Ivana bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah Edgar akan membahas soal malam itu?
"Duduklah, karena pembicaraan ini tidak akan sebentar."Edgar menyimpan berkas yang sedang ia baca barusan ke atas meja. Lalu atensinya tertuju kepada Ivana yang masih berdiri di hadapannya."Saya rasa, tidak ada yang perlu saya bicarakan dengan Bapak!" ujar Ivana dengan bahasa formal, layaknya seorang karyawan yang berbicara dengan atasannya.Sudut bibir Edgar tertarik ke atas sehingga memperlihatkan sebuah senyuman sinis. "Ada, banyak, Ivana. Tentang hubunganmu dan Rick, lalu tentang hubungan kita ke depannya."“Aku sudah selesai dengan anak Paman itu," ketus Ivana yang benar-benar terlihat malas membahas Rick."Benar, kau sudah selesai dengan anakku, tapi kau baru akan memulai hubungan denganku!"Ivana mengerutkan keningnya, dia tidak memahami apa yang dikatakan oleh Edgar. "Apa yang Paman—""Menikahlah denganku, Ivana."Wanita cantik bermata biru itu tampak terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh pria dewasa di hadapannya ini.Apa katanya? Edgar mengajaknya menikah?Ivana mengorek-ngorek telinganya sendiri dengan bingung dan raut wajahnya tampak tidak yakin. Siapa tau kan kalau ia hanya salah dengar saja? "Sepertinya aku salah dengar, Paman. Aku rasa kupingku sedang bermasalah," kekeh Ivana dengan senyuman lebar tampak di bibirnya. Ia menganggap pernyataan dari Edgar hanyalah sebuah candaan saja."Memangnya apa yang kau dengar?" tanya Edgar."Aku mendengar Paman mengajakku menikah. Aku rasa, aku perlu pergi ke dokter THT, hahaha." Ivana tertawa garing, sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. "Kau tidak salah dengar," ujar Edgar bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia berjalan mendekati Ivana."Hah? Apa?"Wanita itu terperangah, bibirnya juga sedikit terbuka. Ia memperhatikan raut wajah datar dari pria itu yang terlihat serius. Apalagi sorot mata Edgar yang tajam, kini sedang menatapnya tajam seolah tatapannya itu menghunus hingga ke jantungnya."Paman jangan bercanda!""Apa aku terlihat seperti itu?""Tidak, ta-tapi apa alasan Paman mengajakku menikah?" tanya Ivana yang mulai tidak senang dengan pembicaraan ini.'Apa-apaan pria ini? Kenapa dia semakin mendekat saja?' Ivana panik, jantungnya dibuat maraton oleh pria yang ada di hadapannya. Edgar semakin mendekat dan membuat wanita itu semakin berjalan mundur."Bukankah alasannya sudah jelas, aku sudah mengambil keperawananmu malam itu. Tentu sebagai lelaki yang bertanggung jawab, aku akan menikahimu, Ivana.”Untuk kesekian kalinya, Ivana dibuat terkejut dengan kata-kata Edgar yang ingin bertanggung jawab padanya atas kejadian malam itu. Edgar begitu gentleman dan tetapi itu tidak cukup untuknya mengiyakan ajakan menikah pria itu begitu saja."Jangan bercanda Paman! Kau adalah calon ayah mertuaku, mana mungkin kita menikah hanya karena kejadian satu malam?""Kita anggap saja tidak terjadi apa-apa malam itu.” Ivana berkata gugup karena posisi mereka yang begitu dekat. “Sungguh, aku tidak mau memiliki hubungan apa pun dengan Rick, termasuk dengan Paman. Aku baik-baik saja," ucap Ivana. "Oke, aku minta maaf untuk kesalahan yang Rick lakukan padamu. Tapi, apa semudah itu kau akan melupakannya?” Mata elang milik Edgar masih menatap tajam ke arah Ivana. “Malam itu … aku tau, aku yang pertama kalinya untukmu." "Tidak apa-apa, aku bahkan tidak ingat dengan apa yang terjadi," jawab Ivana jujur. Sebenarnya dia memang masih belum mengingat kejadian malam itu."Lalu bagaimana jika kau hamil?" Edgar terus-menerus memberikan Ivana pertanyaan yang menyudutkan dirinya."Tidak akan, aku sudah meminum obat pencegah kehamilan!" seru Ivana menjawabnya tegas.Pagi harinya setelah kejadian itu, Ivana langsung pergi ke apotek dan membeli obat pencegah kehamilan."Lalu bagaimana dengan janjimu? Kau yang sudah berjanji akan menjadi milikku malam itu."Pertanyaan Edgar yang dingin membuat Ivana semakin tertekan, wanita itu malah merasa semakin panas di dalam sini.Tanpa sadar, punggung Ivana membentur di tembok dan Edgar terus memojokkannya dengan tangan yang kini mengurung tubuhnya.Lelaki dewasa yang sebelumnya akan menjadi ayah mertuanya itu, menarik tubuh Ivana ke dalam dekapannya. Edgar juga menundukkan kepalanya agar bisa sejajar dengan tubuh Ivana yang tingginya lebih pendek darinya itu."Pa-paman, apa yang kau lakukan?" tanya Ivana tergagap, ketika ia menyadari mereka sudah tidak berjarak, bahkan hidung mancung keduanya saling bersentuhan."Aku akan mengembalikan ingatanmu."Setelahnya, Ivana terkesiap manakala bibir Edgar menempel di bibirnya dan otomatis menyumpal mulutnya.Ivana bisa mencium aroma mint khas lelaki dewasa itu, yang membuatnya tenggelam dan tidak menolak ciuman dalam dari Edgar. Pria itu layaknya profesional kisser yang pintar memainkan dan memperlakukan lawannya.Edgar mengigit bibir bawah Ivana agar bisa menerima dirinya di dalam sana, mau tidak mau Ivana yang merasa terintimidasi pun membuka dua bilah bibirnya dan memberikan akses kepada pria itu untuk mengeksplor rongga mulutnya lebih dalam.Bahkan tanpa sadar, Ivana mengalungkan tangannya pada leher pria itu.Di tengah-tengah ciuman memabukkan itu, potongan ingatan malam panas di hotel terlintas di kepala Ivana. Awalnya, hanya potongan-potongan ingatan saja, hingga kemudian ingatan itu secara utuh tergambar dengan jelas di pikirannya.Pria yang ia goda pada malam itu dan tidur dengannya adalah calon ayah mertuanya sendiri.Merasa Ivana sudah mulai kehabisan nafas, Edgar mengakhiri ciumannya lebih dulu. Terdengar nafas Ivana yang terengah, terlihat juga basah di bibir merah delimanya."Apa kau sudah ingat? Perlu kuulangi lagi supaya kau ingat?"Tangan besar Edgar menyentuh bibir Ivana dan mengusap sisa-sisa saliva di sana dengan lembut. Ivana sendiri hanya terdiam, menerima semua perlakuan lembut Edgar kepadanya. Irama jantungnya juga masih belum normal saat ini.Ini gila! Mengapa ia melakukan ini dengan pria yang dulu pernah menjadi calon ayah mertuanya? Lebih parahnya lagi, Ivana sudah melakukan malam panas dengannya."A-aku sudah ingat semuanya. Paman, maafkan aku, aku menggodamu lebih dulu. Tapi, aku tidak sengaja." Ivana berbicara tanpa berani menatap netra berwarna abu-abu milik pria itu. Sungguh, perasaannya tidak karuan."Apa kau tidak merasa dirugikan di sini?” tanya Edgar lagi. “Jangan bilang tidak, karena aku tidak akan percaya kalau kau bilang begitu.”"Ya, aku memang merasa dirugikan, karena sebenarnya aku memiliki prinsip bahwa kehormatanku kelak hanya untuk milik suamiku."Senyum Edgar terukir tipis mendengar jawaban jujur dari Ivana. "Jadi, apa kau mau menikah denganku?""A-aku, mana mungkin aku men—""Ayahmu bicara padaku, bahwa dia ingin menikahkan adikmu dengan Rick!" Edgar langsung menyela ucapan Ivana sebelum wanita itu menolaknya mentah-mentah.Ivana tersentak kaget, ia tercengang mendengar ucapan Edgar. Hatinya memanas mendengar semua itu. Tidak ia sangka, tebakannya kemarin ketika terakhir kali bertemu Julia dan Rick menjadi kenyataan.Namun, kali ini rasanya agak lebih sakit sebab Edgar bilang ayahnya sendirilah yang mengajukan pernikahan itu. Tidak, bukan karena ia masih mencintai Rick, ia hanya tidak rela orang-orang yang menghianatinya hidup bahagia dengan mudah."Adikmu hamil."Ivana tercengang mendengar berita ini, berita yang mengejutkannya. Ternyata perselingkuhan itu meninggalkan benih di rahim Julia."Apa Paman serius?""Ya, bahkan ayahmu meminta agar Rick dan adikmu menikah di hari kau akan menikah dengan Rick."Penjelasan Edgar, sungguh membuat hati Ivana tertusuk-tusuk. Ia benar-benar merasakan apa yang namanya sakit tak berdarah.Air matanya mengalir tanpa diminta, sehingga dengan cepat ia memalingkan wajahnya agar tidak terlihat menyedihkan di depan Edgar."Aku tau kau sedih, tapi... menurutku daripada kau bersedih dan membuat mereka bahagia dengan kesedihanmu … Mengapa kau tidak membalas mereka saja?"“A-aku….”Ivana tercekat dan menatap lelaki dewasa itu dengan mata berkaca-kaca. "Kau bisa menggunakanku untuk balas dendam!"Ivana terlihat berpikir keras dengan tawaran dari calon ayah mertuanya. Tawaran ini memang memiliki banyak keuntungan untuknya. Selain bisa menikah dengan konglomerat nomor 1 di Eropa, ia juga bisa membalas dendam pada Rick dan Julia. Ayahnya juga tidak akan berani untuk merendahkannya lagi. "Aku beri kau waktu sampai besok dan beri aku jawabannya segera. Pikirkan tawaran ini baik-baik.""Paman, sebelum aku berpikir untuk menjawabnya. Aku ingin bertanya kepada Paman dan Paman harus menjawabnya dengan jujur." Edgar siap mendengarkan apa yang akan ditanyakan oleh Ivana."Apa tujuan Paman menikahiku? Apa benar karena tanggungjawab saja?"Edgar tampak santai, ia sama sekali tidak merasa tegang ataupun tertekan dengan pertanyaan Ivana, seolah-olah ia memang sudah memiliki jawabannya. "Yang pertama mungkin karena tanggungjawab, tapi alasan yang kedua...akan kuberitahukan padamu kalau kita sudah menikah nanti."Ivana terlihat berpikir, tangannya terkepal erat membentuk sebuah gumpalan. Banyak sekali yang dipikirkannya saat ini. Terutama tujuan utama Edgar menikahinya, Ivana yakin ada motif lain.Satu minggu berlalu, sejak Edgar melamar Ivana .... Di sebuah kamar mewah, terlihat wanita itu sedang merias wajahnya sendiri sambil bercermin. Ia memilih lipstik warna merah dan memakai dress panjang berwarna merah menyala. Ia tampak memamerkan senyum indahnya yang memiliki dua les
"Rick, fokus!" Suara Julia membuat Rick kembali fokus pada acara pernikahan mereka berdua. Para tamu undangan bertepuk tangan setelah acara janji suci berlangsung dengan khidmat. Kemudian, satu persatu dari tamu undangan yang hadir itu memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru tersebut. Tidak mau kalah, Edgar pun mengulurkan tangan pada Ivana dan mengajak sang istri untuk turut menghampiri anaknya, mantan kekasih sang istri."Ayo, Sweet heart, kau harus memberikan selamat kepada mereka.""Tentu saja, Hubby. Aku juga ingin memberikan restu kepada mereka," kata Ivana dengan senyuman tipis penuh makna terpatri di bibir merahnya itu. 'Kalian harus membayar mahal atas pengkhianatan yang kalian lakukan padaku, akan aku buat kalian menyesal' kata Ivana dalam hati.Kemudian Ivana pun membalas uluran tangan suaminya. Tidak lupa, wanita itu tersenyum elegan. Ia terlihat sangat cantik dan bersinar hari ini, bahkan beberapa pria di sana menatap dirinya penuh rasa tertarik.Sepasang pengan
Drama keluarga dihari pernikahan itu, menjadi sorotan dan pembicaraan para tamu undangan yang hadir. Terutama teman-teman Rick dan Ivana yang datang kesana. Kebanyakan dari mereka memberikan ejekan kepada Rick yang memiliki ibu tiri muda dan ejekan lainnya adalah Rick yang lebih memilih Julia daripada Ivana. Mereka menilai bahwa Ivana lebih segalanya dari Julia, dia cantik dan cerdas. Namun ada juga yang membela Julia, mengatakan bahwa Julia lebih seksi dari Ivana. Ya, pandangan dan standar pria tentang kecantikan wanita itu berbeda-beda.Berbeda halnya dengan Ivana yang cuek dan bersikap seperti nyonya rumah dalam acara itu, mengikuti suaminya. Rick malah terlihat sangat terganggu kala ia melihat kedekatan Ivana dan Papanya begitu intim. Hatinya berdesir merasakan nyeri dan sesak, Rick tidak paham mengapa begini."Sayang, kendalikan dirimu. Kita harus fokus kepada para tamu, kenapa kau malah melihatnya terus?" tegur Julia seraya menyentuh bahu suaminya dan mencoba
Samuel memberikan ultimatum kepada putrinya tanpa banyak basa basi, ia benar-benar marah dan tidak habis pikir. Bisa-bisanya Ivana menikah tanpa memberitahunya lebih dulu, meminta izin padanya pun tidak ada. Samuel beranggapan Ivana sudah tidak menghargai dirinya sebagai ayahnya.Tak hanya tidak meminta izin menikah, bahkan Ivana menikah dengan lelaki yang usianya 19 tahun lebih tua darinya, bukankah wanita ini sudah gila?"Ivana, kau tidak tuli kan? Beraninya kau bersikap seperti ini pada Papamu!" sentak Samuel dengan suara meninggi, sorot mata yang berkilat marah anak perempuannya itu.Namun, tampaknya Ivana sudah terbiasa dengan suara keras dan sorot mata itu. Ia acuh dan malah mengorek-ngorek kupingnya seolah menulikan rungunya. Ia juga tidak melihat ke arah Samuel yang saat ini sedang berbicara padanya.Meskipun Edgar terlihat diam, namun diam-diam dia memperhatikan Samuel, Grace dan juga Ivana. Ada rasa penasaran didalam hatinya, mengenai keluarga istrinya."Suamiku, tenanglah...
"Sweetheart." Edgar sedih melihat istrinya menangis, dia mengusap basah dipipi Ivana dengan tangannya yang lembut."Papa membenciku Paman, dia membenci aku." Isak tangis wanita bertubuh ramping itu, membuat pertahanan Edgar runtuh. Lelaki itu pun menarik Ivana ke dalam dekapannya, Ivana yang terbuai suasana mulai merasakan hangatnya pelukan lekaki dewasa yang sudah berstatus sebagai suaminya itu."Tidak, dia tidak membencimu. Dia hanya bingung dan matanya sedang tertutup. Suatu saat nanti, aku yakin dia matanya akan terbuka dan dia akan meminta maaf kepadamu!" ujar Edgar sambil mengelus punggung wanita itu dengan kelembutan tangannya. Ia menyalurkan hangat ditubuhnya untuk Ivana.Ivana tidak bicara sepatah katapun, hanya saja terdengar isakan pilu dari bibir mungilnya yang berwarna merah itu. Bersamaan dengan berlinangnya air mata membasahi wajahnya sampai melunturkan make up yang dipakainya. Ivana tidak peduli, yang jelas saat ini ia butuh sandaran dan pe
Wajah Rick berubah menjadi panik, kala ia mendengar suara Julia semakin keras dan itu artinya wanita itu semakin mendekat ke arahnya. Terlintas dalam pikirannya, bagaimana bila Julia memergokinya sedang bersama Ivana berduaan di dalam satu bilik toilet yang sama? Apa yang akan dipikirkan oleh wanita itu nantinya?"Kenapa? Kau takut ISTRIMU akan memergoki kita disini? Kalau kau takut, pergilah!" usir Ivana dengan santainya, bahkan kedua tangannya juga menyilang di dada."Ayolah! Kenapa kau masih disini Rick? Atau kau ingin aku berteriak dan memberitahu dia kalau kita sedang berduaan disini?" Ivana tersenyum sinis, ia terus berbicara pada Rick yang masih membeku itu. Ia tau Rick sedang gelisah dan ketakutan, entah takut pada Julia atau papanya.Ivana jadi berpikir dalam hati, kenapa ia bisa jatuh cinta pada pria seperti Rick? Pengecut, penakut, kekanakan dan masih berlindung dibalik ketiak papanya. Sepertinya ia sudah buta, dan untung saja Tuhan menunjukkan
****Malam pertama Julia dan Rick tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena Rick tidak menyentuh Julia seperti saat mereka belum menikah dulu, yang mana lelaki itu selalu bernafsu kepadanya. Bahkan meminta jatah hampir setiap hari, ketika Ivana tidak bisa memberikan apa yang Rick mau, sedangkan Julia bisa memberikannya.Semalam, Rick menolak ajakan Julia untuk bercinta dengan alibi takut terjadi sesuatu pada bayi yang ada didalam kandungan wanita itu. Mereka juga menunda bulan madu, itu semua karena Edgar yang meminta Rick untuk segera bergabung ke perusahaannya dan mulai bekerja. Karena itu Julia dan Rick hanya diperbolehkan libur selama 3 hari saja dari hari pernikahan mereka."Sayang, apa kita benar-benar harus pindah ke rumah papa Edgar?" tanya Julia sambil melihat suaminya memasukkan barang-barang ke dalam koper."Hem, iya.""Mengapa kita harus tinggal di sana? Bukankah kita bisa tinggal di apartemenmu?" ucap Julia sebagai bentuk p
****Kedua maid berusia 20 tahunan itu tampak terkejut melihat bagaimana cara tuan mereka, pemilik rumah ini memperlakukan istri kecilnya. Di hadapan gadis bernama Ivana, seorang Edgar seperti singa yang berubah menjadi kucing dan tunduk kepada induknya.Edgar melirik kedua maid itu, kemudian ia mengisyaratkan kepada mereka berdua untuk pergi meninggalkan dapur. Setelah kedua maid itu pergi, barulah Edgar berbicara dengan Ivana."Kenapa kau masuk ke dapur hem? Bukankah aku sudah mengatakan agar kau melakukan apa yang kau mau!" ucap Edgar seraya menarik pinggang Ivana dan tak seberapa lama kemudian tubuh mereka pun menempel."Ini yang aku inginkan, memasak!" jawab Ivana dengan senyuman manis di bibirnya."Benarkah? Kau tidak lelah memasak?" tanyanya khawatir."Aku suka memasak Paman. Dan bukankah kita harus memerankan suami istri yang mesra juga bahagia? Apalagi dihadapan orang-orang," bisik Ivana pelan, sebab ia takut kalau ada yang mendengar ucapannya.Rahang Edgar mengeras dan tanga
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa