerima suapan dari ibu tua yang beberapa menit yang lalu telah menjadi teman pertamanya di pulau terpencil itu.
“Eh?! Enak. Aku mau lagi.” Kata Mawar setelah mencicipi rasa masakan tradisional yang ada disana. Ternyata, rasanya benar-benar diluar dugaannya.
“Apakah aku bisa mencoba yang lainnya?” Tanya Mawar seakan tela
. . . Siang hari telah berganti malam di Pulau Heina, suara yang sebelumnya cukup riuh di tengah pulau itu kini telah berganti dengan suara deburan ombak ditengah kesunyian yang begitu terasa disana. Menghayati kesunyian itu, Mawar yang saat ini sedang duduk termenung diantara pasir putih itu terlihat memandang langit hitam yang dipenuhi oleh kilauan cahaya dari bintang-bintang yang bergemerlapan. Wah. Sungguh indah! Batinnya dengan perasaan tidak menentu didalam hatinya. “Rasyid! Bagaimana kabarmu sekarang? Apakah kau mencariku? Dengan masih mengenakan baju pengantinnya yang dikenakannya tadi siang, Mawar bergumam lirih sambil menghela nafasnya dengan sangat panjang. Benar. Rasyid. Adalah satu-satunya pria yang Mawar kenal karena dari kecil dirinya telah dijodohkan dengan pria itu. Tetapi sayangnya, Rasyid yang seorang pekerja keras itu begitu sangat sibuk sehingga ia bahkan tidak sempat untuk bersama atau bahkan berkencan dengan Mawa
. . . Udara pagi telah berhembus dan Mawar yang baru saja terbangun dari tidurnya yang mengenaskan seketika langsung merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya. Ia ingat, semalam saat dirinya telah selesai mandi, pria busuk itu telah tertidur dengan lelapnya di atas kasur yang sangat empuk, sedangkan dirinya malah tidur di atas lantai yang sangat keras! Andai saja semalam tidak ada suara-suara aneh diruang tamu, pasti Mawr sudah tidur di sofa yang ada diluar! Benar-benar brengsek! Mawar membatin didalam hatinya dengan sangat kesal. Ia tidak menyangka jika si kucluk itu rupanya sekarang begitu tidak berperasaannya. Sambil mendengus, ia kemudian memandangi kamar mewah yang begitu rapi itu. Sepertinya kamar pria itu begitu modern. Lihat saja, dihadapannya, Mawar dapat melihat sebuah layar LED berukuran lebih dari 4x2 meter. Untuk apa kira-kira? Batinnya kemudian. Lalu beranjak dari sana, Mawar melihat sebuah lampu meja yang sangat unik dengan desain
. . . Pagi harinya, Mawar yang telah kembali segar merasa bahwa dirinya sedikit ingin menikmati udara segar ditepi pantai bersama dengan para robot yang menjadi temannya. Lagipula, Jayden juga sedang tidak ada disana, sehingga mungkin Mawar sedikit terbebas dari siksaan batin yang pria itu berikan! Sedikit mengingat masa lalu mereka berdua, Mawar sedikit merasa kesal. Bagaimana tidak, dahulu sewaktu mereka kuliah, adik kelasnya itu sangat patuh padanya dan bahkan bisa dibilang sangat memanjakannya. Tetapi sekarang, mantan budaknya itu malah seakan-akan menukar posisi mereka berdua dimana Mawar sekarang yang menjadi sang budak! Arrrkkkk! Tidak menyukai status barunya itu, Mawar kemudian beranjak dari ranjang milik Jayden dan menyusuri kamar yang sangat maskulin itu. Huh! Setelah melihat bahwa ia semakin terjebak disana, di dalam hatinya ia merasa sangat jengkel. Apalagi kemarin, seharian, bibi Hans selalu memerintahnya bagai burung beo yang tid
. . . Hari berlalu begitu lama di pulau Heina, Mawar yang seharian merasa lelah akhirnya berbaring di atas kasur milik pria itu. “Hah, leganya…” Batinnya di dalam hati karena paling tidak ia bisa sedikit beristirahat dari rasa lelah yang memenuhi semua tulang-tulangnya. Bibi itu… Arrrkkk! Brengsek! Mawar mengumpat dengan keras karena tidak menyangka jika Jayden akan mendatangkan seorang wanita tua untuk menyiksanya dengan pekerjaan rumah yang begitu banyak. Dan juga, dia lebih kesal lagi karena bibi itu saat ini malah tinggal disana selama pria busuk itu sedang tidak ada. Mawar menyugar rambut halusnya dengan sangat frustrasi! Jika begini terus maka dia pasti akan kurus kering. Eh, tunggu dulu. Pria itu tidak ada?! Seketika sebuah senyuman mengembang di pipi milik Mawar yang merona secara alami itu. Tentu saja, ia berpikir untuk kabur dari pulau Henai. Tetapi sayangnya, keinginannya itu segera tenggelam setelah ia melihat cahaya api seperti ob
. . . “Tuan Silahkan.” Seorang wanita bepakaian sexy terlihat sedang menuangkan minuman anggur ke dalam gelas milik Jayden yang masih kosong itu. Sesekali, wanita itu terlihat sengaja mempertontonkan lekuk tubuhnya yang menonjol untuk menarik hati orang yang sedari tadi hanya diam saja disana. Bersama para temannya, malam ini, Jayden memang menghabiskan waktunya untuk minum di sebuah club malam di kota itu untuk melepas semua rasa lelah setelah mereka menyelesaikan rapat yang begitu menegangkan di perusahaan milik keluarganya. “Jay. Kemana saja kau hah?!” Salah satu temannya menepuk bahu pria itu sembari menggandeng seorang dancer bersamanya. Benar. Jayden sudah beberapa lama ini sudah jarang terlihat di setiap rapat perusahaan rekanan mereka. Bahkan, untuk mendapatkan persetujuan Jayden, mereka harus mengirimkan beberapa dokumen terlebih dahulu melalui asistennya. Tentu teman-temannya yang juga merupakan clients perusahaannya itu berp
. . . Pagi telah menyingsing di pulau Heina. Mawar dengan tubuhnya yang masih sedikit demam saat ini merasakan sebuah kehangatan dari kedua lengan kekar yang saat ini sedang memerangkap seluruh tubuhnya. Rasanya benar-benar sangat nyaman seakan ia adalah anak ayam yang sedang didekap dalam perlindungan induknya. Tanpa sadar menggesekkan hidungnya ke dada lapang itu, Mawar memilih melanjutkan tidurnya karena saat ini dirinya tidak memiliki cukup tenaga untuk terbangun. Sebelumnya, semalam saat Mawar telah pingsan di ruang bawah tanah. Tanpa Mawar ketahui, peperangan dipantai itu semakin memanas saat rakyat suku Henai membalas serangan dari para perompak dengan anak panah yang mereka miliki. “Tetua. Panah kita hampir habis!” Teriak seseorang yang saat ini telah berada di pinggir pantai di depan rumah itu berada. Ya. Mereka semua telah berhasil menyerbu, sehingga mereka bisa menguasai pesisir pantai itu! Tetapi sepertinya, kemenangan seme
. . . Ketika sedang memutar rekaman video tangkapan burung hantu itu beberapa hari yang lalu, tiba-tiba Jayden mencium adanya sesuatu yang tidak beres. Disana, dipantai itu! Beberapa hari yang lalu rupanya ada seorang penyusup yang telah melihat keberadaan Mawar di kediamannya. “Shit!” Jayden terlihat memperbesar layarnya untuk melihat lebih rinci siapa pria yang sedang mencari kerang disana dengan mengenakan pakaian adat suku Henai. Tidak mungkin. Setelah mengetahui ciri-ciri orang itu, Jayden kemudian melajukan kembali video itu sampai disaat para tetua menghampirinya. Dan benar saja, pria penyelundup itu juga ada disana! Mengeratkan gigi-giginya yang mulai bergemeretak, Jayden kemudian mengunduh sebuah rekaman dari satelit yang dimilikinya hingga ia mendapati penampakan dua orang dipulau kecil yang sepertinya dikenalnya. Apakah itu adalah si tua bangka Li?! Batinnya dalam hati sembari melihat penyelundup kurus yang juga ada bersama
. . . Mawar yang telah terbangun dari tidurnya samar-samar dapat mendengar suara riuh dari luar rumah yang ditinggalinya. Tunggu. Dimana dirinya saat ini?! Meraba-raba sekitarnya, Mawar mendapati dirinya sedang berada di atas ranjang berukuran king size milik Jayden. Apa yang terjadi?! Semalam, Mawar mengingat jelas bahwa dirinya berada pada ruang bawah tanah bersama bibi Hans di-iringi suara anak panah yang terus menghantam rumah mereka. Lalu dimana suku perompak itu?! Dengan tergesa-gesa Mawar lekas beranjak dari tidurnya, tetapi dirinya merasakan sebuah rasa nyeri pada lengannya yang telah diperban dengan sangat rapi. Apakah bibi Hans yang melakukannya? Lalu bagaimana perompak itu bisa pergi begitu saja dan membiarkan mereka selamat?! Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiran wanita itu sehingga dirinya kemudian segera bangun perlahan-lahan dari sana untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Keluar dari kamar yang ditinggal
...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap
...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung
...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari
...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans
...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk
...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C
...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa
...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu
. . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri