Tidak enaknya menjadi mereka yang memiliki mata ke enam adalah, kau selalu dianggap cenayang oleh orang awam.
* * *
Aiza dan Nayanika tiba di rumah kakek, siapa orang yang pertama kali menyambut mereka kalau bukan Gahara lagi. Kakak sepupu mereka yang berkacamata, tinggi, beralis tebal dengan rahang kokoh itu sekarang tengah menatap tajam mereka berdua. Mungkin lebih tepatnya ke arah Naya, yang sekarang bersembunyi di belakang punggung Aiza, lagi.
Gahara sudah bersidekap dada, kali ini kakak sepupu mereka itu pasti sudah tau apa yang terjadi di jalan tanpa harus Aiza menceritakannya. Namun sepertinya kali ini bukan hanya Naya sendiri yang akan kena sembur Gahara.
"Ngapain cengar cengir?" nada dingin dan mata yang seolah menelanjangi mereka berdua.
"Gak ada Kak." Aiza menelan ludah, pasti ini karena kejadian tadi di jalan.
"Tau salah kalian, kan?" Aiza dan Naya mengangguk,
Jangan terlalu percaya pada mistis, percaya saja pada Tuhan mu yang menciptakan semesta. Karena pasti ada sebab, dan akibatnya. * * * Dua hari sebelum keberangkatan ke rumah kakek, Aiza baru saja kembali dari jembatan tempat pertama kali ia bertemu Gea setelah di tahun kedua ia bisa menerima seutuhnya, indra ke enam itu dengan bantuan kakek. Aiza juga tidak tau kenapa ia kembali lagi ke tempat ini, mungkin karena Gea tak kembali dengan benar setelah kejadian dulu. Begitu mencoba berkomunikasi salah satu tetua penjaga di daerah sungai, di bawah jembatan itu datang untuk berkomunikasi dengan si mata berkantung hitam. Sosok hitam tinggi besar itu memberikan informasi, bahwa sosok yang Aiza cari tidak akan bisa kembali. Karena perbuatannya ia diberi hukuman karena dendamnya, tentu saja dia juga mengatakan lelaki yang juga ia renggut nyawanya ikut beserta dengannya juga. Kisah yang cukup memilukan untuk Aiza, yang berkenalan d
Ketika seseorang mencintai tanpa syarat, saat itu semesta sepakat mereka saling terikat.* * *Dua orang ini membuat semua pasang mata tak perlu lagi bertanya, bahkan murid-murid saja sudah bisa memastikan bagaimana hubungan keduanya. Bagaimana tidak si bucin Wira itu membuat semua terlihat jelas, mulai berlagak romantis sampai memberi kejutan segala. Untung Aiza tidak perlu melihat kebucinan si kuncir, kalau tidak lelaki berkantung mata itu akan langsung muntah.Seperti sekarang Wira duduk berduaan dengan Eiliyah, sementara anak-anak bergunjing di belakang mereka. Memang tidak bijak sih membawa urusan asmara, ke depan publik tapi ya namanya juga kasmaran. Walau Eiliyah bilang untuk tidak terlalu berlebihan, tapi kalimat itu seperti masuk kuping kanan keluar kuping kiri."Beneran Pak Wira jadian sama Bu Eili?" Tanya seorang gadis berambut lurus semampai, ketika berkumpul bersama keempat teman satu ganknya. Gadis i
Dimensi itu tidak pernah kita tahu, tapi salah-salah kita malah terundang masuk dan tak bisa keluar. Berhati-hatilah! * * * Aiza menceritakan sosok wanita misterius itu, seseorang yang selalu tiba-tiba muncul diantara garis waktu yang tak tepat baginya. Seolah dia memberi tahu bahwa, mereka hanya bisa bertemu ketika Aiza menginginkannya. Gahara tak lekas menanggapi bagaimana sisi dari wanita itu, apa ia buruk atau baik. Apa ia membawa sesuatu untuk Aiza, atau memang benar hanya kebetulan semata. Tapi nampaknya dari apa yang terlintas dalam pikiran Gahara, gadis itu memang sudah terlihat unik walau hanya sekilas melintas dipikirannya. Dia belum bisa mengetahui namanya, namun Gahara mengatakan bahwa bisa jadi, Aiza akan bertemu kembali dengan wanita itu. "Sepertinya dia bukan orang aneh, tapi.. mungkin.. kau tau orang berkulit albino. Ya, gadis itu memang unik Za. Samar memang t
Aku bisa datang karena sesuatu hal, tetapi aku bisa pergi bagaimana tugas dan kehendak ku juga. * * * Malam itu Wira menuruti apa yang diperintahkan Naya dan Aiza melalui telepon, mereka bilang untuk membacakan beberapa doa pada air dan menyiramkannya di sekitar rumah. Makhluk kiriman memang paling sulit diusir, sebelum tugasnya selesai dan si pemilik memberi imbalan. Maka dari itu sebelum kedua kakak beradik itu datang, si gondrong hanya bisa melakukan sebisanya. Lagian kenapa juga kepekaan batinnya malah meningkat begini, matanya mungkin tidak bisa melihat mereka tapi tubuhnya bisa merasakan kehadirannya. Apalagi Wira tidak pernah menyangka bahwa hantu-hantu itu, bisa menggerakkan benda di sekitar mereka. Mungkin tidak terlalu besar, tapi untuk mereka yang punya trauma atau mudah panik dan ketakutan. Gangguan mereka sangat bisa mengenai mental, bahkan membawa mimpi buruk. Wira masih terjaga di pukul satu malam, walau ia sudah m
Gadis ini tak dapat dipahami, seeorang yang datang lalu pergi menurut kehendaknya sendiri.* * *Seperti yang digambarkan Mas Gahara, rambut panjang silver, kulit putih pucat, mata berhiris merah muda. Sosok yang beberapa kali datang mengunjungiku di dunia nyata, kini hadir tepat di depan mataku. Senyumannya yang membuat hati dan ingatanku tak bisa lupa, kehadiranya yang selalu misterius selalu membuat tanya yang tak pernah usai. "Kapan aku bisa bertemu dengannya lagi?""Sekarang aku ada di depan mu, Aiza. Silahkan singkirkan pikiran itu.""Kau... membaca pikiran ku?""Hm..., lebih tepatnya... itu seperti menggema di dunia ini. Mungkin?" Wanita bernama Niskala itu tersenyum, seolah sedang membuat lelucon dan ia berhasil membuatku terjebak disana. "Kau mungkin bertanya-tanya, bagaimana aku bisa tau keberadaan mu, bahkan ketika kita pertama kali bertemu untuk pertama kalinya kau bisa melih
Aku tidak menyangka akan separah ini, bahkan hubungan ini belum genap satu bulan.* * *"Lu gila!" Aiza menggebrag meja kantin, untung saja tempat itu belum diisi anak-anak karena mereka duduk di sana pada jam pelajaran kosong pagi hari. "Lu harusnya bisa tahan emosi, Ra!""Lu yakin, di saat seperti itu lu bisa tahan emosi?""Haa, itu yang di inginkan setan buat hubungan kalian!""Entah itu emang karena setan, atau Eiliyah sendiri yang memang gak bisa berubah Za!"Fuc*! Aiza ingin mengumpat rasanya, sobatnya ini memang keras kepala dan juga sembrono. Padahal dia sudah bilang untuk sedikit bersabar soal ini, aura di sekitarnya berubah menyebalkan."Gua datang karena lu bilang, sering diganggu hantu. Persis kata Naya, ini semua karena ada murid lu yang gak suka sama hubungan kalian.""Oh bulshit! Gua gak peduli sekarang, apa ini kare
Ketika dua dunia ini bertabrakan, ada sebuah jalan yang terbuka, dan itu sungguh sangat tidak baik adanya.* * *Tepat setelah mereka pulang dari liburan di rumah kakek, Naya lekas menghubungi Eiliyah kembali. Walau sebelumnya mereka sempat bertukar pesan, dan menanyakan keadaan masing-masing. Naya sudah berusaha sebisanya dari rumah kakek, untuk memproteksi Eiliyah karena gadis itu sadar bahwa yang mendatangi rumah Eiliyah bukan makhluk sembarangan.Kakek juga sepertinya sadar dengan gerak gerik dan perilaku Nayanika, yang nampak sering kelelahan. Beliau bahkan menyuruh gadis itu untuk lebih memperbanyak zikir, dan memperhatikan keadaan sekitarnya."Jangan terlalu mengikutinya Naya.. kau harus memperkuat iman mu kembali." Pesan kakeknya sebelum ia pergi, sebelumnya Kak Gahara juga sudah mewanti-wanti. Kalau ia melakukan sesuatu, jangan sampai ia melakukannya sendiri, setidaknya Aiza bisa membantu dan melindunginy
Tak banyak orang yang memiliki kemampuan seperti kami, tapi tak sedikit orang juga yang kadang menyalah gunakan kekuatannya untuk hal tak baik.* * *Gadis di hadapanku mengatakan aku mengganggunya, bahkan ia pun mengetahui apa yang dilakukan Naya di rumah Eiliyah sana. Ia masih membacakan sesuatu dibibirnya, rupanya gadis itu juga sambil mengontrol hingga ke rumah Eiliyah sana. Namun Aiza juga tidak bisa menganggapnya hanya gadis SMA biasa, buktinya wajah gadis itu berubah menjadi bukan wajah yang baru saja tersenyum pada Wira sobatnya."Hentikan! Kalau tidak, kau sendiri yang akan kewalahan." Aiza masih menenangkan diri, sebelum ia menyadari sosok tinggi besar dengan mata merah itu nampaknya marah padanya."Bukankah kau yang sedang merasa ketakutan, Aiza?" Gadis itu bahkan tidak formal menyebut namanya dengan sopan."Hm, ketakutan? Ya, mungkin sedikit. Kalau saja gadis kecil sepertimu tidak
Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert
Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann
Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di
Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car
Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat
Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga
Biarkan kebenaran yang berbicara, biarkan takdir menemukan jalannya.* * *Seperti yang Aiza katakan tempo hari, dokter mengatakan bahwa sore ini Aiza sudah dapat pulang. Masalah benturan di kepalanya tidak parah, kalaupun terasa pusing itu karena ia baru saja menjalani perawatan dan kondisi darahnya belum stabil. Tangan dan kakinya yang terluka juga sudah sembuh, bersyukurlah retakan kecil di kaki kirinya tidak parah dan gips telah membantu tulangnya untuk menempel kembali dengan sempurna. Selebihnya hanya resep dokter dan menjaga pola makan agar pasien bisa lekas sembuh serta beraktivitas seperti sebelumnya.Sampai saat ia pulang dan dijemput seperti janji sobatnya itu. Aiza masih belum menyadari sesuatu, bahkan ketika Naya bereaksi memegang lengan baju Aiza dengan erat. Lelaki jangkung itu malah berkata bahwa Naya seperti bocah yang takut hilang. Karena hal itu Naya melepaskan lengan baju Aiza dengan marah, dan memilih masuk mobil
Apa ceritanya akan kembali seperti dulu?Apa semua akan baik-baik saja?* * *"Kau tidak perlu cemas. Untuk saat ini, lebih baik begini. Kaka mu tidak perlu tau bahwa ia tidak bisa melihat makhlul-makhluk itu lagi. Mungkin dengan begini kesembuhannya akan lebih cepat."Naya melamun di depan layar laptop yang kini telah padam. Pikirannya sedang tidak berada di tempat rupannya, bahkan ketika Enah datang untuk menebus obat dan kembali, ia menyaksikan anak gadis nya melamun dengan pandangan kosong ke arah layar laptop yang mati. Wanita lima puluh tahunan berkerudung pich itu melirik Aiza yang juga sejak tadi mengamati adiknya. Kakaknya itu sudah memerhatikan tingkah adiknya sejak lima belas menit yang lalu. Bahkan ketika Enah datang dan melirik dengan pandangan bertanya padanya."Kenapa adik mu?"Begitulah makna tatapan matanya. Aiza menjawab dengan mengangkat kedua pundaknya jawaban tida
Aku mempercayainya lalu aku mengikutinya, karena aku meyakininya. * * * Seperti yang sosok itu katakan, aku tidak ragu untuk menutup mataku dan melangkah terus kedepan. Tidak peduli apa nanti akan tersesat atau tidak, dia bilang 'percayalah pada apa yang engkau yakini'. Lalu aku merasa walau mata tertutup, jalan itu membentang luas dipenglihatanku. Seolah sesuatu menarik dari arah depan sana, agar terus melangkah tanpa ragu. Lalu sayup-sayup suara doa-doa menggema, makin lama semakin terdengar jelas. Lagi-lagi seperti katanya, suara yang aku kenal dan kurindukan. Enah mengaji dan berdoa memanggil namaku berulang kali, hingga cahaya itu yang teramat menyilaukan membuat mata terbuka dan kulihat langit pucat ciri khas rumah sakit. "MasyaAllah! Alhamdulillah...Aiza! Aiza, ini Enah Za.MasyaAllah,bapak! Aiza bangun Pak!" Lalu suara bapak dan Naya juga terdengar, dan begitulah sampai akhirnya aku bena